Monday, May 26, 2008

The Catedral




Selesai sholat jumat sama yudi...langsung mampir ke sebrang untuk mengabadikan The Notredame Church of Jakarta....sekilas gereja Katedral ini mengingatkan saya pada bagian depan gereja Notredame di Paris yang pernah saya saksikan di tahun 1995.

Baru kali ini juga saya masuk hingga ke bagian dalam dan menyaksikan salahsatu rumah Tuhan di muka bumi ini. Dan selalu saja ada perasaan tenang didalam rumah Tuhan...entah di masjid, gereja atau pura sekalipun...dimana setiap manusia selalu berbicara pada Sang Pencipta dengan berkontemplasi.

Patung Madonna (dalam bahasai Italy) yang berarti Bunda Maria sebagai penanda pintu masuk gereja yang begitu megah ini. Gereja Katedral ini baru saja direnovasi sekiar 2/3 tahun yang lalu. Batu luar bangunan tampak begitu kusam,sehingga perlu dipanggil para ahli untuk membuat bangunan luar katedral ini tampak lebih bersih dan atap katedral yang terbuat dari besi baja tahan karat buatan Belanda yg kokoh ini dicat kembali.

Bangunan dalam gereja ini tidak seluas didalam Katedral Notredame di Paris..tapi sangat memikat sekali. Seperti bangunan gereja ala Barok....maka berbentuk salib apabila dilihat dari atas.Bagian kanan dan kiri gereja biasanya digunakan sebagai tempat berdoa dan penempatan orgel atau semacam piano kuno yang terbuat dari pipa besi yang menghasilkan bunyi yang megah dan artistik.

Bangunan cembung yang saling bertemu di atap gereja, dibuat untuk menghasilkan suara yang artistik dan setiap gema yang dipantulkan tidak pecah karena pada jaman dahulu tidak ada alat pengeras suara. Pantulan cahaya yang besar dihasilkan dari kaca patri hias yang indah dibelakang gereja serta di bagian atas altar dimana terdapat kaca patri yang tidak berhias (polos).

Cuma sayang, sisi dalam katedral tidak terbuka untuk umum. Mungkin untuk menghindari perbuatan keji para teroris yang ingin membahayakan umat yang sedang beribadah seperti beberapa tahun yang lalu.

But honestly,I love this catedral.....reminds me of notredame de Paris...

Friday, May 23, 2008

I Wish I could DO

Malam ini setiap pom bensin sangatlah ramai mobil dan motor berjejer untuk mengantri BBM yang masih seharga Rp 4500/liter untuk jenis premium. Beruntung saya tadi pagi sudah mengisi penuh bahan bakar motor saya, jadi tidak perlu panic shopping kali ini.

Nanti malam BBM akan jadi seharga Rp 6000/liter dan saya sangatlah iri dengan negara Venezuela yang juga penghasil minyak di bumi amerika selatan. Harga BBMnya perliter hanya Rp 276 saja. Udah kayak harga BBM di tahun 80an....

I wish....negara Indonesia yang baru saja memperingati 100 tahun kebangkitan bangsa ini dipimpin oleh seorang Hugo Chavez yang tegas dan berani ambil keputusan untuk memobilisasi seluruh perusahaan asing di bidang pertambangan dan perminyakan agar masyarakatnya bisa menikmati hasil buminya....

I wish.....negara Indonesia dipimpin oleh seorang Vladimir Putin yang berani mengambil keputusan yang tegas dalam segala hal sehingga Rusia bisa membayar seluruh hutangnya secara lunas kepada IMF yang konon lintah darat berkedok pelindung dunia dibawah bendera PBB. Sehingga membuat negara Rusia yang bangkrut menjadi maju dan stabil. Orang kaya Rusia juga bertambah banyak walau memang banyak OKL (orang kaya lama) yang menyimpan banyak uang di bank2 di Swiss semasa pemerintahan komunis. Tapi seorang Putin bisa membawa sebuah kapal besar kembali berlayar dan menikmati keuntungan dari kenaikan harga minyak dunia...

I wish....para pemain minyak dunia bisa bertobat bahwa kenaikan harga minyak yang mencapai USD 127/barrel akan meluluhlantahkan banyak perekonomian negara berkembang....setiap kenaikan 1 USD/barrel negara Indonesia harus menaikkan anggaran belanja sebesar 1 trilliun rupiah lebih......sementara para orang kaya timur tengah terus belanja jet pribadi dan semakin kaya saja....

I wish......kekayaan bangsa ini tidak dikuras habis-habisan.....dan pemimpin kita berani mengambil tindakan tegas untuk menyelamatkan perahu bangsa. Dengan kenaikan harga BBM maka yang akan terjadi,

  • harus menambah budget belanja bulanan mama saya....
  • uang bensin biasa untuk motor Rp 10,000 maka akan jadi Rp 15,000/hari
  • angkutan umum pasti akan naik
  • harga makanan di warung / rumah makan akan naik, biasa makan siang Rp 10,000 - 15,000 maka akan menjadi Rp 15,000 - 30,000.

  • minyak goreng di hypermart akan jadi Rp 30,000/2 liter.
  • telur perbutir akan menjadi Rp 1500 - 2000.
  • sayur-sayuran juga akan naik
  • beras akan naik
  • susu bayi akan naik

  • hore.....semua naik...sementara gaji tidak akan naik....BRAVO...
Dan yang akan terpuruk kemungkinan,
  • tukang buah akan gulung tikar karena masyarakat tidak perlu buah yang penting kenyang makan nasi + lauk pauk...jadi tidak perlu nasihat 4 sehat 5 sempurna...yang penting kenyang dulu, Insya Allah akan sehat....
  • supir taxi.....mending naik motor dibanding naik taxi kecuali kepepet banget n no other choice.....barusan temen curhat karena mobilnya kudu pake pertamax...secara mobil mewah....jadi besok dan hari berikutnya akan pusing beli BBM.
  • pedagang makanan keliling yg biasa lewat diperumahan...kemarin tukang roti bakar keliling udah nggak jualan lagi....sekarang nggak tahu neh??
  • para nelayan yg butuh solar biar kapal mereka bisa melaut.....alhasil kapal cadik seperti jaman dulu jadi andalan lagi....padahal nenek moyang kita khan pelaut ulung walau menggunakan angin...hhehhehehe.....
Akhirnya saya hanya bisa bersorak sorai malam ini.....HIDUP SBY...HIDUP KALLA
Dan MATILAH RAKYAT................

Karena rakyat kecil seperti saya yang paling menderita kerugian besar....from all this mess....


Wednesday, May 21, 2008

Oh Tao Toba




Finally, Dream comes true....niat ingin berkunjung kedanau toba kesampaian juga.
TIba di danau toba pukul 1 pagi dan kebetulan hampir bulan purnama. Kemilau sinar bulan segera menghiasi permukaan danau yang bak lautan. Angin dingin kota Prapat yang terletak di pinggir danau Toba segera menyapa kami berempat.

Ditemani sopir yang bernama Pak Sihombing kami segera mencari hotel yang terletak di pinggir danau. Sayang malam itu kamar hotel penuh yang terletak di tepi danau sehingga kami hanya mendapat kamar yang terlatak sekitar 20m dari tepi danau. Hotel bertarif Rp 60,000/malam itu lumayan bersih. dua kamar tidur dan ada satu ruang tamu, air panas + TV.

Esok paginya kami segera mengunjungi dermaga yang terletak dibelakang hotel...birunya danau dan awan biru membuat kami melayang sesaat. Air danau toba yang jernih dan agak dingin, serta pasir danau yang agak putih tidak pernah saya bayangkan sebelumnya.

Segera kami menuju ke speed boat yang telah menunggu kami untuk menuju ke pinggir pulau Samosir...perjalanan ditempuh selama 30 menit dan biayanya sekitar Rp 400rb untuk pp sambil menuju ke batu gantung. Kalau ingin mengelilingi danau toba secara keseluruhan bisa ditempuh selama 1 jam dan memakan biaya Rp 1juta/boat.

Burung bangau beterbangan, angin sejuk, birunya air, hijaunya daratan samosir menjadi penghibur kami pagi itu setelah melakukan pekerjaan yang sangat melelahkan.

Cuma sayang tempat seindah ini tidak dipromosikan secara besar2an bahkan semenjak tsunami di aceh....kunjungan turis asing menurun dratis. Padahal this is one of the Heaven on earth.............

We'll be back....Tao Toba !!!

The King's Tomb @ Samosir




Masyarakat kuno di pulau Samosir masih menganut animisme sebelum agama Kristen masuk dan berkembang di pulau ini. Peninggalan berupa kuburan batu yang terkenal dengan istilah sarkhopagus juga masih terdapat dan terawat dengan baik dan bahkan menjadi atraksi wisata yang menarik.

Kuburan batu tersebut menandai adanya budaya prasejarah dijaman batu / megalithikum dan di Indonesia bisa ditemukan ratusan kuburan batu yang masih tersisa dan diwilayah samosir ini salahsatu yang terbaik selain di pulau Sumbawa dan Minahasa.

Didalam pemakaman raja ini juga terdapat sebuah bekas pohon besar yang kemudian ditebang karena akarnya mengganggu area pemakaman ini. Pohon yang konon merupakan pohon asli Samosir dan digunakan untuk rumah ini sangat kuat sekali, semakin kering pohon ini semakin keras.

Disebelah utara pemakaman terdapat sebuah tongkat berbentuk tombak Raja Sisingamaraja yang berdiri tegak dan biasa digunakan berperang dijamannya. Tongkat raja ini berdiri tegak dengan ketinggian sekitar 4 m.

Beberapa masyarakat samosir juga masih menganut agama animisme walau sebagian besar sudah menganut agama Kristen. Masyarakat yang menganut animisme ini masih mempercayai bahwa raja Sisingamangaraja masih hidup dan sering menaiki kuda putihnya apabila ada desir angin tiba. Dan mereka masih memberikan sesaji di beberapa tempat yang sakral di pulau samosir ini.

It's our heritage to be preserved well.....

Sigale Gale @ Samosir Island


patung ini masih asli lho

There was something enchanted me while arriving the samosir island, an old statue of sigale gale. Menurut cerita, ada seorang bapak yang sangat terpukul atas kematian anaknya. sehingga ia memutuskan untuk membuat patung sigale - gale untuk mengingat anaknya yang telah meninggal tersebut.

Dan dikala waktu, patung sigale - gale dimainkan dengan iringan musik tradisional khas Batak dan diisi dengan roh halus sehingga ia bisa menari sendiri mengikuti musik yang dimainkan. Setelah agama Kristen masuk, cara memainkan patung sigale-gale diganti dengan tenaga manusia layaknya sebuah wayang tidak memakai roh halus lagi.

Patung ini masih asli dan berumur sangat tua, rumah adat yang terletak dikampung samosir inipun masih terawat dengan baik. Arsitektur lokal yang sangat cantik dengan ornamen yang menawan menghiasi seluruh rumah tua tersebut. Dan tanpa menggunakan paku tapi dengan pasak yang notabene anti gempa.

Dan terdapat sebuah relief yang menggambarkan (maaf) payudara wanita dan seekor cicak, simbol dari air susu Ibu dan masyarakat Batak yang terdapat dimana-mana dan selalu kembali ke kampung halamannya.

Perjalanan dari tepi danau toba ke pulau samosir dapat ditempuh dengan sewa speed boat seharga Rp 200,000 per boat dan ditempuh selama 20 menit. Lebih cepat dibanding dengan kapal fery wisata.

Tuesday, May 20, 2008

Malam di Kota Tua




Guys...sekarang suasana malam hari di kota Tua Jakarta semakin menarik. Ratusan lampu hias berwarna warni menerangi wilayah kota tua...taman Fatahillah diberi lampu hias di jalannya...lampu sorot semakin membuat indah wilayah ini.

Thanks to Ibu Miranda Gultom yang menjadi pelopor untuk mempercantik kota tua sehingga tidak kalah dengan kota tua di negara lain....suatu awal yang baik untuk pariwisata and our heritage...

Masjid Raya Medan




Jarak dari istana maemoon ke masjid raya ini hanya sekitar 200 m dan begitu indah bangunan masjid ini. Perpaduan antara arsitektur eropa dan persia. Sayang beberapa bagian tidak terawat seperti kaca mozaic yang indah banyak yg pecah....

The Lost Palace




Istana Maemoon yang megah ini amat disayangkan tidak terpelihara dengan baik. Keindahannya menjadi seakan sirna apabila pemerintah daerah dan keluarga istana duduk bareng dan membiacarakan tentang renovasi istana yang megah ini. Kerajaan Deli adalah cikal bakal kerajaan muslim kedua setelah kerajaan pasai di aceh untuh tanah Sumatra.

Halaman depan istana yang luas hanya dipergunakan untuk bazaar tanaman hias, seharusnya diberi air mancur dan bunga tropis yang indah. Kontras dengan walikota medan yang berusaha memperindah kotanya dengan air mancur yang besar.

Sisi kanan dan kiri istana dipergunakan untuk tempat tinggal keluarga kerajaan. It's a palace not a house.....

Batu Gantung di Kota Prapat (Tao Toba)




Di pinggir danau toba terdapat sebuah fenomena alam yang menarik dengan bungkusan kisah legenda. Seperti kita ketahui bahwa legenda adalah suatu kisah masyarakat pedesaan yang seakan kisah tersebut benar2 terjadi.

Dengan menaiki boat yang bertarif Rp 200rb menuju ke batu gantung, saya dan teman2 menyaksikan keindahan alam danau toba yang menawan. Bayangan awal saya batu gantung adalah sebuah batu yang berada di pinggir tebing dan tidak jatuh sehingga seakan menggantung seperti di sebuah bukit di srilanka.

Ternyata batu gantung adalah sebuah sejenis stalakmit berwarna hitam yang menggantung di atas sebuah pengunungan batu kapur. Dari jauh kikisan batu tersebut menyerupai wajah manusia dan konon di daerah ini dilarang untuk berkata kotor. Karena akan terkena nasib buruk apabila berkata kotor.

Alkisah seorang gadis di kota Parapat dijodohkan oleh seorang pria yang notabene pria tersebut masih saudaranya sementara hati sang gadis sudah tertambat pada pria lain. Sehingga ia memilih bunuh diri dibandingkan dinikahkan paksa dengan saudaranya yg konon mempunyai gangguan mental. Ada yang bilang, sang gadis terperosok kedalam lubang gua dan ada yang bilang ia memang sengaja bunuh diri. Sementara anjing kesayangan sang gadis mengikutinya dan menggantung disamping batu hitam yang konon jelmaan sang gadis tersebut.

Menurut penuturan supir perahu boat, di tahun 70an gua tersebu masih dihuni oleh Bunian - manusia kerdil. Dibalik rerimbunan semak2 yang menutupi goa (konon terdapat sebuah goa didalamnya) masih terdapat harta karun. Dan di tahun 80an, pasukan amphibi dari TNI pernah mencoba mengangkat harta karun tersebut dan mereka berhasil mendapatkan beberapa perhiasan emas kuno. Dan setelahnya keluarga mereka meninggal mendadak, akhirnya perhiasan emas kuno tersebut dikembalikan ke tempat asalnya agar terhindar dari kesialan.

Di pesta Danau Toba 2008 yang akan berlangsung di bulan Juni ini akan diadakan upacara pemotongan kerbau dibawah lokasi batu gantung ini untuk para Bunian. Dan konon dilarang menggunakan baju warna hijau yang sewarna dengan air danau Toba, karena konon Bunian akan menganggap manusia tersebut adalah temannya dan dibawa ke dasar danau.

Candi Bahal di Padang Lawas


Tanda kebesaran umat Budha di era Sriwijaya

Selasa, 13 Mei 2008 - pada saat melakukan perjalanan darat dari kota Rantau Prapat menuju ke kota Sibuhuan, Kabupaten Padang Lawas di Sumatra Utara terdapat sebuah plang warna coklat bertuliskan Candi Bahal + 0,8 km disisi kanan jalan yang bergelombang. Ditengah jalan yang bergelombang karena dilalui oleh kendaraan berat seperti truk pengangkut CPO dan lain sebagainya, saya berkeinginan mengunjungi candi tersebut. Esoknya secara tidak sengaja, saya dan teman-teman mengunjungi candi tersebut.

Candi Bahal ini merupakan sisa penginggalan agama Budha yang dulu di era kerajaan Sriwijaya berkembang sangat pesat. Dan kini sisa-sisa candi tersbeut masih bisa kita saksikan walau perlu direnovasi beberapa bagian termasuk beberapa tembok candi yang dicoret2 oleh tangan-tangan usil.

Jangan membayangkan candi-candi itu seperti candi Prambanan atau Borobudur yang masih dipergunakan hingga sekarang. Candi-candi di Situs Padang Lawas masa kini hanya sebagai monumen sejarah dan sudah tidak dipergunakan lagi sebagai sarana beribadat. Misalnya Candi Bahal I.

Candi Bahal yang berada di Desa Bahal, Kec. Padang Bolak, sekitar 450 kilometer barat daya Medan, ibukota Sumut, merupakan candi terbesar yang telah dipugar. Dikitari ilalang, Candi Bahal I terlihat bagai tugu batas desa. Beberapa pohon rimbun serta sebuah pos jaga di depannya sedikit menutupi papan nama candi di dekat gapura. Bangunan purbakala dari bata merah itu semakin memerah disengat matahari.

Walau berdiri di bukit kecil dan dikelilingi lembah berupa lahan persawahan, Candi Bahal I tidak selalu sepi. Masyarakat sekitar, memang tahu kalau di situ ada komplek percandian. Namun, tiap harinya bisa dikatakan tidak ada pengunjung.

Candi itu memang sepi pengunjung. Bisa dimaklumi sebab angkutan umum ke komplek candi ini relatif jarang dan memakan waktu. Dari Medan, terpaksa tiga kali naik angkutan, Medan – Padang Sidempuan, Padang Sidempuan – Padang Bolak serta Padang Bolak - Desa Bahal, dengan jarak tempuh sekitar 12 jam.

"Candi ini hanya ramai saat Lebaran atau Tahun Baru, itupun karena ada hiburan keyboard, biasanya dikutip Rp 2 ribu per orang. Kalau hari biasa, paling anak-anak muda sekitar kampung, pacaran. Pengunjung dalam sebulan paling banyak 20 orang saja. Kalau turis asing sudah lama tidak ada,” tutur Nashiruddin (28), seorang penduduk setempat.

Kendati merupakan kawasan wisata sejarah, tidak terlihat jejeran kios penjual makanan atau souvenir. Di luar hari libur besar, Candi Bahal I hanya berupa bangunan rapuh setinggi 12,8 meter dengan bayangan hitamnya di siang hari serta aliran Sungai Batang Panai sekitar 50 meter di bawahnya.

Menghadap Tenggara

Berbeda dengan posisi menghadap barat pada candi-candi di Jawa Timur atau menghadap timur pada candi-candi di Jawa Tengah, Bahal I justru dibangun menghadap Tenggara dengan sudut 135 derajat. Tidak diketahui alasannya.

Selain kawat berduri pemagar komplek candi seluas 2.744 meter persegi, di dalam masih ada pagar sepanjang 59 meter berupa susunan bata, mulai dari empat hingga 22 lapis. Dengan begitu, Bahal I merupakan candi terluas yang telah selesai dipugar bersama empat perwara-nya, yakni candi kecil di samping kiri dan depannya berbentuk bujur sangkar, menyerupai altar.

Perwara pertama luasnya 4,9 x 4,9 m dengan tinggi 1,5 m, berada enam meter sebelah timur laut bangunan induk. Perwara kedua merupakan perwara terluas, berada enam meter sebelah tenggara atau berhadapan dengan candi induk. Ukurannya 9,5 x 9,5 m dengan tinggi dua meter. Perwara ketiga terletak 2,20 m sebelah barat daya perwara kedua. Ukurannya 4,65 x 4,65 m dengan tinggi dua meter. Sedangkan perwara keempat ada di barat daya perwara ketiga, tinggi 1,5 meter dengan ukuran paling kecil, yakni 4 x 4 meter.

Sementara bangunan induk candi itu sendiri berdenah bujur sangkar. Di pintu masuk terdapat delapan anak selebar 2,25 meter. Sepasang arca singa terlihat mengapit tangga. Pada bagian tengah bangunan utama terdapat ruang kosong seluas 2,5 m x 2,5 m yang fungsi awalnya diperkirakan sebagai tempat pemujaan.

Kilasan Sejarah

Arkeolog asal Jerman F.M Schnitger yang berkunjung tahun 1935 menyimpulkan, candi itu peninggalan Kerajaan Pannai. Sumber sejarahnya berasal dari prasasti berbahasa Tamil berangka tahun 1025 dan 1030 Saka yang dibuat Raja Rajendra Cola I, di India Selatan. Rajendra berhasil menaklukkan Kerajaan Sriwijaya dan beberapa kerajaan lainnya temasuk Kerajaan Pannai. Keberadaan Kerajaan Pannai tercatat dalam Kitab Nagarakertagama, naskah kuno Kerajaan Majapahit tulisan Empu Prapanca tahun 1365 Saka.

Dari temuan sejumlah artefak, analisa konstruksi bangunan beserta materialnya yang dominan bata merah dengan ukuran beragam, batuan tuff (batuan sungai) untuk arca dan batuan kapur, memunculkan dugaan kuat bahwa candi ini berkaitan dengan agama Budha beraliran Wajrayana.

“Diperkirakan pembangunan Candi Bahal I beserta candi-candi di sekitarnya, sejaman dengan pembangunan Candi Muara Takus di Riau sekitar abad ke XII Masehi. Bahkan mungkin sama juga dengan sebuah Komplek Candi Mahligai dan Candi Putri Sangkar Bulan di Kab. Pariaman, Sumatera Barat yang sampai sekarang masih belum direnovasi,” kata Kepala Bidang Muskala, Kanwil Depdikbud Sumut, Syaiful A Tanjung.

Alasannya, kata Tanjung, karena proses pemugaran Candi Bahal masih mengikutsertakan arkeolog saja, sedangkan ahli sejarah tidak. Sehingga belum bisa disimpulkan kapan waktu berdirinya. Proses pemugaran masih berlangsung sampai sekarang.

Penulis yang sempat berkunjung ke Candi Muara Takus di Kabupaten Kampar, Riau, memang melihat ada kemiripan dari segi konstruksi maupun penggunaan batu bata sebagai bahan utama bangunan. Bata juga menjadi bahan bangunan dominan 61 candi di Komplek Situs Kepurbakalaan Muarajambi di Jambi.

Sebenarnya di Nanggroe Aceh Darusslam (NAD) masih berdiri satu candi bata, yakni Candi Indrapuri. Candi Hindu ini berada di Indrapuri, sekitar 25 kilometer arah timur Banda Aceh, ibukota NAD. Setelah berubah jadi Masjid Jami’ Indrapuri, terjadi beberapa perubahan bentuk.

Tembok tebal pemagar masjid merupakan bagian asli candi yang masih tersisa. Candi Indrapuri awalnya merupakan sebuah candi khusus untuk peribadatan kaum wanita. Kerajaan Lamori membangun Candi Indrapuri sekitar abad XII bersama Candi Indrapatra dan Indrapurwa. Namun dua candi terakhir sudah tidak terlihat lagi.

Relief tak Utuh

Satu hal yang agak memprihatinkan mengenai Candi Bahal I adalah pemugarannya, karena tidak begitu berhasil menunjukkan bagaimana ujud candi itu sebelumnya. Misalnya renovasi terhadap relief Yaksa dalam posisi sedang menari, di sebelah kiri pipi tangga candi. Bagian kepalanya sudah hilang.

Batu bata baru terlihat dipasang rata seperti membangun rumah! Tak ada ukiran baru mengikuti garis kepala Yaksa yang telah hilang! Untungnya 3 relief Yaksa di pipi kanan tangga masih asli. Kendati ada sedikit perbedaan pada tatahannya, namun dapatlah menjadi bahan perbandingan.

Sebenarnya relief terdapat pada setiap sisi candi. Ada enam relief singa pada dinding-dinding candi. Namun kini hanya beberapa bagian saja yang masih terlihat. Selebihnya berupa susunan batu bata baru. Ketika diresmikan Gubernur Raja Inal Siregar pada 26 Desember 1991, pemugaran itu tidak berhasil meniru aslinya.

Pemugaran terlihat lebih baik pada bagian dalam atas (atap) candi. Bentuknya lapik tiga lapis berupa susunan 21 batu bata. Berdenah bujur sangkar pada beberapa puluh centimeter pertama dan mengkerucut di bagian dalam. Sedangkan dari luar, atap berbentuk lingkaran. Renovasi keempat perwara tampak lebih baik, mungkin karena tak ada relief yang harus direkonstruksi.