Thursday, November 29, 2012

The Story of Katawaktu













Good Bye MULTIPLY and Welcome Here

Tertanggal 18 Juni 2006 pukul 11.00 AM, tulisan blog saya muncul di KATAWAKTU, my lovely blog. Pertama kali menulis blog, tidak tahu harus mulai dari mana. Ada tantangan sendiri bagi saya untuk mencurahkan apa yang ada dihati dan otak mengenai beragam peristiwa yang telah saya alami.

Sementara judul blog KATAWAKTU saya ambil dari buku Gunawan Muhamad yang berjudul sama, dari buku beliaulah saya belajar untuk bebas mengekspresikan segala macam dengan tulisan. Ada kepuasan sendiri ketika saya menulis dan menceritakan kisah mulai dari perjalanan pribadi, pengamatan akan berbagai macam hal mulai dari pasar tradisional hingga kecap. Semua tercurahkan diblog KATAWAKTU di Multiply. Saya mengucapkan terimakasih kepada platform multiply yang bagi saya cukup lengkap dan mudah digunakan.

Kini blog KATAWAKTU sudah berumur 6 tahun dan 6 bulan, tepat tanggal 1 Desember 2012 platform blogging dimultiply akan dihapuskan dan mereka akan fokus untuk jualan. Memang sangat jauh dari awal ketika multiply digunakan bagi sebagian besar untuk menulis blog atau mendownload lagu baru. Kini mereka ingin fokus pada pasar penjualan di Asia Tenggara dan khususnya di Indonesia.

Dengan semakin menjamurnya e-commerce, multiply ingin meraih pasar yang besar di Indonesia khususnya untuk UKM (Usaha Kecil Menengah) yang mana orang bisa berjualan secara online di multiply. Multiply dijadikan sebagai toko virtual yang mana para pembeli tanpa harus repot-repot membuang waktu untuk melihat barang, memilih barang, hingga melakukan pembayaran secara virtual.

Sekali lagi saya ucapkan terimakasih untuk multiply, saya bisa mendapatkan teman-teman baru disana dan bisa mencurahkan apa yg ada dipikiran serta hati saya. Good Bye MULTIPLY...we miss you...
seperti lirik dibawah ini dari The Smiths, Please, Please, Please Let Me Get What I Want......untuk mengiringi penutupan platform blog di multiply sejak tanggal 1 Desember 2012....

Good times for a change
See, the luck I've had
Can make a good man
Turn bad

So please please please

Let me, let me, let me
Let me get what I want
This time

Haven't had a dream in a long time

See, the life I've had
Can make a good man bad

So for once in my life

Let me get what I want
Lord knows, it would be the first time
Lord knows, it would be the first time


and welcome to my new blogs:
http://newkatawaktu.wordpress.com/

http://perjalanankatawaktu.blogspot.com/

Thursday, November 8, 2012

Faktor Kekalahan Indonesia sebagai Tuan Rumah Asian Games 2019

Sedih dan kecewa ketika membaca berita bahwa Indonesia kalah sebagai tuan rumah Asian Games 2019 dari Vietnam selepas sidang OCA di Macau kemarin tanggal 8 November 2012. Bagaikan david melawan goliath, vietnam negara kecil dipercaya menjadi tuan rumah asian games 2019 di kota Hanoi. Indonesia merasa sudah diatas kertas ketika negara lain seperti India, Hongkong, Malaysia, Taiwan dan bahkan United Arab Emirates mengundurkan diri sebagai calon tuan rumah 2019. Bahkan saya pun sangat optimis bahwa Indonesia akan menang karena hanya tinggal Vietnam saja. Ternyata kali ini kita kembali kalah dan harus bersabar sebagai tuan rumah.

50 tahun lalu pada tahun 1962 di era Soekarno, Jakarta menjadi tuan rumah Asian Games yang ke-4 dan segala daya upaya sang Presiden RI waktu itu benar-benar mendukung dan membangun infrastuktur yang layak sebagai tuan rumah yang baik. Stadion Gelora Bung Karno (GBK), Hotel Indonesia, Bunderan HI dan jalan Sudirman - Thamrin menjadi saksi sejarah kekuatan Indonesia dimasa lalu. Untuk menjadi tuan rumah, sebuah negara dan pemimpinnya harus benar-benar serius karena perhelatan akbar olahraga adalah sebuah pride of a nation, yang hanya sekali seumur hidup.

Indonesia mulai mencanangkan diri sebagai calon tuan rumah asian games 2019 sejak tahun 2009 dan baru benar-benar serius mengajukan diri ke OCA sejak tahun 2011 selepas sukses sebagai tuan rumah Sea Games 2011 di Palembang. Menpora bahkan menunjuk kota Surabaya sebagai calon lokasi asian games tersebut. Mengapa harus Surabaya? Itulah pertanyaan dan belum ada jawaban yg signifikan dari pemerintah saat ini mengenai kekalahan Indonesia.

Ada beberapa faktor yang menurut saya kota Surabaya belum siap untuk dijadikan lokasi kota Asian Games 2019 dan mengapa Indonesia gagal, berikut ini kemungkinan faktor-faktor tersebut:
  • Pemilihan kota Surabaya : secara infrastruktur masih belum siap, kemacetan banyak terjadi disetiap tempat. Transportasi massal masih menjadi masalah utama dikota nomor dua terbesar di Indonesia. Surabaya saat ini sudah mempunyai stadion Bung Tomo yang berkapasitas 55.000 penonton dan diresmikan dibulan Agustus 2010 yang lalu. Tetapi insiden mati lampu ketika pertandingan antara QPR vs persebaya beberapa waktu lalu menjadi catatan tersendiri. Sebuah stadion megah yang baru dibangun, tetapi belum siap untuk dari sisi kebutuhan power supply. Dan bahkan dari cerita teman saya yang asli Surabaya ketika menonton pertandingan waktu lalu, bau sampah sempat menyeruak disekitar stadion tersebut. Karena lokasinya dekat pembuangan sampah, mungkin saja ketika tim OCA tiba di Surabaya untuk menilai kesiapan setiap calon kota tuan rumah, bau sampah tidak mungkin dihindari. Karena baunya akan mengikuti arah angin.
  • Kesiapan Indonesia : memang kita telah sukses menjadi tuan rumah sea games 2011 di Palembang dengan upacara pembukaan dan penutupan termegah di asia tenggara saat ini. Tetapi ingat kasus peristiwa korupsi yang terjadi saat pembangunan. Dan bahkan hingga H-1 sebelum acara pembukaan, masih banyak venue yang belum rampung. Bahkan terkesan seperti Loro Jonggrang, membangun sebuah komplek dalam waktu sebulan. Wisma Atlit pun dikorupsi, masih ingat ketika saya membaca di kompas, sebuah kamar mandi atlit ditemukan bak dari bekas cat dan gayung. Sangat memalukan untuk wisma atlet sekelas internasional, kamar mandinya seperti kamar kostan. Hal-hal seperti ini pasti menjadi perbincangan diantara wakil-wakil komite OCA ketika di Macau. Persiapan dan keseriusan adalah menjadi hal utama yang harus diperhatikan dengan hati-hati.
  • Kasus Korupsi : pembangunan komplek olahraga Jakabaring pun dikorupsi oleh tikus-tikus negri ini dan bahkan PON juga mengalami hal sama, lebih parah dari sea games. Menpora pun kini menjadi salahsatu tersangka kasus korupsi. Tentu saja hal ini menjadi preseden buruk bagi keolahragaan negri ini dimata dunia. Para wakil komite OCA pun tidak menutup mata, mereka mencari beragam informasi dari internet, koran, dll mengenai Indonesia. Korupsi sudah menjadi citra buruk bagi negri ini.
  • Presentasi yang buruk : ketika membuka situs youtube dan melihat http://www.youtube.com/watch?v=ZkBapFjGdWA  saya menjadi pesimis ketika melihat video bidding kota surabaya yang terkesan sangat sederhana sekali. Memalukan untuk proses bidding internasional, kita masih menggunakan video sederhana seperti ini. Mungkin saja, video ini masih belum resmi. Seharusnya kita belajar dari Brazil yang sukses menjadi kota Piala Dunia 2014 dan Olimpiade 2016, pemerintah Brazil menyewa jasa konsultan pemasaran yang berhasil memenangkan London sebagai tuan rumah Olimpiade 2012. Mereka benar-benar serius mulai dari video, pemaparan venue, website, mascott, dll hingga melobi setiap negara anggota Olympic Council. Dengan video murahan seperti ini, sudah pasti kita akan kalah. Tidak ada sesuatu yang membanggakan dari video pemaparan bidding ini.
  • Lobbying : hal terakhir yang tidak dilupakan adalah faktor X yaitu melobi setiap wakil dari 45 negara di Asia agar bisa memilih calon tuan rumah. London sampai harus mengirim Perdana Menterinya ke Singapura untuk menjadi calon tuan rumah olimpiade musim panas 2012. Brazil pun tidak kalah, tetapi Indonesia hanya diwakili Menpora, Ketua KONI dan Gubernur Jatim. Presiden hanya mengirimkan video dukungan, sementara beliau sedang sibuk dengan acara Bali Democracy Forum di Bali. Seharusnyanya agenda-agenda penting seperti ini jangan sampai terlewatkan dan kesannya dikesampingkan.
Nasi sudah menjadi bubur, Hanoi sudah terpilih menjadi tuan rumah Asian Games 2019. Vietnam berjaya mengalahkan Indonesia, sama seperti ketika mereka mengalahkan amerika ketika perang vietnam. Pemerintah Vietnam benar-benar serius untuk menjadi kota tuan rumah Asian Games. Tidak ada kabar miring mengenai Vietnam, apalagi kota Hanoi. Sementara kota Surabaya masih identik dengan kasus lumpur lapindo, dll. Dan sepertinya vietnam berhasil melobi negara-negara besar seperti Cina yang tentu saja secara ideologis mendukungnya, sehingga memudahkan jalan bagi Hanoi terpilih sebagai tuan rumah.

Indonesia masih bisa menjadi tuan rumah Asian games 2023 dan apabila bisa memilih Bandung sebagai calon tuan rumah asian games 2023 dengan mengusung tema "The City of Asian Spirit". Karena dari kota inilah tercetus Konferensi Asia Afrika 1955 yang mengilhami negara-negara di Asia untuk merdeka. Tetap semangat Indonesia dan jangan gagal lagi untuk bidding selanjutnya, kalau bisa menjadi calon tuan rumah Piala Dunia 2024 atau Olimpiade 2024/2028...semoga. Amien.

Thursday, September 13, 2012

Chiangmai, Mawar dari Timur

Perjalanan ini sudah lama saya tunggu-tunggu. Setelah beberapa hari menghabiskan malam di kota Bangkok dan Pattaya – Thailand, akhirnya saya harus segera menuju ke bandara. Perjalanan darat dari kota Pattaya menuju ke bandara Svarnabhumi menghabiskan waktu selama sekitar 1 jam melewati jalan tol yang mulus. Untuk memudahkan perjalanan, akhirnya saya mengambil paket antar jemput dari Bell Service Travel seharga B 200/orang. Dari hotel di Pattaya, saya dijemput dengan mobil van untuk diantar ke stasiun bus Pattaya. Dari stasiun bus, kami berangkat dengan bus besar menuju ke bandara.
Pesawat AirAsia yang membawa kami ke Chiangmai tepat berangkat pukul 06.30 PM dan perjalanan udara ditempuh selama 1 jam. Setibanya dibandara Chiangmai yang tidak terlalu besar, kami segera bergegas menuju ke counter taxi yang akan membawa kami ke pusat kota. Kami memesan taxi seharga B 120 yang akan membawa kami ke hotel Lanna Thai. Ternyata supir taxi kami menurunkan kami ke hotel yang berbeda, yaitu hotel Lan Thai. Sehingga kami harus berjalan kaki cukup jauh untuk mencapai hotel yang kami tuju. Udara malam di Chiangmai cukup sejuk, seperti malam di kota Bandung.
Maklum kota ini dikelilingi perbukitan dan bahkan bulan tertentu, temperatur udara cukup dingin. Sejarah panjang mengelilingi kota tua ini. Akhirnya kami tiba di hotel Lanna Thai setelah bertanya-tanya dan melihat peta. Tips : sebelum berangkat pastikan hotel anda sudah benar, karena masyarakat Thai agak susah membaca huruf latin.

Setelah rehat sejenak di hotel, kami langsung menuju Night Bazaar yang hanya berjarak 5 menit jalan kaki dari hotel kami. Pasar malam ini buka dari pukul 18.00 – 00.00 dan bila weekend sampai pukul 01.00. Pastikan anda jangan panic shopping, karena barang-barang kerajinan dipasar ini bisa lebih murah dibandingkan di kota Bangkok. Mulai dari dompet kecil, gantungan kunci dll semuanya bisa ditawar dan bahkan kalau kita ambil jumlah yang cukup banyak bisa mendapatkan bonus. Jangan lupa bawa kalkulator kecil apabila ingin berbelanja.

Saya berhasil mendapatkan penjual batu Giok atau Jade yang cukup murah dan bisa ditawar dengan kualitas yang baik. Bahkan lebih murah dari gelang giok untuk oleh-oleh mama saya, yang beberapa hari lalu saya beli dipasar Chatucak, Bangkok. Dan setelah membeli beberapa kalung dan gelang giok, saya dapat bonus cincin giok. Terimakasih.

Kemudian teman saya mendapatkan penjual kalung mutiara satu set dengan gelang kecil seharga B 750 dari harga B 1200, diskon 40% setelah si penjual tahu kami dari Indonesia dan muslim (maaf bukan rasis). Karena kebetulan si ibu penjual kalung memakai jilbab dan beliau muslim Thailand yang berasal dari daerah selatan. Dan si ibu memperagakan cara membedakan mutiara asli dan palsu, mutiara asli tentu saja bentuknya tidak sempurna dan kalau dibakar dengan korek api tidak mempan karena bukan dari plastik.
Masih belum puas juga, kami berjalan mengelilingi pasar dan kantong belanjaan kami sudah penuh sesak. Penat berjalan kaki, kami mencoba fish spa dan alhamdullilah setelahnya, kaki terasa ringan. Believe it or not!

Kemudian saya mencari oleh-oleh manisan untuk keluarga dirumah yang bisa didapatkan dinight bazaar dengan harga murah sekitar B 30 – 150 perbungkus. Jangan lupa mencicipi buah tropis yang segar dan murah dan bahkan bisa di juice gratis seharga B 40. Untuk makanan saya harus cukup hati-hati karena sebagian besar mengandung babi. Ada beberapa penjual makanan berjilbab disekitar night bazaar tapi mereka menjual semacam creepes isi pisang, dll. Bukan makanan berat yang halal.

Pagi hari, kami mencoba mencari makan pagi dan didekat night bazaar ada gerai Mc Donald. Dan tetap saja hampir semua makan paginya mengandung pork atau babi, alhasil kami hanya makan bubur ayam + nugget. Sebagai catatan, semua gerap Mc D di Thailand hanya menjual burger, nugget dan bubur ayam untuk menu breakfast mulai dari 5 – 10 pagi. Jika anda tidak terbiasa sarapan dengan burger, terpaksa dengan bubur dan nugget.

Kemudian saya menuju ke sebuah rental shop untuk sewa motor dan saya berhasil mendapatkan sewa motor honda scoopy seharga B 150 untuk seharian dan B 50 untuk asuransi. Tanki bensin diisi penuh oleh si pemilik dan kita dikasih gembok tambahan serta helm 2 (dua) buah. Pada saat kembali, motor harus full tank dan dalam keadaan baik. Untuk sewa mobil dikenakan tarif B 1500 seharian dengan toyota vios, cukup murah bukan.

Lepas dari sewa motor, kami langsung tancap gas menuju ke pegunungan Doi Suthep. Di puncak bukitnya terdapat sebuah candi Budhist yang dianggap suci bagi masyarakat Thai. Sepanjang perjalanan, kita bisa menyaksikan kampus yang luas dan hijau, University of Chiangmai. Dan tidak lama berselang kita bisa menemukan Chiang Mai Zoo disebelah kiri jalan. Jalanan semakin menanjak dan bagusnya tidak ada jalanan yang berlubang, sehingga cukup menyenangkan dengan hawa yang semakin dingin.
Setelah menempuh perjalanan 45 menit dari pusat kita, kita akan tiba di Wat Prahat Doi Suthep. Candi budhist berlapis emas ini terletak dipuncak bukit dan untuk mencapainya ada dua pilihan yaitu dengan naik tangga atau lift. Pilihan kedua adalah yang terbaik dengan biaya B 50 kita akan naik lift dan dalam waktu 5 menit sudah sampai dipuncak bukit.

Dari atas bukit kita akan melihat kota Chiangmai dari ketinggian 320 m serta pagoda berlapis emas. Pagoda emas ini sangat menakjubkan, bayangkan semuanya berlapis emas termasuk dengan payung raksasa dan patung Budha. Oh my Gold…..
Suasana begitu terasa tenang berada dipuncak bukit yang adem dan sangat tepat sekali sebagai tempat ibadah. Beberapa pengunjung Budhist melakukan ritual mengelilingi candi sambil membawa dupa dan bunga teratai. Beberapa diantaranya meminta berkah dari pada biksu yang bertugas di kuil tersebut. Damai rasanya…yang kadang tidak bisa digambarkan.

Terdapat sebuah pohon beringin besar yang dibawahnya merupakan tempat abu jenazah umat Budha dari segala penjuru Thailand dan bahkan orang asing. Beberapa lonceng raksasa sumbangan dari beberapa orang diletakkan disekitar kuil. Sekitar satu jam kami menghabiskan waktu disana. Kemudian turun dengan lift dan gratis karena sudah termasuk tiket pp.

Dibawah kami langsung membeli minuman dan buah-buahan segar, tidak lupa kami berkunjung ke Jade Factory untuk melihat cara membuat perhiasan dari batu giok. Thailand utara terkenal sebagai penghasil batu giok berkualitas dan salahsatu patung Budha yang disucikan di kota Bangkok yaitu Jade Budha yang ada didalam istana kerajaan Grand Palace – Bangkok berasal dari kota Chiangmai. Konon patung Budha tersebut akan selalu melindungi kota Bangkok dari segala marabahaya.

Tapi sayang harga batu gio disini sangat mahal sekali bisa mencapai harga jutaan rupiah perbuahnya. Dan untungnya saya diberikan informasi cara membedakan batu giok asli dan palsu. Giok asli ketika diberikan cahaya dengan senter kecil, dalamnya akan bersih dan tembus pandang. Giok palsu ketika diberikan cahaya, akan terdapat gelembung – gelembung yang berarti terbuat dari plastik. Tapi ada juga sebutan untuk giok mati atau death jade yaitu batu giok yang dicampur dengan resin agar terlihat sempurna dan biasanya warnanya agak putih kehijauan.

Selesai menikmati doi suthep, kami langsung menuju ke Chiangmai Zoo dengan tiket masuk B 100/orang. Tujuan pertama disini yaitu melihat panda secara live dan kemudian kami naik bus dalam kebun binatang seharga B 70 yang bisa dipakai keliling serta LRT. Wah ada light train didalam kebun binatangnya, hebat! Dan salute untuk pemerintahnya, kebun binatangnya benar-benar dirawat dan bersih sekali. Senang rasanya berada didalam bonbin ini, seandainya ragunan bisa seperti ini….
Kami berhenti di lokasi panda dan harus membayar tiket masuk B 100/orang, setelah masuk kita akan dibawa tentang sejarah panda yang masih satu keturunan dengan Polar Bear atau beruang kutub. Jadi panda masih keluarga beruang tetapi bukan karnivora alias pemakan daging tetapi herbivora yaitu memakan bambu.
Karena terbiasa hidup dipegunungan Cina yang dingin, jadi kandangnya harus dingin dengan AC. Ada tiga buah panda yaitu Lin Ping, Chuang Chuang dan Lin Hui. Ketiga panda ini merupakan sumbangan dari pemerintah Cina untuk kerajaan Thailand. Lucu melihat mereka makan dan bergerak kesana kemari, ingin memeluk erat mereka.

Hujan deras mengguyur lokasi chiangmai zoo dan terpaksa membuat kami berteduh di sebuah cafe kecil, melihat anak-anak sekolah Thai berbaris dengan rapi, sangatlah menyenangkan. Kami harus bergegas kembali ke hotel untuk check out. Late check out hingga pukul 4 sore dikenakan biaya tambahan B 100.
Setelah menitipkan barang di hotel, kami kembali keliling kota Chiangmai dan kali ini yaitu menyusuri tembok lama. Tembok tua sepanjang 1,5 km ini berentuk persegi panjang dan terbuat dari batu bata merah yang dibangun oleh Raja Mengrai dari kerajaan Lanna diabad 13. Tapi sayang kerajaan lanna dihancurkan oleh kerajaan Burma dan penduduknya mengungsi ke wilayah Lampang di abad 17. Raja Taksin kembali berhasil merebut wilayah chiangmai dari tentara Burma.

Terdapat 300 buah wat atau candi di kota kecil yang indah dan bersih ini. Yang paling terkenal yaitu Wat Chedi Luang, candi dari batu bata merah setinggi 50 m sempat hancur karena gempa besar diabad 15 dan meruntuhkan 30 m bagian atap candi. Candi ini sangat mengesankan dan melihatnya begitu damai. Dicandi ini terdapat sekolah bagi para biksu muda. Setiap pukul 4 sore mereka berkumpul disebuah ruang besar untuk membaca puja puji Weda bagi sang Budha. Kita bisa bebas menyaksikan para biksu dan bahkan bisa berinteraksi. Di Thailand, para biksu sangat dihormati dan banyak peraturan yang dibuat demi menghormati mereka. Seperti tidak boleh memandang mereka berlebih, dll sebagainya, Tapi biksu dikota ini seperti kebanyakan warga Thai yang akil balik harus melakukan ibadah menjadi biksu. Sehingga banyak biksu muda yang menggunakan handphone…sangat modern.


Setelah dari chedi luang kami menuju ke patung 3 raja di tengah kota, kota ini tampak rapi sekali dan membuat saya betah. Kemudian kami melanjutkan menuju ke Wat Phra Singh, kemudian menikmati sisi selatan yaitu tembok Tha Pha Gate. Sisi tembok ini yang paling terawat dengan baik dengan halaman yang luas dan bersih. Ada banyak burung dara terbang bebas disini dengan pemandangan kanal-kanal yang bersih dan air mancurnya. Sungguh menarik…pemerintahnya sangat jeli dalam merawat bangunan kuno dan kebersihannya…salute

Sehingga tidak aneh apabila kota ini dikunjungi turis asing 2 juta orang setiap tahunnya dan bahkan hotel mewah banyak terdapat disini. Seakan waktu tidak cukup untuk menjelajahi kota kecil ini, Chiangmai bagaikan Ubud di Bali. Semua terasa begitu lambat dan menyenangkan…sangat tenang sekali. Tempat yang cocok untuk merenung, menikmati keindahan alam serta bermeditasi.

I will be back to Chiang Mai next year….Insya Allah dan Bismillah……..

Thursday, January 26, 2012

Thursday, December 8, 2011

Tips Wisata di kota Ho Chi Minh, Vietnam

  • Setiap negara mempunyai keunikan tersendiri dan bahkan membuatnya menarik untuk dinikmati sebagai petualangan wisata yang mengasikan  dengan pengalaman wisata, kuliner bahkan hingga berbelanja. Berikut ini beberapa tips yang mungkin berguna bagi teman-teman yang ingin berwisata ke kota Ho Chi Minh, Vietnam.



  • Penerbangan ke kota Ho Chi Minh atau Saigon di Vietnam daoat ditempuh dengan pesawat AirAsia atau Lion Air. Dan perjalanan ditempuh selama 3 (tiga) jam penerbangan ke kota Saigon dari bandara Soekarno Hatta, Jakarta.
  • Tidak dibutuhkan form kedatangan (arrival) diimigrasi Vietnam, jadi jangan heran ketika pesawat akan mendarat, para pramugari tidak akan memberikan form arrival bagi wisatawan asing yang berkunjung ke Vietnam dan tentu saja bebas visa buat paspor Indonesia. 
  • Bandara International Tan Son Nhat di kota HCMC sama seperti terminal 3 Soeta dan cukup modern dan bersih. Taxi kekota bisa dibeli di counter taxi yang berada di dalam bandara, ada dua yang terkenal yaitu Vinasun atau Mailinh Taxi. Harga dari bandara ke kota berkisar 150.000 DNV atau Dong Vietnam.
  • Bawalah uang US Dollar untuk memudahkan transaksi pembayaran atau penukaran ke mata uang Vietnam yaitu Dong. Harga 1 USD = 21,000 DNV, jadi 100 USD = 2,100,000 DNV yang bisa Anda dapatkan di money changer dalam bandara.
  • Pengemudi taxi di kota HCMC tidak bisa berbahasa Inggris sehingga Anda bisa mengambil peta yang berada didalam bandara, dan tunjukkan di hotel mana Anda tinggal. Taxi Vinasun dan Mailinh selalu menggunakan argometer yang dimulai dari harga 10,000 - 10,500 DNV dan yang tertera di argo hanya 2-3 digit angka, yaitu 10 - 10,5 dan cukup kalikan dengan 1000 dong.
  • Mobil di Vietnam memakai stir kiri bukan stir kanan seperti di Indonesia, sehingga semuanya terasa seperti di Perancis atau di Amerika Serikat.
  • Jalanan di kota HCMC sebenarnya cukup rapi dan bersih, tetapi pengendara motornya sangat kurang ajar. Para pengendara motor dikota ini, masih belum menghargai para pejalan kaki sehingga mereka sering mengebut dijalanan. Berhati-hatilah ketika menyebrang jalanan. Ada ratusan ribu dan mungkin jutaan motor di kota ini dan prilaku naik motornya masih sangat kurang.
  • Lampu merah di kota ini banyak yang tidak berfungsi, sehingga betrhati-hatilah ketika menyebrang jalan. Pastikan bahwa kendaraan sudah berhenti dan apabila lampu merahnya mati, maka pastikan Anda menyebrang dengan super hati-hati.
  • Berhati-hatilah dengan copet dikota ini, mereka bisa beroperasi didalam pasar dan bahkan bisa menarik tas Anda ketika berjalan. Hampir sama dengan di Jakarta, jadi tidak usah khawatir selama Anda tidak menggunakan perhiasan yang mencolok serta waspada terhadap tas Anda.
  • Taman-taman yang indah dan rindang, harus Anda nikmati ketika berkunjung ke kota ini. Dan bahkan ada satu taman yang dipenuhi dengan patung-patung, mirip dengan taman kota Menteng. Pada malam hari, beberapa taman kota sangat gelap dan rawan kejahatan.
  • Hotel, sangat disarankan Anda menginap di area yang dekat tempat wisata dan wisata belanja seperti dikawasan Ben Tanh Market. Ada puluhan hotel yang bagus, bersih dan murah. Cek di www.agoda.com atau www.booking.com untuk melihat tarif hotel dan lokasi hotel.
  • Kuliner, ada banyak pilihan kuliner tetapi semuanya non halal dan tidak disarankan bagi umat muslim. Pho atau mie beras ala Vietnam adalah yang harus dinikmati karena rasanya yang lezat dan mintalah kepada pelayan untuk tidak memakai daging babi dan ganti dengan daging sapi apabila makan di hotel. Tetapi makan Pho di pinggir jalan sangat tidak disarankan bagi umat muslim, karena pasti mengandung babi. Di depan hotel Hoang Hai Long dekat pasar Ben Tanh Market, ada warung makan muslim tetapi hanya buka dimalam hari saja. Siang hari, bagi yang muslim bisa makan junk food seperti KFC atau Pizza Hut yang bisa ditemui dibeberapa tempat.
  • City Tour, pilihan hotel akan menjadi salahsatu pilihan apakah anda ingin jalan-jalan sendiri tanpa ikut tour atau mengambil paket tour di hotel. Pilihan paket tour dihotel senilai 325,000 DNV/orang dan tidak termasuk tiket masuk dan makan/minum. Sementara kalau Anda tinggal di sekitar Ben Tanh Market, maka Anda bisa menikmati wisata kota yang berdekatan dan tidak terlau jauh. Cukup berbekal peta gratis, nikmati jalan-jalan wisata pagi dikota HCMC.
  • Udara di kota Saigon sama dengan di Jakarta dan bahkan tidak ada perbedaan waktu antara Jakarta dan Saigon. Bawalah sunblock, topi dan kacamata hitam dan memakai baju berbahan katun karena cuaca sangat panas disiang hari, serta air mineral yang bisa dibeli dimini market.
  • Museum di kota HCMC tutup pada hari senin dan serta pas jam makan siang antara 12.00 - 13.00. Dan baru bisa dibuka lagi setelah jam makan siang. Tiket museum relatif murah sekitar 15,000 DNV untuk Museum perang dan 30,000 DNV untuk istana reunifikasi. Masuk ke istana, Anda tidak perlu memakai baju yang formal, celana pendek dan kaos T Shirt pun diperbolehkan masuk kedalam istana ini.
  • Water Puppet Show alias wayang air khas Vietnam, tiket pertunjukkan senilai 120,000 DNV/orang apabila Anda membelinya langsung di tempatb pertunjukkan. Tetapi Anda bisa membelinya dikantor pos pusat samping gereja Notre Dame senilai 150,000 DNV/orang. Apabila Anda tinggal di Ben Tanh Market, tidak perlu naik taxi ke water puppet show, cukup jalan kaki saja yang ditempuh selama 15 menit. Karena kalau naik taxi, akan diputar oleh supir taxi biar terlihat jauh dan argonya senilai 35,000 DNV.
  • Wisata Belanja, pasar Ben Tanh adalah gudang belanja pernak pernik khas Vietnam. Tapi jangan kaget apabila banyak barang-barang seperti dari Cina mulai baju, tas, sendal hingga kain-kain. Karena jarak Vietnam dan Cina tidak jauh, sehingga barang-barang impor Cina merajai dipasar ini. Tetapi untuk barang-barang kerajinan khas bisa ditemukan disini, berikut ini tips kecil belanja dipasar ini,
  1. Pasar ini hanya buka dari pukul 06.30 - 18.00 waktu Vietnam. Bagian belakang pasar khusus untuk sayuran, daging dan bahkan warung kecil.
  2. Mata uang yang digunakan yaitu Dong Vietnam dan US Dollar. Lebih baik pakai mata uang Dong karena lebih mudah dibanding dengan harga USD.
  3. Banyak pedagang tidak bisa bahasa Inggris, tetapi mereka ada yang bisa bahasa Melayu atau bahkan bahasa Perancis, maklum dulu mereka jajahan Perancis.
  4. Bawalah kalkulator kecil, hampir semua pedagang disini menggunakan kalkulator untuk alat transaksi dan tawar menawar.
  5. Jangan takut untuk menawar hingga 50%nya dari harga penawaran. Apabila pedagang tidak menanggapi tawaran Anda, tinggalkan dan berharap ia memanggil Anda kembali. BIla tidak, tinggalkan saja, karena masih banyak pedagang serupa dipasar ini.
  6. Para pedagang dipasar ini suka menarik tangan para pembeli, dan bersikaplah sopan ketika mereka menarik tangan Anda agar tertarik untuk membeli. 
  7. Yang harus dibeli disini yaitu kaos khas Vietnam seharga 60,000 DNV untuk kualitas yang biasa, kaos yang bagus seharga 200,000 DNV. Kopi Vietnam dengan alat saringnya seharga 70,000 DNV perpaket serta gelang giok/kalung giok seharga 200,000 DNV setelah ditawar. Giok dipasar ini harganya sangat murah dibanding di Jakarta dan kualitasnya bagus dan bahkan ada yg berlapis emas murni dengan harga jual USD.
  8. pernak pernik khas Vietnam mulai dari boneka Vietnam girl seharga 100,000 DNV, gantungan kunci seharga 30,000 DNV serta kotak perhiasan, hiasan dinding, kipas, dll.
  9. ada toko yang memakai tulisan FIXED PRICE alias tidak bisa ditawar, tetapi masih banyak yang tanpa NON FIXED PRICE alias tawar sampe dapat yang termurah.
  10. Jajanan khas Vietnam, makanannya hampir sama dengan buatan Cina. Tapi bila Anda suka kacang-kacangan, dll bisa Anda dapatkan dengan harga pas dan tidak bisa ditawar.
  11. Pasar malam Ben Tanh bisa dinikmati dari pukul 19.00 - 23.00 dan hati-hati karena harga ditawarkan jauh lebih mahal dibanding pasar yang buka pagi sampai sore hari. Misalkan kaos seharusnya seharga 60,000 DNV, disini dijual seharga 300,000 DNV. Beranilah menawar dipasar ini, apabila tidak diberi, tinggalkan dan belilah dipasar paginya.
  12. Makan malam dipasar malam ini, lumayan murah dan pukul 23.00 mereka sudah bebenah untuk menutup warung.
  • Wisata Sungai Mekong, bisa mengambil tour ini dihotel tempat Anda menginap. Tetapi harganya cukup mahal sekitar 110 USD untuk 1 orang, apabila 2 orang atau lebih harganya bisa lebih murah lagi, mulai dari 59 - 30 USD untuk 2 - 8 orang. Dan tour ini bisa seharian penuh.
  • Wisata Chu Chi Tunnels, bisa mengambil tour ini dihotel seharga 260,000 DNV/orang dan berangkat pukul 08.00 dan kembali pukul 14.30. Disini bisa menyaksikan lorong bawah tanah semasa perang Vietnam.
  • Masjid dan Gereja, walau negeri komunis tetapi kini mereka lebih modern, umat muslim dan katolik bisa beribadah dengan tenang dikota ini. Masjid hanya ada dibeberapa tempat dikota ini sehingga agak menyulitkan bagi umat muslim, terutama petunjuk sholat didalam kamar. tetapi biasanya hotel bintang 4-5, sudah menaruh petunjuk kiblat didalam kamar hotel. Konon pemeluk Katolik di Vietnam, nomor 2 di Asia Tenggara setelah Filipina dengan komunitas Katolik Roma, tetapu saya tidak terlalu yakin karena pemeluk Katolik di Indonesia masih lebih besar dibanding negeri komunis ini.
  • Barang-barang mewah bisa ditemukan di kota HCMC dan tentunya didalam butik yang ekslusif. Harganya pun membuat kepala pusing karena banyak nolnya, misalkan untuk sepasang sepatu Bally saja seharga 21,000,000 DNV atau Rp 10,000,000/pasang, tentu lebih mahal dibanding di Jakarta. Bahkan semua barang didalam mal, harganya menakjubkan, untuk sebuah kaos Polo saja dihargai 600,000 - 1,000,000 DNV perkaos. Wow!!
  • Warung kopi ala Vietnam disore hari, dekat pasar Ben Than ada sebuah warung kopi dengan berbagai varian kopi yang diolah langsung dari biji kopi dengan berbagai pilihan. Harganya mulai dari 25,000 - 80,000 DNV pergelas. Rasanya pun sangat nikmat bagi para pecinta kopi, terutama sambil duduk dibangku kecil depan warungnya dan menikmati kota ini disore hari. Warung kopi ini buka dari jam 06.00 - 23.00 setiap hari.
  • Makanan tradisional, bisa Anda nikmati dipasar malam mulai dari roti sandwich ala Vietnam, cumi goreng, ketan rebus, kacang rebus, jagung rebus hingga buah-buah segar yang sudah dipotong. Harganya pun murah, dan hati-hati jangan sampai ditipu, biasakan tanya harga sebelum membeli. 
  • Bus kota, depan pasar Ben Tanh ada banyak pilihan sesuai tujuan Anda, bahkan ada yang bisa membawa Anda sampai ke kota Da Lat, Na Thrang hingga Pnom Penh atau Siem Reap di Kamboja.
  • Makan di bandara Tan Son Nhat, sangat mahal. Misalkan burger king bisa seharga 150,000 - 200,000 DNV. Dan bahkan makan di restoran ala singapura dipatok dengan harga USD.
  • Tempat wisata selanjutnya bisa ke kota Da Lat, Na Thrang, Danang, Halong Bay dan Hanoi...

Selamat berwisata....dan siap2 tas Anda full oleh-oleh...

Wednesday, December 7, 2011

Minggu Pagi di Saigon - Part 2

Ho Chi Minh, 27 November 2011 - hari yang cerah dikota Saigon padahal sebelumnya diguyur hujan. Agenda pertama yaitu makan pagi dihotel, yang harus saya cicipi adalah Pho alias mie dari beras ala Vietnam yang menyegarkan. Tentu saja saya pilih yang tanpa daging babi, dan rasanya sangat menyegarkan...mie beras + daging sapi + kuah yang menyegarkan + daun ketumbar...patut diacungi jempol...juara deh. 

Pukul 09.30 pagi, perjalanan dimulai dengan menyusuri pasar Ben Than, pasar yang dibangun tahun 1912 ini oleh penjajah Perancis mengingatkan saya akan pasar Beringharjo di Yogya atau pasar Klewer di Solo. Desain pasarnya pun mirip buatan arsitek Belanda terkenal yaitu Thomas Karsten, salahsatu arsitek favorit saya. Beliau membuat pasar yang sesuai dengan keadaan di Jawa dan beriklim tropis. Sama seperti pasar Ben Than, walau hanya 1 lantai tetapi memiliki atap yang cukup tinggi sehingga membuat sirkulasi udara cukup baik. Berada didalam pasr Ben Than, saya seperti di Yogyakarta, para pedagang saling berhimpitan di losnya dan terkadang mereka menarik tangan kita untuk menjajakan daganganya. Pagi ini dilalui tanpa berbelanja mengingat kami harus city tour.

City Tour yang ditawarkan dihotel seharga 325.000 DNV atau setara Rp 162,500/orang dan tidak termasuk uang masuk serta minum selama perjalanan, jadi cukup mahal bagi kami. Setelah melihat peta jalan di Saigon yang kami dapatkan di bandara, alhasil kami menyusuri jalanan di Saigon pagi hari.

Dari pasar Ben Than kami hanya perlu jalan lurus menuju ke gedung Committe Hall alias Balai Kota, sepanjang jalan kota Saigon dipenuhi pohon mahoni yang sudah berusia puluhan tahun dan sangat rindang. Senang rasanya melihat sebuah kota yang penuh dengan pohon-pohon besar menjulang tinggi dan memberikan keteduhan bagi pejalan kakinya. Saya iri dengan kota saigon, mengingatkan saya dengan kota Bandung sebelum ada jalan layang Pasteur. Jalan layang pasteur dulunya dipenuhi pohon-pohon besar yang rimbun. Kini hanyalah panas yang menerpa disiang hari...Pedestrian di Saigon pun bisa dinikmati oleh penyandang cacat, khususnya tuna netra. Ada semacam line khusus bagi tuna netra. Dan ternyata ada jalan Pasteur dikota Saigon, wah serasa dikota Bandung tempo dulu rasanya...

Kami berempat tiba dihotel de ville de Saigon yang kini beralih fungsu menjadi Balai Kota Saigon, bangunan antik khas Perancis ini sangat lah cantik. Taman luas didepannya menjadi tempat berfoto bagi para wisatawan dan tentunya sebuah patung Paman Ho Chi Minh yang disakralkan. Hingga kini masih ada karangan bunga dibawah patung beliau. Taman dikota Saigon sangatlah terawat dengan beberapa tanaman bonsai yang cantik....argh seandainya Jakarta memiliki taman seperti ini. Dan yang tidak kalah terasa adalah nuansa kapitalis dinegri komunis ini. Patung Paman Ho Chi Minh dikelilingi bangunan modern serta butik mewah kelas dunia mulai dari Bally hingga Louis Vuitton yang tentu saja tidak sejalan dengan ajaran komunisme dimasanya...tapi kata alm. Deng Xioping di China...tidaklah salah untuk menjadi kaya. Dan kini raksasa komunis seperti Cina dan Russia sudah dilanda kapitalisme dan konsumerisme oleh warganya. Semangat boleh komunis tetapi kebutuhan tetap lah tinggi akan barang2 mewah....

Perjalanan diteruskan menuju kesebuah taman yang dikelilingi oleh wanita-wanita cantik, ah ternyata pagi itu sedang ada kandidat miss vietnam 2011 sedang temu warga ditaman pada hari minggu. Saya pun buru-buru ingin berfoto dengan wanita vietnam yang cantik. Akhirnya saya tahu, mengapa amerika suka vietnam, wanita vietnam cantik-cantik, berkulit putih bersih khas asia serta berbadan ramping. Sampai teman wanita saya bergumam, kenapa tidak ada wanita gemuk ya dikota ini. Rata-rata wanita vietnam berbadan ramping sesuai baju khas vietnam seperti cheongsam...dan tentu tidaklah dilupakan senyuman wanita vietnam...membuat hati pria dag dig dug...

Gedung Opera, salahsatu gedung tua diujung taman untuk konser musik atau drama yang dibangun oleh penjajah Perancis, tepat disampingnya berdiri Hotel Intercontinenal Saigon...sebuah hotel tua tempat tetirah para kompeni Perancis yang sangat megandrungi seni bernilai tinggi dan segala sesuatunya yang mewah. Bangunan hotelnya pun gabungan antara art deco serta renaisance. Disepanjang jalan banyak terdapat galeri seni, dan lukisannya bagus dan tentu dengan harga yang mahal sampe dipatok dengan USD - untuk harga turis. Sehingga saya sendiri tidak berani menawarnya, takut ngggak cukup uangnya...hehehe.

Cathedral Notre Dame adalah tujuan kami, gereja ini dibangun pada 1887 oleh pemerintah kolonial Perancis dan memakai batu bata merah, Sekilas sangat mirip dengan katedral notre dame di Paris dan katedral di Jakarta. Cukup luas tetapi berada dipersimpangan jalan dikota Saigon. Pukul 11.00 pagi, umat Katolik baru saja selesai beribadah dan beberapa anak muda sedang asyik sketching dipelataran gereja. Nuansa yang sanget menyenangkan dan terasa begitu rileks dikota ini. Beberapa pasang pengantin sedang melakukan pose pre wedding didepan atau disamping gereja yang sangat artistik ini. Teman saya segera menuju kedalam gereja untuk berdoa dan saya mengabadikan gereja ini dari beberapa angle.

Tepat disebelah kanan gereja terdapat Kantor Pos Pusat Saigon, gedung tua bernuansa renaisance ini dibangun pada abad ke 19 untuk memenuhi kebutuhan warga Perancis dan Saigon berkirim surat atau melalui kawat telegraf. Lantainya yang klasik mengingatkan saya pada bangunan tua dikota Semarang. Didalam kantor pos ini, saya bisa menghubungi mama di Jakarta melalui layanan wartel. Biayanya cukup murah, hanya 6.000 DNV untuk sekali telpon ke HP mama di Jakarta. Karena saya tidak membeli sim card Vietnam seperti di Bangkok waktu itu. Maklum dibandara tidak ada informasi penjualan sim card HP untuk blackberry seperti di Bangkok cukup dengan 299 Bhat bisa berlangganan BB selama 3 hari.

Dikantor pos ini, kita bisa membeli kartu pos Vietnam,dan souvenir lainnya. Kami bahkan membeli tiket pertunjukkan Water Puppet Show alias wayang air Vietnam seharga 150,000 DNV/orang atau sekitar Rp 75,000/pax. Selepas dari kantor pos, kami menuju sebuah mall kecil berlantai 4 untuk mendinginkan badan sejenak. Maklum matahari cukup terik diminggu pagi.

Didepan mall tersebut terdapat sebuah taman yang cukup luas dengan pohon mahoni yang tinggai dan besar. Cukup bersih untuk kota Saigon dan banyak warga yang sedang beristirahat siang itu ditaman-taman kota. Reunification Palace adalah tempat kami selanjutnya, tetapi sayang karena kami tiba pukul 12.00 ternyata istana sedang tutup dan baru akan buka kembali pukul 13.00. Terpaksa kami kembali kedalam mall dan meencari food court yang berada dilantai 4 mal tersebut. Ada KFC dan Pizz Hut sehingga membuat saya merasa nyaman dan tidak khawatir makanan non halal. Harga satu paket KFC + minum = 50,000 DNV = Rp 25,000.

Jam 13.00 waktu Saigon, kami meneruskan perjalanan ke Istana reunifikasi yang berhalaman luas. Tiket masuknya seharga 30,000 DNV atau setara Rp 15,000/pax dan pengunjung tidak harus memakai busana formal seperti ketika memasuki istana di Indonesia atau negara lain. Disini turis asing dengan celana pendek atau kaos tank top pun bebas memasuki istana ini. Puluhan pengunjung lokal dan beberapa turis asing mengikuti penjelasan dari tour guide yang sangat informatif. Setiap sisi ruangan istana dijabarkan fungsi dan sejarahnya. istana dengan 4 tingkat ini berdesain art deco dan bahkan hampir mirip dengan bangunan Aldiron plaza, ex bangunan mabes TNI AU di Pancoran. Tidak secantik istana di Indonesia....Dari tingkat atas istana, kita bisa melihat kota Saigon yang dipenuhi dengan gedung-gedung tinggi dan taman kota yang hijau. Koq saya jadi teringat salahsatu bangunan dikota ya...yaitu gedung BNI 46 tempat dulu saya les LIA dan sering blusukan keruangan didalamnya yang sangat luas dan berbau tempo dulu...arghh...

Selesai berwisata ke istana, dilanjutkan perjalanan menuju ke museum perang. Ketika dijalan kami hendak membeli kelapa muda dan dikenakan harga 50,000 DNV perkelapa alias kami ditipu. Ah tak apalah, bagi2 rejeki...sama siabang pembawa kelapa muda.

Jarak dari istana ke museum tidaklah terlalu jauh, hanya sekitar 10-15 menit perjalanan saja. War Remnants Museum adalah sebuah monumen perang yang menyimpan berbagai cerita perang vietnam yang memilukan. Harga tiket masuknya hanya 15,000 DNV alias Rp 7,500/pax saja...cukup murah. Bangunan berlantai 3 ini dipenuhi turis asing.

Lantai 1 diisini mengenai propaganda perang antara vietnam utara yang komunis dan vietnam selatan yang republiken dan didukung oleh US. Lantai 2 berisikan dokumen fotografi dari 134 wartawan dari 11 negara yang terbunuh selama perang 10.000 hari di Vietnam. Kisah sedih pembunuhan dan lain sebagainya bisa ditemukan di bagian fotografer dari Jepang.

Lantai 3 berisikan mereka yang dipenjara dan ada 3 juta rakyat Vietnam yang meninggal selama perang 10.000 hari. Keganasan,kesadisan selama perang ditunjukan disini dan air mata hanyalah penyesalan akibat perang. Perang hanya membuat rakyat kecil menderita. Banyak dari pengunjung yang menitikan airmata ketika melihat kekejaman perang dari balik kamera. Dan bahkan para penderita cacat akibat bom orange amerika yang mengandung bahan kimia berbahaya juga dipamerkan disini. Miris melihat anak-anak muda tanpa tangan, buta, kaki yang mengecil, bentuk badan yang tidak normal, sangatlah menyedihkan....saya benci perang.



















2 jam hampir kami habiskan dimuseum ini, dilantai satu kita bisa membeli barang-barang hasil kerajinan para penderita cacat akibat perang. Dari museum ini kami kembali ke hotel dengan naik taxi seharga 35,000 DNV.