Wednesday, March 26, 2008

Pintu dan Jendela




Puluhan pintu dan ratusan jendela menjadi saksi bisu sejarah bangsa ini.
Andaikan mereka bisa bicara, pasti mereka akan bercerita tentang kisah masa lalu.
Semasa pemerintahan kolonial Belanda, mereka banyak membangun jendela agar angin segar tropis bisa masuk kedalam ruangan mereka.
Dan ternyata jaman dulu tidak semua orang Belanda berpostur tinggi besar seperti sekarang. Puluhan pintu dibuat dengan tinggi antar 170 - 200 cm.
Sebagian besar pintu dan jendela sudah berkarat, rusak, dicorat coret oleh tangan jahil dan bahkan dibiarkan begitu saja.
Hanya beberapa pintu dan jendela yang masih terawat dengan baik.
Padahal mereka adalah saksi bisu sejarah bangsa ini.

Luxurious Site - Pantai Mutiara & Regatta




Bagai bumi dan langit, setelah menikmati keindahan kota tua Jakarta kemudian perjalanan saya lanjutkan ke arah pantai mutiara dan regatta di Pluit.
Perumahan mewah ini menyediakan view yang sangat menarik, bibir pantai yang tertata rapi seperti di ancol dengan pohon kelapa, pedestrian yang tertata serta pasir laut yang diambil dari kepulauan seribu.
Tidak lama lagi sebuah icon baru kota Jakarta akan muncul and it is The Regatta Residence. My next dream condominium that costs billion of rupiah.
The Regatta design is marvelous, layar kapal yang sedang terkembang menjadi ide dasar desain condominium ini.
Sambil memandang pantai utara Jakarta yang cukup indah disore hari dari sebuah cafe kecil yang berada sekitar 10 meter dari bibir pantai..it was so nice.
Semua kepenatan dan juga masalah terasa hilang sekejap....
Just come and try another view of Jakarta from this luxurious site...hope your dream yacht will pick you up....

Tuesday, March 25, 2008

Sisi Lain Kota Tua




Kehidupan Kota Tua sangat berwarna warni....diantara bangunan tua yang rapuh dan beberapa masih terawat dengan baik. Para penghuninya pun tidak kalah beragam.Mulai dari para wisatawan yang sedang hunting foto seperti saya, tukang sol sepatu yang sedang asyik melakukan pekerjaannya hingga seorang pengemis tua yang sedang menanti iba di pinggiran jalan yang sumpek dan berdebu.
Seorang anak kecil memanggil saya,"Om poto saya donk!"
Ia adalah seorang anak nelayan yang tinggal dibelakang gudang tua samping museum bahari.
Seorang gadis kecil pun tidak kalah seru, pada saat saya sedang mengambil foto kantor pos besar Kota. Dengan baju pinknya, gadis kecil itu tiba-tiba berpose seakan minta diambilm gambarnya juga. Sementara sang kakek sedang asyik membuka pintu sebuah club malam sambil berjualan minuman ringan didepan pintu club tersebut.
Seorang pria tua sedang termenung disebuah pintu toko merah, seakan ia memikirkan masa depan yang semakin tidak menentu.
Penjual siomay keliling sedang menunggu pembeli dipelataran museum Jakarta.
Saya menikmati setiap detik berada di lokasi kota tua, kehidupan begitu beragam ....Life is so beautiful!

Toko Merah




Exploring the old town of Jakarta, saya mendapatkan keindahan dari banguna tua yang bertembok merah dan beberapa diantarannya sudah dirambati oleh pepohonan.

Monday, March 24, 2008

Kembali ke Laptop




Hm....lucu juga kalau ada laptop kayak gini....nggak ribet n berat bawanya. Kalau nggak salah tehnologi ini juga sudah diterapkan untuk penggunaan mobile phone seri 6 G. Jadi pas telpon si lawan bicara kita sudah ada di depan wajah kita....

Dubai World




Ada yg mau beli property di dubai?? gw udah beli 2 neh....cuma miniaturnya aja dulu kaleee....heheheh

Sunday, March 23, 2008

Curug Cigamea

Curug Cigamea, nama tersebut pertama saya dapatkan dari seorang sahabat lama yang tinggal di Bogor. Kemudian malam hari saya coba cek di google dan dapatlah beberapa foto tentang curug Cigamea. Hal tersebut semakin membuat saya semakin penasaran ingin mengunjungi tempat tersebut yang konon dekat dengan kota Bogor. Seperti biasa, I am a lonely traveller sometimes. Dan kadang dikala jemu, saya menemukan keasyikan sendiri berpetualangan di alam bebas. Tanpa disadari saya sudah melakukan hal tersebut semenjak saya bekerja di Bali. Hanya berbekal sebuah peta, saya bisa membawa mobil dari Denpasar – Jakarta seorang diri untuk pertama kalinya, hal tersebut mengalahkan rasa takut saya akan kesendirian dan kebosanan.

                Seperti dalam film Into The Wild arahan sutradara Sean Penn. Dalam buku dan film Into The Wild, dikisahkan bagaimana seorang manusia harus keluar dari zona nyaman (comfort zone) dan mencoba bersahabat dengan alam. Kali ini saya mencoba keluar dari zona nyaman yang selama ini sering saya lakukan.

                Dengan mengendarai sepeda motor, saya mencoba seorang diri untuk menemukan dimana letak Curug Cigamea yang membuat saya penasaran selama beberapa hari ini. Dari arah Bekasi saya memacu motor saya melewati CibuburCileungsiCibinong – Pintu Tol Sentul, kemudian mengambil arah ke Bogor. Setelah sampai dipertigaan menuju ke kota Bogor, saya mengambil arah ke Kedung Halang - Warung Jambu, dari Warung Jambu saya belok kanan menuju ke arah Taman Jasmine, kemudian diteruskan ke arah terminal BubulakJL. Raya IPB Darmaga. Nah kemudian saya mencoba bertanya arah Curug Cigamea.

                Perjalanan dilanjutkan dari depan IPB Darmaga menuju ke arah Leuwiliang, dari Jalan Raya Warung Boyong saya kembali bertanya dengan penduduk lokal. Dan jawabannya cukup mengejutkan, ia tidak pernah mengunjungi Curug Cigamea dan kemudian ia membantu saya untuk menanyakan dengan saudara lelakinya. Dari situlah saya tahu bahwa saya tidak salah jalan. Kemudian saya memacu motor saya kembali, entah mengapa saya sepertinya ingin kembali bertanya. Didepan Indomart saya bertanya ke seorang tukang ojek yang saya harapkan tahu arahnya, ternyata hanya 2 meter dari tempat saya bertanya ada sebuah belokan ke kiri. Nah itu arah ke Curug Cigamea, jadi apabila kalian mau kesana harus extra hati-hati jangan sampai keterusan. Sesampainya di Jalan Raya Warung Boyong yang menuju ke Leuwiliang, ada dua buah mini market (Indo Mart dan Alfa Mart) yang bersebrangan. Disitulah kalian harus belok ke kiri. Hebatnya...tidak ada satupun penunjuk jalan yang mengatakan bahwa jalan tersebut menuju ke Curug Cigamea. Menurut penuturan tukang ojek yang baik hati itu, jarak ke Curug Cigamea dari IndoMart sejauh 15 km. Berarti perkiraan saya sekitar 30 menit waktu tempuhnya.

                Diujung tampak dengan  megah berdiri Gunung Salak, salahsatu gunung Keramat di Jawa Barat setelah Gunung Gede dan Ciremai. Karena konon di Gunung Salak inilah Prabu Siliwangi, Maharaja Kerajaan Hindu Padjajaran – Siliwangi moksa (menghilang). Beliau menghilang di Gunung Salak karena menurut sejarah terdesak oleh kerajaan Islam dari Cirebon. Untuk itu, saya mengikuti prinsip Tri Hita Karana(manusia dengan Tuhan, Alam dan sesama), saya percaya pasti ada hal yang secara kasat mata tidak terlihat -  yang berada disekitar gunung tersebut.  Untuk itu dalam hati saya selalu mengucapkan salam menurut kepercayaan agama saya. Yang saya minta agar diberi keselamatan dan agar tidak diberi hujan, karena saya ingin menikmati ciptaan Tuhan YME, the amazing waterfalls – Curug Cigamea. Dari penuturan teman  saya, bahwa Bogor dilanda hujan terus menerus dan saya disarankan agar jangan mengunjungi Curug tersebut. Tapi entah kenapa, minggu siang kemarin cuaca sangat bersahabat sekali, walau awan mendung berada di arah selatan gunung Salak. Bahkan Gunung Salak terlihat sangat indah sekali.

                Jalan kecil yang menanjak menjadi tantangan sendiri buat saya, apabila kalian membawa mobil – saya sarankan agar membawa 4 wheel drive dan jangan lupa dicek remnya. Jalan yang dituju tidak terlalu lebar, lebarnya hanya 3,5m tapi beraspal cukup baik. Udara dingin segera menyambut saya karena ternyata lokasi yang dituju berada di perut Gunung Salak. Betapa senangnya saya karena disepanjang perjalanan saya bisa menghirup udara segar tanpa polusi dan terkadang saya mencium aroma kayu bakar. Sudah lama saya merindukan aroma kayu bakar, hal tersebut mengingatkan saya semasa berkunjung ke rumah almarhum nenek di Tulungagung. Almarhum selalu memakai kompor kayu bakar, walau sudah dibelikan kompor minyak oleh mama saya.

                Kiri dan kanan jalan hanya keindahan alam tropis yang tiada terkira. Sawah yang menguning, beberapa orang sedang sibuk membajak sawah, rerimbunan pohon bambu, sementara dibelakangnya hutan lebat milik Sang Prabu Siliwangi di halaman rumahnya, Gunung Salak Permai. Hampir 30 menit berlalu, tapi saya masih belum menemukan tanda ke arah Curug. Saya jadi curiga apabila saya tersesat.  Ternyata diujung sebuah pertigaan, terdapat sebuah papan penunjuk arah dari kayu yang dicat warna hijau dengan cat yang sudah mengelupas sebagian dan tertulis,”Curug Cigamea, Gunung Bundar, Curug Ciampea, Curug Ciherang, Kawah Ratu”.

                Saya ikuti saja petunjuk tersebut dan tidak berapa lama kemudian tibalah saya di pintu gerbang bertuliskan,”Selamat Datang, Kawasan Taman Nasional Gunung Halimun, Bogor”. Huh....tulisan tersebut semakin membingungkan saya, karena saya tidak hendak ke arah Gunung Halimun, tujuan utama saya adalah Curug Cigamea di Bogor. Ternyata setelah membayar tiket masuk sebesar Rp 5000 saja (Rp 3000  untuk asuransi/org dan Rp 2000 untuk retribusi motor). Damned....it’s so cheap!! Pantesan saja tidak dikelola secara profesional, jangankan brosur yang memuat peta wisata. Bahkan di situs internet, informasi yang saya dapatkan sangat minim sekali. Inilah kehebatan Pemda Bogor dalam mengelola tempat wisata yang indah dan kehebatan Menteri Pariwisata Indonesia dalam membuat event internasional “Visit Indonesia year 2008”. Pelanduk didepan mata saja tidak keliahatan, sementara gajah disebrang lautan terlihat begitu bersinar. What a shame!!!

                Jejeran pohon pinus menyambut saya...senangnya hati saya waktu itu. Selekasnya saya membuka helm pengaman, agar membiarkan setiap helai rambut di kepala dan otak saya menikmati keindahan alam dan kesejukan udara pegunungan. I was so speechless and act like a kid on the cycle. Sebelah kanan jalan terdapat papan pengumuman rute menuju ke Curug Ciampea yang hanya berjarak 200 m. Tapi saya meneruskan perjalanan hingga saya menemukan Curug Cigamea. Dijalan kecil tersebut, saya melihat seorang anak kecil melintas sambil membawa barang dagangan. Saya iba melihatnya, saya membalikkan motor dan membeli sebuah minuman soda sebagai penolak dahaga. Hm....masih sangat kecil sekali dan harus berjualan. Yang parah ia berjalan kaki dari tempat yang saya tidak tahu darimana ia berjualan.

                Tak berapa lama, saya menemukan sebuah Curug yang bernama Curug Ciherang. Saya memarkir motor yang dikenakan biaya parkir sebesar Rp 3000/motor. Saya kemudian berjalan kaki menuju curug tersebut. Btw curug means waterfalls in Sundanese. Lokasi wisata tersebut cukup resik, beberapa orang sedang asyik bercengkarama dengan pasangannya dan beberapa keluarga sedang asyik melahap makanan di dalam saung yang disediakan gratis oleh pihak pengelola. Curug Ciherang tidak terlalu besar dan beberapa org sedang asyik mandi dibawah kucuran air terjun Ciherang. Wah senangnya melihat mereka bermain air. Tapi saya masih belum menemukan tempat yang saya impikan.

                Hanya 15 menit saya menikmati Curug Ciherang yang ternyata memang disukai oleh keluarga karena ada fasilitas untuk anak-anak dan sebuah sungai kecil yang aman bagi para babies. Disepanjang jalan banyak muda mudi yang sedang asyik pacaran diatas motor sambil menikmati ridangnya pohon pinus. Hm....seru juga..

                Wow...ternyata masih ada Curug Ngumpet, tapi saya nggak sempat kesana karena tujuan utama belum didapatkan. Jalan naik turun menguji ketahanan motor dan fisik saya. Dan banyak vila bari dibangun disana. Arghh...semoga pembangunan vila tersebut tidak mengganggu alam. Banyak juga vila yang disewakan. Wah kayaknya bisa dijadikan alternatif penginapan neh selain di puncak. Daripada macet di puncak, menginap di vila sekitar sini pasti nyaman dan terjangkau harganya. Banyak warung makanan di kanan dan kiri jalan, jadi tidak usah takut kuatir apabila lapar melanda pas saat liburan. Vila tersebut sangat cocok untuk tempat kontemplasi, retret dan lain sebagainya. Eh...ada vila pinken lho...semua catnya berwarna pinky!!

                Sekitar 2 menit dari Vila Pinky, akhirnya saya menemukan Curug Cigamea. Beberapa motor tampak diparkir berjejer. Setelah memarkir motor, saya masih harus melewati sebuah gerbang kecil dan harus membayar tiket masuk sebesar Rp 2500 saja. (Again...It’s so cheapppp!!) Tangga kecil yang menurun menyambut saya dan Alhamdullillah dari kejauhan sudah tampak sebuah aliran air terjun ditengah rerimbunan pohon. Tapi masih jauh tampaknya, saya masih harus menuruni tangga dan jalan berliku yang sudah sangat rapi, dibeton dan diberi pegangan besi pinggirnya sehingga sangat aman dilewati sejauh kurang lebih 1 km. Hmmm...turunnya gampang neh, pas naiknya....bisa nggak yakh???

                Akhirnya dalam waktu 15 menit saya sudah tiba di dua buah air terjun yang besar, Oh My GOD..... it’s twin waterfalls. Banyak pengunjung yang sudah berendam, mandi dibawah pancuran air terjun yang mengalir dengan derasnya dari ketinggian sekitar 15 – 20 meter. Saya sudah tidak tahan lagi untuk melepas baju dan berada dibawah air terjun. Setelah berganti baju, saya segera menuju ke air terjun Curug Cigamea part one. Airnya begitu dingin tapi sangat menyejukkan. Saya cukup lama berada dibawah pancuran air terjun tersebut, jadi ingat sebuah penelitian di Jepang bahwa air terjun mengandung ion negative yang sangat baik sekali bagi tubuh. Ion negative (Chi) adalah atom oksigen dengan elektro esktra yang dapat membuat tubuh anda merasa lebih baik dan ion negative banyak terdapat di pegunungan serta didekat air terjun. Ion negative tersebut sangat baik sekali untuk menetralisir racun dalam tubuh, meningkatkan aliran oksigen dalam otak, memperbaiki sirkulasi darah dan meningkatkan daya tahan tubuh. Sehingga jangan aneh apabila sehabis berada di bawah air terjun dan sekitar air terjun, tubuh merasa sangat segar. Hal itu karena partikel ion negative yang dibawa oleh air terjun bagi manusia dan sekitarnya. Kandungan Ion negative dalam air terjun alami sebesar 25,000 – 100,000 cc.  It’s a water theraphy, guys!!!

                Nah sekarang saatnya menikmati Curug Cigamea part two...letaknya hanya sekitar 10 meter saja tapi awas jangan sampai terjatuh karena batu pegunungan yang lumayan licin kena air. Dan ada satu hal kekurangan di tempat wisata alam ini, seperti tempat wisata yang lain yaitu tempat sampah dan tempat penitipan tas. Saya harus extra hati-hati karena pergi sendirian jadi harus memposisikan tas ditempat yang terlihat dan terjangkau agar tidak ada tangan-tangan jahil mengambil benda berharga saya. Beruntung ada sepasang muda-mudi yang juga ingin berendam, menyuruh saya agar menaruh tas saya didekat tas mereka. Err....it’s may good karma, I guess.

                Saya pun segera menuju ke ujung air terjun dan yang satu ini agak dalam. Sekitar 120cm dalamnya, sehingga kita bisa berenang. Duh sangat nyaman sekali berada di bawah air terjun, I felt free....saya sangat menikmati setiap tetesan air yang menerpa tubuh saya. Airnya cukup dingin dan sangat jernih sekali. Sehingga saya bisa melihat dasarnya...walau dari jauh tampak berwarna hijau toska. Sempat berbicara dengan pasangan tersebut, mereka anak kuliah dari UI Depok...wah...satu almamater donk!! Selama hampir 1 jam saya berada disekitar air terjun Curug Cigamea part two..dan rasanya tidak bosan hingga detik ini saya menulis di blog. Dan doa saya dikabulkan, cuaca sangat cerah, tidak ada hujan walau waktu sudah menunjukkan pukul 16.45 WIB.

                15 menit kemudian saya mentas, keluar dari zona into the wild dan berganti baju. Disediakan beberapa kamar mandi untuk bilas dan ganti baju dengan biaya Rp 2000/orang, masih murah khan?? Nah ujian kedua telah tiba, sebelumnya saya membeli sebuah air mineral agar tidak dehidrasi. Tangga demi tangga berhasil saya daki, diujung lembah tampak Curug Cigamea yang sangat indah buat saya. Perjalanan waktu tempuh selama 2 jam dari bekasi dengan motor sudah terbayarkan. I left it with a smile....and I promise I WILL BE BACK!!!!

                Pukul 17.30 saya meninggalkan lokasi Curug Cigamea, the hidden paradise for me dan saya sudah berhasil menaklukan rasa penasaran saya. Tapi saya masih punya 3 Curug lagi di kawasan yang sama yang masih belum di sentuh. Perjalanan pulang diantara rerimbunan pinus dan hari yang hampir gelap...saya menemukan segerombolan anak-anak kecil penjaja makanan dan rokok. Iba rasanya...seandainya saya membawa mobil, saya ingin mengajak mereka bareng...sampai tempat yang mereka ingin tuju. Karena kasihan jaraknya cukup jauh dengan jalan kaki.

                Perjalanan kali ini sangat menyenangkan....semua tercapai dan hasilnya sungguh diluar dugaan. Begitu keluar dari pintu gerbang kawasan wisata taman nasional gunung Halimun....hujan mulai turun rintik-rintik. Sepertinya Tuhan mengabulkan doa saya tadi, hujan tidak lama berhenti. Dan ternyata dikota Bogor hujan deras baru saja mengguyur, karena terlihat dari jalanan yang sangat basah. Dan sepertinya ini waktunya untuk menikmati wisata kuliner di Bogor.

                Opps...didepan kampus IPB Darmaga Bogor terdapat sebuah warung kecil dipinggir jalan bertuliskan “Nasi Kucing Solo”. Saya masih menimbang-nimbang, apakah saya harus mencobanya?? Dan akhirnya saya berhenti, membalikkan motor dan menuju ke warung nasi kucing solo tersebut. Nasi Kucing mengingatkan saya semasa masa kuliah di kawasan Babarsari, Yogyakarta pada tahun 1995. Menu nasi kucing sangat minim, sebuah nasi bungkus sebesar kepalan tangan orang dewasa yang berisi sayur bening dan orek tempe/tahu/telur dadar dengan harga Rp 500/bungkusnya dan sangat cocok sekali sekali buat kantung mahasiswa seperti saya ditahun 1995an. Saat ini nasi kucing solo yang saya tuju sudah seharga Rp 1500/bungkus dengan menu sayur + telur/tongkol, masih murah khan??? Saya memesan sebuah nasi kucing isi telur kemudian saya tambahkan tempe dan rempela ati serta segelas wedang jahe untuk penghangat badan. Sambil makan saya mengajak ngobrol si penjual yang ternyata berasal dari Boyolali, Jawa Tengah. Sebut saja namanya Mas Hek dan ia baru 3 bulan buka warung tersebut, sebelumnya ia menjadi supir dan penjaga fotokopi didekat kampus IPB. Ia juga yang memasak makanan tersebut dan ternyata ia seorang anak yatim piatu. Obrolan kami sore itu cukup menarik, saya menyarankan agar ia mengubah konsep warung kaki limanya menjadi warung lesehan. Dan ia juga bercerita bahwa warungnya ramai oleh anak kuliahan kalau malam, cuma sayang malam itu adalah masih liburan bagi anak kuliahan. Tapi ia masih bersyukur karena masih cukup ramai pembelinya. Wedang jahenya cukup enak dan membuat badan saya hangat. Mas Hek sangatlah ramah dan saya cukup berkesan dengannya. And it’s time for me to go home. Setelah berpamitan, saya pulang. Mak Hek kembali melayani seorang pelanggannya, seorang mahasiswi.

                It’s a lovely journey....I met alot of things and they were so nice to me. God has given me a gift, so I could get a multi package of joy....an amazing nature, a nice couple and a nice evening conversation. I promise I wil be back and eat nasi kucing solo, sambil menikmati alunan musik dari KLA Project – Yogyakarta........Ciao, Bella!!

 

Curug Cigamea




Here's the photos of Curug Cigamea, Bogor. It's only 2 hours drive from Jakarta. There are 5 different waterfalls here. The biggest waterfall is Curug Cigamea. The location is at the slope of Salak Mount, West Java. It's a must to be there

Sunday, March 9, 2008

Java Jazz Festival 2008




Berlangsung di JHCC dari tanggal 7,8,9 Maret 2008 menargetkan 70ribu penonton dengan tiket harian early bid Rp 350,000 dan Rp 500,000 on the spot. Sementara tiket special show mulai dari harga Rp 150,000 - 250,000/show. Acara JJF 2008 kali ini diisi oleh 80 performances dari 56 musisi international dan 101 musisi dalam negeri. Seru banget acaranya ....don't miss next JJF 2009, coz it's gonna be bigger and various international artists.

Java Jazz Festival 2008

                Jumat sore pukul 17.30 saya sudah tiba di tempat acara. Ratusan orang tampak berjejal didepan pintu masuk, beberapa calo mencoba menawarkan tiket masuk dan bahkan menawarkan apabila ada tiket lebih yang ingin dijual kembali. Wah ternyata dari tahun ke tahun yang namanya calo tetap ada disetiap tempat acara musik berlangsung dan bahkan bukan hanya disini saja para calo berkeliaran mulai dari bandara, stasiun bus dan kereta api pun mereka ada. Saya tahu hidup semakin sulit di Jakarta dan bahkan di Indonesia. Jadi saya cukup maklum akan kehadiran mereka, para calo hanya mengejar keuntungan yang tidak seberapa besar dari penjualan tiket suatu konser musik atau lain sebagainya. Ada rasa iba juga melihat mereka mengejar para calon penonton konser java jazz tadi malam. Ada seorang bapak tua yang sedang berusaha menawarkan tiketnya, ditangan tampak beberapa lembar tiket masuk yang djual lebih murah beberapa ribu rupiah dibanding di loket pembelian tiket. Bahkan beberapa orang asing pun lebih tertarik untuk membeli tiket di tangan para calo, karena harganya lebih murah sekitar 50 – 100rb/lembar.

                Pada saat masuk, penjagaan sangat ketat sekali. Para wartawan pun dilengkapi dengan ID card khusus Java Jazz yang sudah diberi bar code khusus, sehingga pada saat diperiksa secara otomatis nama, foto wajah mereka dan nama tempat mereka bekerja akan tertera dilayar komputer mereka. Panitia tampaknya tidak mau kecolongan lagi atas penggunaan ID card untuk media yang dapat digunakan secara ilegal seperti di tahun sebelumnya. Nah satu lagi, ada peraturan baru pada saat masuk ke arena acara JJF 2008 kali ini. Para penonton yang akan masuk dilarang membawa makanan atau minuman dari luar. Saya baru saja membeli satu botol Green Tea dan diberi tahun oleh penjaga pintu masuk agar dihabiskan segera atau ditinggal dipintu masuk. Jadi banyak penonton yang sudah membeli Aqua, Soft Drink, Tea atau makanan kecil lainnya harus ditinggal di pintu masuk. Dengan wajah kesal dan kecewa mereka meninggalkan makanan dan minuman dipintu masuk, alhasil deretan minuman ditaruh berjejer dibawah meja pintu masuk. It’s a business, dude!! Karena apabila para penonton dibiarkan  membawa makanan atau minuman dari luar, maka para penjual makanan dan minuman yang notabene beberapa diantaranta menjadi sponsor tidak akan laku berjualan didalam arena.

                Minuman seperti Green Tea  dan Soft Drink lainnya dikenakan harga sebesar Rp 15,000/botol dibeberapa counter dalam arena JJF 2008. Wow mahal yakh!! Tapi itulah bisnis perhelatan musik, setiap jengkal lahan yang dijual ke sponsor ada value dan para sponsor pun bisa menuntut kompensasi sebaliknya kepada pihak penyelenggara.

                Selanjutnya setelah berhasil melewati pintu masuk, saya mulai bingung ingin menonton pertunjukkan musik yang mana. Kemudian saya memutuskan untuk mengunjungi Femina Lounge yang terletak dilantai bawah JHCC. Femina Lounge yang terletak di Merak 1 & 2 kali ini tampak sangat sederhana tapi dengan tatanan yang apik, dilengkapi dengan beberapa LCD TV ukuran besar dan juga wall of fame majalah mereka. Akhirnya saya bertemu dengan teman-teman lama saya. Seperti biasa kehidupan dibelakang panggung tidak semewah tampilan luar sebuah acara. Beberapa teman saya tampak sedang kelelahan karena mereka sudah 2 hari yang lalu bekerja keras merapikan ruangan acara agar sesuai dengan permintaan pihak JJF dan manajemen Femina Group.

                Gustav, salahsatu sahabat saya pecinta musik Jazz telah tiba ditempat. Dan kami berdua melanjutkan perjalanan menikmati perhelatan akbar ini. Arena acara JJF 2008 dibagi dalam beberapa tempat yaitu Exhibition Hall A – B (diisi oleh BNI 46) Ruang Cendrawasih (diisi oleh Telkomsel), Ruang Assembly 1 – 3, Lobby Hall dan Plenary Hall (tempat berlangsungnya acara konser khusus). Konser khusus kali ini dimeriahkan oleh James Igram dan Boby Caldwell tanggal 7 Maret 2008, The Manhattan Transfer tanggal 8 Maret 2008 dan Babyface tanggal 9 Maret 2008. Setiap penonton yang ingin menyaksikan pertunjukkan special show ini harus membayar tiket masuk tambahan sebesar Rp 150rb (early bid) dan Rp 250rb (on the spot).

                BNI 46 kali ini sepertinya menjadi salahsatu main sponsor setelah perusahaan rokok PT. Sampoerna dengan brand Dji Sam Soenya, Medco Energy dan Telkomsel. Mereka menempati hall yang sangat besar sekali, dindingnya ditutup kain beludru warna hitam dan dihiasi kerlap kerlip lampu. Sangat cantik dan minimalis sekali desainnya, bahkan mereka menempatkan puluhan foto yang dipajang disepanjang jalan masuk menuju arena pertunjukkan musik. I felt lost here, because the arena was so huge. Sometimes I hate crowds...but not this time!!

                Sambil menunggu special show by James Ingram, saya menyempatkan menyaksikan beberapa penampilan artis jazz seperti Syaharani, Parkdrive, Ecoutez, Coda (australia) dan Sizhukong (Taiwan). Sizhukong sempat menarik perhatian saya karena mereka sekumpulan musisi jazz yang berasal dari Taiwan, Belgia dan Jepang. Mereka menampilkan irama jazz dengan sentuhan musik etnis cina. Beberapa peralatan perkusi dan sitar Cina mengiringi sebuah komposisi musik jazz. Saya jadi teringat akan penampilan grup Krakatau yang ciamik. Penampilan musisi jazz dari Taiwan tersebut menambah khazanah  musik saya malam itu. Let’s talk in jazz!!

                Penonton yang datang semakin membludak malam itu dan pukul 20.00 para penonton special show James Ingram sudah mengantri didepan pintu masuk Plenary Hall. Saya menonton dengan sahabat kampus saya di UI, Ira. Kemudian setelah itu, James Ingram tampil di main stage pukul 20.45, agak telat 15 menit dari waktu semula.  Para penonton yang sudah tidak sabar menunggu, kini mulai bergemuruh setelah melihat kemunculan James Ingram yang tampil full band dengan diiringi oleh 3 orang wanita sebagai backing vocal. Om Jamie (sebutan saya buat James Ingram) tampil dengan sangat memikat malam itu. Ia menyanyikan sekitar 10 lagu yang sudah akrab dengan ditelinga para pendengar setianya di Indonesia. Lagu demi lagu ia nyanyikan dan beberapa lagu ia nyanyikan secara duet. Kata sahabat saya Gustav, Om Jamie menyanyikan his greatest hitnya.

                Pada saat Om Jamie menyanyikan lagu dengan tempo yang cepat, tampak banyak penonton yang ikut menggoyangkan tubuhnya. Bahkan pada saat Om Jamie menyanyikan sweet long song, banyak pasangan yang terhanyut dan berpelukan mesra,  beberapa diantaranya ada yang menyalakan korek api. It’s so sweet....

                Om Jamie secara mengejutkan ikut turun panggung dan langsung saja diserbu para penggemar setianya. Om Jamie pun berduet dengan seorang penonton wanita yang tampil dengan suara pas – pasan. Wah puas sekali pertunjukkan malam itu, Om Jamie tampak all out dan ingin memuaskan para penonton setia di JJF kali ini. Special show selesai pukul 21.45 dan seperti biasa disetiap akhir pertunjukkan musik, para penonton selalu bersorak “We want more, we want more!”. Dan akhirnya tampillah kembali Om Jamie dari belakang panggung dengan bonus 2 lagu yang dinyanyikan secara medley. Kemudian pertunjukan berakhir dan tirai layar di main stage ditutup.

                Puas rasanya menonton pertunjukkan Om Jamie malam itu, setelah beberapa hari yang lalu emosi saya memuncak dikantor akibat kelakuan seorang pekerja dikantor saya yang tidak beres. Rasa emosi saya tiba-tiba hilang dan berganti dengan keriaan. Pengunjung pun masih tampak ramai, beberapa diantaranya sudah mulai kelelahan karena kita harus berjalan dari satu arena ke arena lain apabila ingin menikmati suatu pertunjukkan.

                Hari kedua, saya tidak bisa menikmati penampilan The Manhattan Transfer karena saya harus membayar tiket tambahan lagi. Malam ini penampilan Omar Sosa dan Pasto cukup memuaskan. Sepertinya yang paling banyak ditunggu sabtu kemarin adalah Ran, The Manhattan Transfer dan Bobby Caldwell.  Sudah 2 sahabat saya yang ingin menonton group jazz pendatang baru, Ran. Padahal menurut saya lagunya biasa saja, gampang membuat saya bosan dan melupakan lagu tersebut. Penampilan Matt Bianco dibatalkan sabtu malam, padahal banyak penggemarnya yang ingin menyaksikan penampilannya malam itu. Bahkan penampilan Bobby Caldwell tidak maksimal menurut teman saya, Gustav. Ia sangat menyukai lagu Om Bobby, sayang menurutnya Om Bobby tidak menyanyikan his greatest hits seperti Om Jamie. Dan juga performancenya biasa saja, tidak seatraktif Om Jamie. Betapa kecewanya teman saya tersebut, padahal ia sudah menunggu Om Bobby dari pukul 22.30, yang notabene special show Om Bobby baru mulai pukul 23.30. Dan kenapa harus diturunkan diwaktu yang sangat malam, sehingga membuat lelah penonton yang sudah menunggu dari sore. Selain itu performance Om Bobbie tidak maksimal, ia tidak menyanyikan lagunya yang menjadi hits di Indonesia. Sehingga para penonton tampak kecewa akan penampilannya malam itu.

                Dimalam terakhir, magnet pertunjukkannya adalah penampilan Kenny “Babyface” Edmonds, penontonnya seramai pertunjukkan Om Jamie di hari pertama. Karena ini adalah malam terakhir dan besok adalah hari senin yang pasti macet, maka saya putuskan untuk menonton hanya sampai pukul 22.00 saja. Setidaknya saya sudah melihat JJF 2008 kali ini dan kini saatnya mengejar souvenir dari acara tersebut. Kaos JJF 2008 menjadi incaran saya malam itu, tapi sayang souvenir yang dijajakan tidak sevariatif Jak Jazz.  Biasa saya selain mengincar kaos, saya selalu membeli pin dan poster. But it’s not the problem anyway. Saya sudah mengantongi souvenir JJF 2008 kali ini berupa hiburan musik yang tidak saya lupakan. Catatan lainnya, JJF 2008 kali ini juga mengetemakan green planet dimana para penonton bisa membuang sampahnya ditempat khusus agar bisa didaur ulang.

           Java Jazz Festival 2009 konon akan dihadiri oleh Harry Connick, Jr, Michael Buble (my fav. Jazz singer), Michael Bolton, George Michael dan Josh Groban. Semoga salahsatu dari mereka akan hadir di JJF 2009 nanti.....jangan sampai bobot Java Jazz Festival tersaingi oleh acara Jazz Festival dinegara lain. Malaysia saja sudah merencanakan akan membuat 3 event jazz international yaitu di Genting International Jazz Festival tanggal 4-5 April 2008, Miri International Jazz Festival 9 – 10 May 2008 dan Penang International Jazz Festival tanggal 4 – 7 Desember 2008. Jadi jangan sampai kalah yakh Om Peter Gontha. Go  beat them!! Java Jazz should be the best Jazz Festival  in Asia.

P.S: I would like to special thanks for my dearest Wulan (Happy Birthday, dear), Ira, Gustav and Mulyadi.

Tuesday, March 4, 2008

AAC vs LOVE

Akhirnya setelah beberapa kali hendak menonton film Indonesia terbaru yang berjudul "Ayat-Ayat Cinta" kemarin terkabul juga. Padahal rencana mau nonton film ini bersama geng labil dari mulai premiere film ini di akhir Februari 2008, baru kemarin malam berhasil menyaksikan di Planet Hollywood (PH) pukul 18.20. Sahabat saya sudah membeli tiket film ini dari jam 12 siang.

Baru kali ini di era abad 21, ada film Indonesia yang banyak disaksikan oleh para penonton film Indonesia. Dan benar seperti dugaan saya sebelumnya, akan banyak orang ramai mengantri nonton film ini. Hari Jumat sore yang lalu, kami akan menyaksikan film ini di PH tapi kehabisan tiket, hari Minggu malam saya kembali ingin menyaksikan film ini dan ternyata gagal lagi. Mega 21 di bekasi serta di Metropolitan Mall sudah sold out sampai jam 21.40 baru ada tiketnya. Karena kecewa kami menyebut judul film tersebut sebagai "Ayat-ayat Setan".

Film yang diambil dari buku novel terkenal dengan 411 halaman dengan judul yang sama "Ayat-Ayat Cinta" ditulis oleh Habiburahman El Shirazi, seorang penulis muda Indonesia dan kini diambil sebagai sebuah film yang disutradari oleh Hanung Bramantyo berhasil mengambil hati para penonton film di Indonesia. Film yang sempat diundur penayangannya ini, dari semula di awal Januari 2008 dan baru bisa ditayangkan serentak di jaringan bioskop 21 di Indonesia pada akhir Februari 2008 ini, akan berhasil menyabet gelar "Film Terlaris" tahun 2008 dan bahkan film terlaris di Indonesia pada awal abad 21 setelah sempat mati suri dari tahun 1997 - 2004.

Kemarin sore, penonton membludak hingga deret paling depan juga terisi. Dasyat sekali film ini sehingga berhasil memikat hati dan menggerakkan bangsa ini untuk berbondong-bondong datang ke bioskop 21. Saya pribadi juga ingin tahu mengenai kekuatan film ini sesungguhnya dan mengapa bukunya hingga menjadi best seller juga di Indonesia dan di negara tetangga seperti Singapore. Seingat saya pada tahun 1980 - 1990an, film terlaris dan sampai orang berbondong-bondong mengantri di bioskop adalah film Pengkhianatan G 30S/PKI , film Sunan Kalijaga serta Cut Nyak Dien. Karena saya masih ingat sekali betapa ramainya bioskop didekat rumah saya waktu itu, sampai pembantu saya copot sendalnya hanya karena rebutan mau masuk gedung bioskop. Yang dulu kala bioskop tidak semewah saat ini dan harga tiket masuknya hanya Rp 1000 - 2500 (ini sudah yang paling mahal).

Kali ini saya tidak perlu berebutan masuk gedung  bioskop, karena kali ini sudah sangat teratur. Pertunjukkan pun dimulai....berikut ini sipnosis mengenai film ini yang saya copy dari www.ayatayatcintathemovie.com

Ini adalah kisah cinta. Tapi bukan cuma sekedar kisah cinta yang biasa. Ini tentang bagaimana menghadapi turun-naiknya persoalan hidup dengan cara Islam. Fahri bin Abdillah adalah pelajar Indonesia yang berusaha menggapai gelar masternya di Al Ahzar. Berjibaku dengan panas-debu Mesir. Berkutat dengan berbagai macam target dan kesederhanaan hidup. Bertahan dengan menjadi penerjemah buku-buku agama. Semua target dijalani Fahri dengan penuh antusiasme kecuali satu: menikah.

Kenapa? Karena Fahri adalah laki-laki taat yang begitu ‘lurus’. Dia tidak mengenal pacaran sebelum menikah. Dia kurang artikulatif saat berhadapan dengan mahluk bernama perempuan. Hanya ada sedikit perempuan yang dekat dengannya selama ini. Neneknya, Ibunya dan saudara perempuannya.

Betul begitu? Sepertinya pindah ke Mesir membuat hal itu berubah. Tersebutlah Maria Girgis. Tetangga satu flat yang beragama Kristen Koptik tapi mengagumi Al Quran. Dan menganggumi Fahri. Kekaguman yang berubah menjadi cinta. Sayang cinta Maria hanya tercurah dalam diary saja.

Lalu ada Nurul. Anak seorang kyai terkenal yang juga mengeruk ilmu di Al Azhar. Sebenarnya Fahri menaruh hati pada gadis manis ini. Sayang rasa mindernya yang hanya anak keturunan petani membuatnya tidak pernah menunjukkan rasa apa pun pada Nurul. Sementara Nurul pun menjadi ragu dan selalu menebak-nebak.

Setelah itu ada Noura. Juga tetangga yang selalu disika Ayahnya sendiri. Fahri berempati penuh dengan Noura dan ingin menolongnya. Sayang hanya empati saja. Tidak lebih. Namun Noura yang mengharap lebih. Dan nantinya ini menjadi masalah besar ketika Noura menuduh Fahri memperkosanya.

Terakhir muncullah Aisha. Si mata indah yang menyihir Fahri. Sejak sebuah kejadian di metro, saat Fahri membela Islam dari tuduhan kolot dan kaku, Aisha jatuh cinta pada Fahri. Dan Fahri juga tidak bisa membohongi hatinya.

Lalu bagaimana bocah desa nan lurus itu menghadapi ini semua? Siapa yang dipilihnya? Bisakah dia menjalani semua dalam jalur Islam yang sangat dia yakini?

The Characters:

Fahri bin Abdillah, 28 th (Fedi Nuril)
Mahasiswa bersahaja yang memegang teguh prinsip hidup dan kehormatannya. Cerdas dan simpatik hingga membuat beberapa gadis 'jatuh hati'. Dihadapkan pada kejutan-kejutan menarik atas pilihan hatinya.

Aisha, 25 th (Rianti Cartwright)
Mahasiswi asing keturunan Jerman dan Turki, cerdas, cantik dan kaya raya. Latar belakang keluarganya yang berliku mempertemukan dirinya dengan Fahri.

Maria Girgis, 26 th (Carissa Putri)
Gadis Kristen Koptik yang jatuh cinta pada Islam. Dia menderita karena cinta yang teramat dalam kepada Fahri.

Noura bin Bahadur, 22 th (Zaskia Adya Mecca)
Siksa telah menjadi bagian dalam hidupnya. Janin yg dikandungnya menjadikannya terobsesi pada Fahri untuk menjadi ayah dari calon bayinya.

Nurul binti Ja'far Abdur Razaq, 26 th (Melanie Putria)
Anak kyai besar di Jawa Timur. Dengan aura yang menenangkan, kecerdasan dan kualitasnya menyatukan segala kelebihannya, dia sangat percaya diri untuk meminang Fahri sebagai suaminya.

LOVE :

Saya sudah menonton film ini di pertengahan bulan Februari 2008, dan konon katanya film ini diluncurkan untuk menyambut hari kasih sayang / Valentine yang jatuh disetiap tanggal 14 Februari. Awalnya saya agak ragu ingin menyaksikan film ini, karena saya kira It's just another ordinary love story. Penonton cukup ramai waktu itu tapi tidak seramai film AAC yang hampir 90% terisi penuh setiap gedung bioskop yang hendak menayangkan film ini.

Film LOVE sendiri merupakan gabungan kisah cinta 5 orang berbeda di satu kota dan disutradari oleh seorang Malaysia, Kabir Bathia.  Dan berikut ini adalah sipnosis film yang sebenarnya diambil dari cerita lepas terkenal di Malaysia dan dibuat seperti beberapa film dengan beberapa cerita seperti Love Actually, Crash, Berbagi Suami dan Paris Je'Taime.

Copy from www.themovielove.com ,

Adalah Nugroho dan Lestari yang dipertemukan di usia mereka yang tidak lagi muda. Nugroho yang menderita alzhaimer, dan Lestari yang dengan kasih sayang menerima keadaan itu.

Adalah Rama, lelaki muda sederhana yang bekerja di percetakan, dan Iin yang dibantu Rama selama pencarian kekasihnya di Jakarta. Masa lalu yang hampir sama, mempersatukan mereka, membuat mereka berani mengejar hari esok.

Adalah Tere dan Awin. Penulis wanita yang sukses bertemu dengan penjaga toko buku dan jatuh cinta. Ketika kemudian ketakutan Awin untuk mencintai muncul, Tere sebaliknya membuka mata Awin bahwa cinta tak semestinya dibatasi.

Adalah Restu dan Dinda. Seorang mahasiswa yang menjalani hidup dengan santai dan riang, jatuh cinta pada pandangan pertama. Walaupun pertemuan mereka hanya sebentar dan Dinda akhirnya pergi untuk selama-lamanya, cinta mereka tetap ada dan tidak ikut mati.

Adalah Gilang dan Miranda, pasangan muda yang memasuki usia pernikahan delapan tahun, dengan anak mereka Icha, seorang anak autism yang membutuhkan kedua orangtuanya melewati hidup yang tak mudah. Sementara Gilang dan Miranda sendiri harus menerima kenyataan bahwa pernikahan mereka pun punya masalah. Pada akhirnya ketika Gilang merelakan Miranda pergi, dia menemukan cinta sejati di suatu hari yang tak terduga.

Adalah takdir yang mempertemukan mereka, di tengah belantara kota Jakarta, bertemu-persimpangan hidup yang penuh kejutan, dituntun oleh sesuatu yang selama ini dibilang buta padahal ia punya mata yang tidak dimiliki manusia… CINTA

AAC (ayat-ayat cinta) vs LOVE - the result:

1. penyutradaraan:

Hanung - AAC : dari cerita yang saya dapatkan Hanung sempat menemukan kesulitan untuk mendapatkan gambaran kota Mesir dalam cerita ini agar sesuai dengan isi buku novel tersebut. Karena konon pihak agency di Mesir meminta biaya sebesar 15 milyar untuk survey dan segala macamnya. Akhirnya setting cerita tersebut dibuat di India dan kota lama Semarang. Hasilnya memang tidak sesuai yang diharapkan oleh penonton yang kebanyakan sudah membaca buku ini sebelumnya. Bahkan beberapa penonton dari Singapore yang ingin menyaksikan film ini sempat kecewa, karena setelah rela menyebrang ke Batam dan mengantri tiket...mereka tidak mendapatkan keesotikan kota Mesir yang sesungguhnya. Tapi Hanung merubah ending film ini agak berbeda dari buku novelnya. Dibuku novelnya (menurut teman saya, karena saya belum membaca novel tersebut) ending cerita tidak ada beberapa scene seperti yang telah ditampilkan. Tapi saya mengerti, Hanung berbuat seperti ini agar lebih menarik endingnya sehingga tidak terlihat terlalu klise.

Kabir - LOVE : saya belum menonton cerita lepas yang asli yang sudah ditayangkan di TV Malaysia. tapi dengan bantuan Titien Watimena (Mengejar Matahari, Tentang Dia, dll) berhasil membuat cerita ini sesuai dengan keadaan yang terjadi di Indonesia.

2. Sinematografi:

AAC : balutan warna yang agak gelap dari awal hingga akhir film ini cukup membantu cerita sedih ini. Kali ini film AAC berhasil mengambil satu point dari sisi sinematografi. Sang sutradara berusaha ingin menampilkan setting kota Mesir dengan segala cara dan atribut yang berbau Muslim. Patut diacungkan jempol, walau hasilnya tidak maksimal.

LOVE : gambar film ini seperti kita menyaksikan kebanyakan film lainnya, penuh warna warni.

3. Sisi Cerita :

AAC : mungkin buat kebanyakan wanita, film ini sangat mengharu biru. Well seperti kebanyakan orang bilang "Women's heart are crystal and Men's heart are rocks". Tiga orang teman wanita saya berhasil menitikkan air mata di beberapa scene. Dan bahkan sehabis film ini ditayangkan, ada seorang wanita yang masih tampak sedang menyeka airmatanya. Wow....sementara saya tidak menangis .....hehehhee. Ya sudahlah,  cerita film ini berhasil membuat para penontonnya untuk belajar banyak tentang cinta, keikhlasan dan mungkin juga tentang sisi Islam dalam melihat persamaan gender dan kekerasan dalam rumah tangga serta poligami serta penghormatan kepada orang lain yang berbeda agama. Menarik...

Love : sesuai judul filmnya, cerita ini tentang cinta. Tapi saya hanya melihat cerita film ini sama seperti kisah film cinta lainnya. Tapi dibungkus dalam satu cerita yang berlainan, inilah kekuatan dari film ini. Saya masih ingin menyaksikan film ini sekali lagi.

4. Para pemain :

AAC : saya tidak tahu mengapa sutradara lebih memilih Fedi Nuril sebagai pemeran pria di film ini. Saya tidak tahu banyak tentang Fedi Nuril yang kata teman saya ia sempat bermain di Mengejar Matahari. Permainan Fedi Nuril sangat kaku dan tidak banyak membantu keberhasilan seluruh peran yang ia mainkan. Malah permainan Carisa Putri dan Rianti Cartwright cukup diacungi jempol. Permainan mereka berdua cukup natural.

Love : beberapa pemain bermain sangat bagus, maklum beberapa pemainnya merupakan aktor dan aktris terkemuka di Indonesia. Kecuali akting Acha dan Irwansyah yang masih garing , malah akting Laudya Chintya Bella cukup bagus.

5. Music Score:

AAC : tanpa disadari kekuatan musik yang mengisi sebuah film juga patut diperhatikan. Karena sebuah film tanpa iringan musik diera tehnologi mau, ibarat seperti menonton film bisu ditahun 1920an. Soundtrack AAC yang dibuat oleh Melly Goeslaw dan dinyanyikan oleh Rossa cukup membantu penonton film untuk meresapi kisah sedih yang terjadi di film ini.

LOVE : soundtrack film ini yang berjudul "Sempurna" dan dibawakan oleh Gita Gutawa sebenarnya dinyanyikan oleh Andra & The Backbone. Tapi setelah diaransir musiknya kembali oleh Erwin Gutawa dan dinyanyikan oleh anaknya Gita Gutawa menjadi sangat dahsyat sekali. Di awal film, lagu ini menjadi musik pembuka dan membuat saya terus menikmati setiap scene yang ditayangkan. Iringan musik orkestra oleh The Bulgarian Symphony membuat musik film ini menjadi lebih hidup dan tentu saja ini bukti kehebatan Erwin G. dalam menggarap musik.

6. Pemasukan dari penjualan tiket:

AAC : here is the winner......mungkin film ini akan menjadi box office of the year. Perkiraan sikh akan ditonton oleh lebih dari 2 juta penonton...Dan baru kali ini sebuah film Indonesia dicetak hingga 100 rol film untuk diedarkan, produser pasti akan meraup keuntungan yang sangat besar. Bravo !!

LOVE : masih kalah dibandingkan AAC. Tapi mungkin produser akan balik modal koq, dilihat dari sponsor yang banyak. Btw sekarang untuk membuat sebuah film, ada sebuah perusahaan investasi film yang bergerak untuk mencari sponsor awal. Film Love saja disponsori oleh XL telcomm dan Alfa Mart serta beberapa perusahaan lainnya, setidaknya 50% biaya pembuatan film ini sudah didapat dari sponsorship agreement.

Coba diingat lagi kapan terakhir kali your Mom pergi ke bioskop dengan Anda. I think it's time to ask her watching the movie with you! And test, will she cry after watching "Ayat-Ayat Cinta?