Wednesday, May 27, 2009

Black Menthol – Si Kuda Hitam

Baru saja saya membeli rokok Marlboro Black Menthol disebuah mini market dekat kantor dan hanya ada 1 bungkus Marlboro Black Menthol. Sudah 2 bulan ini saya menikmati salahsatu varian baru rokok Menthol dari Marlboro yang hanya diterbitkan didua negara saja yaitu Jepang dan Indonesia.

 

Seperti kita ketahui konsumsi rokok di Indonesia menempati urutan ke 3 di Benua Asia dan ke 5 di dunia setelah pasar China, Rusia, USA dan Jepang. Saya sendiri mencicipi rokok menthol sejak tahun 2005 dan sebelumnya saya pernah jatuh hati pada rokok Salem yang tiba-tiba saja tidak diproduksi lagi di Indonesia. Karena konon penikmat rokok menthol di awal tahun 2000 masih belum banyak. Sehingga saya harus membeli rokok Salem impor yang bisa membuat kantong jebol dan juga sulit ditemukan dipasaran.

 

Pengalaman menghisap rokok Marlboro Black Menthol baru saya lakukan selama 1,5 bulan ini, setelah salahsatu teman dikantor menikmati rokok ini. Dan ternyata taste menthol yang diberikan oleh rokok Marlboro ini memang berbeda dari rokok Dunhill Menthol Light yang selama ini setia menemani saya.

 

Taste menthol dari varian baru ini memang sangat terasa dan apalagi dihisap diudara pegunungan yang sejuk, bisa dipastikan sangat terasa nikmatnya. Sehingga saya tergerak untuk membelinya kembali. Dan disinilah semua berasal mengapa saya mengulas sedikit tentang Marlboro Black Menthol.

 

Iklan Marlboro Black Menthol sudah saya sering lihat dibeberapa billboard besar beberapa bulan yang lalu, tetapi hati saya belum tergugah untuk membelinya. Karena saya pikir varian rokok menthol ini kurang lebih sama dengan rokok menthol yang lainnya. Mengingat cita rasa rokok Dunhill Menthol Light sudah membuat saya jatuh cinta selama 3 tahun belakangan ini. Pada awalnya ketika membeli rokok Dunhill Menthol Light ditahun 2005, cukup sulit ditemukan. Sementara saat ini sangat mudah ditemukan bahkan dipedagang rokok kaki lima sekalipun.

 

Ada semacam jokes yang muncul ketika rokok menthol muncul di Indonesia, bahwa rokok menthol hanya khusus untuk kaum perempuan yang kurang menyukai rokok kretek.  Tetapi ternyata jokes tersebut sudah luntur ketika banyak anak muda khususnya kaum pria yang semakin menyukai rokok menthol.  Sebagai buktinya dalam waktu sekitar 3 tahun belakangan ini banyak sekali varian rokok menthol seperti,

·        Marlboro : Menthol, Menthol Light dan Black Menthol

·        Djarum : LA Light Menthol

·        Sampoerna : A Mild  Menthol

·        Gudang Garam : Surya Slim Menthol, Signature Menthol

·        Dunhill : Menthol, Menthol Light

 

Selama beberapa tahun, rokok Sampoena dengan brand A Mild Menthol menguasai pasaran rokok Menthol di Indonesia, sehingga Djarum segera mengeluarkan LA Light Menthol sebagai pesaing baru. Dan munculnya rokok Dunhill Menthol Light yang membidik pasar premium rokok Menthol dengan harga yang cukup mahal dari awalnya perbungkus sekitar Rp 9,000 kini mencapai Rp 10,500 – 11,000/bungkus dipasaran. 

 

Dunhill Menthol Light muncul dipasaran dengan membidik anak muda golongan menengah keatas dan bahkan dapat disebut sebagai pasar premium. Berbagai macam promo gencar dilakukan disejumlah tempat hang out anak-anak muda yang akhirnya mereka mendapatkan semacam Dunhill Experience. Karena harga yang cukup mahal menjadikan semacam gengsi bagi sejumlah anak muda dan bahkan tidak jarang saya mendapatkan komentar bahwa “Ini kan rokok mahal”.

 

Kini Marlboro mengeluarkan varian baru dengan cita rasa Menthol yang mantap dan bahkan dengan harga terjangkau yaitu sekitar Rp 9,500 – 9,800/bungkus dipasaran. Tujuannya untuk mengambil pasar menengah keatas dan menggantikan posisi Dunhill Menthol Light sebagai rokok menthol premium.

 

Dengan tampilan kemasan hitam yang maskulin, stylish, dan premium, Marlboro Black Menthol hadir sebagai bentuk inovasi dari PT. Philip Morris Indonesia bagi para perokok muda dewasa khususnya penggemar rokok menthol di Indonesia.  Keunikan dari Marlboro Black Menthol terletak pada kuatnya sensasi menthol ketika rokok dihisap. Rasa menthol akan meninggalkan rasa segar yang lama, bahkan setelah hisapan terakhir.

 

Veronica Risariyana, Brand Manager Marlboro, mengungkapkan, "Perkembangan pasar menthol di Indonesia memiliki peningkatan yang sangat signifikan dalam 2 tahun terakhir ini. Hal ini membuktikan bahwa rokok menthol semakin diminati oleh perokok di Indonesia. Berangkat dari situasi tersebut, kami tertantang untuk memberikan pilihan rokok menthol yang berbeda bagi perokok dewasa. Karena itulah dalam momen ini kami gunakan untuk memperkenalkan produk terbaru kami Marlboro Black Menthol dalam edisi terbatas untuk memenuhi permintaan perokok muda dewasa yang terus meningkat akan tersedianya produk-produk rokok berkualitas dan berstandar internasional."

 

Marlboro Black Menthol tersedia dalam edisi terbatas selama 6 bulan. Varian baru Marlboro ini diproduksi dan dipasarkan oleh PT. Philip Morris Indonesia di fasilitas pabriknya yang berada di kawasan Cibitung, Jawa Barat dan akan tersedia di hampir seluruh kota besar di Indonesia. Marlboro Black Menthol melengkapi koleksi varian rokok Marlboro lainnya yang beredar di Indonesia, seperti Marlboro Full Flavor, Marlboro Lights, Marlboro Menthol dan Marlboro Lights Menthol. Merek Marlboro sendiri sampai saat ini masih merupakan pemegang pangsa pasar terbesar dalam kategori rokok putih di Indonesia.

 

Dan kini rokok Marlboro Black Menthol sulit dicari dipasaran mulai dari minimarket Yomart, 711, Circle K, Alfa Mart dan Indomart hingga ke hypermarket sekalipun. Kekurangan stock Marlboro Black Menthol membuat saya heran, apakah ini semacam taktik bisnis atau persaingan bisnis?

 

Seperti press release yang dikeluarkan oleh pihak Marlboro bahwa varian ini dibuat terbatas hanya untuk mengetahui reaksi pasar atas munculnya varian rokok baru ini yang ternyata diluar dugaan. Pasar sangat antusias sekali sehingga sering habis dipasaran. Terakhir kali saya beli rokok ini di Indomart Sari Ater, Jawa Barat. Dan bahkan dibekasi sekalipun, petugas Alfamart memberitahu saya bahwa mereka belum menjual produk tersebut. Sementara di Circle K yang bisa ditemui dimana saja, selalu kehabisan stock rokok tersebut.

 

Atau ada persaingan bisnis didalamnya? Seperti kita ketahui bahwa sebuah produk yang ingin dipajang disebuah mini market or hyper mart, produsen produk tersebut harus membayar fee untuk menyewa space yang mereka butuhkan untuk memajang produk mereka, misalkan di Circle K atau di Alfa Mart. Hal ini menyebabkan bisa terjadinya monopoli terhadap sebuah produk, ketika sebuah produk yang dianggap laku dipasaran akan membuat pesaingnya ketar ketir. Sehingga pesaingnya bisa membuat sebuah negoisasi terhadap si pemilik ritel untuk tidak memajang produk tersebut dalam jangka waktu tertentu, untuk menciptakan image bahwa produk tersebut sulit ditemukan dipasaran. Sehingga secara tidak langsung memaksa konsumen untuk membeli produk serupa yang tersedia dipasaran.

 

Seperti iklan rokok Marlboro Black Menthol yang memajang image sebuah kuda hitam, memang ia menjadi kuda hitam dalam varian rokok Menthol Light saat ini. Tapi sebenarnya, rokok Salem sudah terlebih dahulu mengeluarkan varian rokok Menthol Light dengan package warna hitam yang maskulin dan premium, maklum masih impor jadi harganya pun sangat mahal.

 

 

Sekilas tentang rokok:

 

Rokok pada awalnya dibuat dari daun tembakau yang dikeringkan dan berasal dari benua Amerika Latin. Ketika tahun 1492, Christopher Columbus menemukan bahwa suku Indian suka menghisap daun tembakau untuk mengusir rasa letih dan bahkan digunakan untuk upacara ritual serta pengobatan. Dalam sejarah juga dituliskan ketika Christopher Columbus kembali ke Spanyol, dia membawa berbagai macam persembahan selain emas dan batu mulia, daun tembakau juga dipersembahkan kepada Raja Spanyol yang waktu itu berkuasa. Dan disinilah kebiasaan merokok berkembang di benua Eropa.

 

Di Indonesia sendiri, dalam sejarah diceritakan ketika Roro Mendut membuka home industry rokok untuk membayar pajak kepada Tumenggung Wiraguna. Dan kemudian rokok buatan Roro Mendut disukai oleh banyak kaum pria waktu itu dan salahsatunya Pranacitra.

 

Penanaman tembakau secara modern dilakukan pada masa colonial Belanda diakhir abad ke 18 sehingga tidak aneh apabila komoditi tembakau Deli menjadi primadona dijamannya dan bahkan menjadi merk dagang dipasar Tembakau di Eropa hingga kini.

 

Ditahun 1890, rokok kretek berkembang khususnya di kota Kudus, Jawa Tengah. Sejarah tentang rokok kretek telah dibukukan saat ini dan dapat ditemukan ditoko buku besar di Indonesia dan bahkan diterbitkan dalam bahasa Inggris.

 

Rokok sendiri sebenarnya dibagi dalam 3 kategori yaitu rokok mild, rokok kretek dan cerutu. Rokok tipe Mild di presentasikan mempunyai kandungan tar dan nikotin yang paling rendah dibanding rokok kretek dan hal ini dikontrol dengan baik/dijamin oleh pabriknya, karena kerendahan kadar tar dan nikotin ini justru menjadi "nilai jual" bagi mereka berkaitan dengan isu kesehatan. (Tar dan Nikotin adalah penyebab kanker).  

 

Rokok mild memiliki sekitar 14-15 mg tar dan 5 mg nikotin. Karena ringan kandungan tar dan nikotin nya, maka rokok jenis mild juga diberi istilah light, misalnya rokok LA Light, Marlboro light dll. "Keringanan" kandungan tar dan nikotin ini dikarenakan,

 (a)Pengolahan lebih lanjut dilakukan terhadap tembakau sebelum dicacah halus menjadi setengah serbuk.Cara pengolahan nya dirahasiakan pabrik

 (b)Penggunaan teknologi "filterisasi" pada batangan rokok, yaitu menambah busa pada bagian yang akan dihisap sehingga busa berfungsi sebagai penyaring nikotin dan tar (dan memang lewat penelitian terbukti efektif/signifikan).

 

Rokok tipe mild disebut juga rokok putih karena biasanya warna gulungan kertas pembungkus silinder rokok tersebut berwarna putih. Tahap pengolahan rokok putih meliputi tahap persiapan, penggulungan dan pengepakan. Tahap persiapan meliputi tembakau, kertas, artifisial tembakau dan saus. Dan saus inilah yang memberikan cita rasa yang berbeda. Tahap penggulungan dapat dilakukan secara manual atau dengan mesin.

 

Rokok tipe kretek memiliki sekitar 20 miligram tar dan 4-5 miligram nikotin. Lebih besar kandungan tar dan nikotin nya dari rokok mild, sehingga resiko kanker menurut dokter jadi lebih besar pula. Rokok tipe kretek ini contoh nya Dji Sam Soe yang menjadi signature cigarette Indonesia. Di negeri Paman Sam, konon pecinta rokok ini cukup banyak dan anehnya setiap rokok yang dibuat di Indonesia mempunyai cita rasa yang berbeda dengan yang dijual diluar negeri. Bahkan rokok A Mild yang ada di Malaysia berbeda rasanya dengan yang ada di Indonesia.

 

Rokok cerutu umumnya berbentuk seperti torpedo/kapal selam dengan ukuran lebih besar dan panjang dari dua jenis rokok pertama. Terdiri dari daun tembakau kering yang digulung-gulung menjadi silinder gemuk, lalu dilem dan tidak dicacah daun tembakau nya. Akibatnya cerutu menjadi yang paling besar dari segala jenis rokok kandungan tar dan nikotinnya menjadi yang paling berbahaya menurut dokter. Kuba adalah salahsatu penghasil rokok cerutu terbaik di dunia hingga saat ini dengan berbagai macam varian. Bagi pecinta rokok cerutu, menghisap rokok cerutu menjadi semacam gengsi dan gaya hidup kelas atas. Karena harganya yang sangat mahal, saya pernah diundang kesebuah acara di JW Marriott Hotel Jakarta dan malam itu setiap tamu yang hadir dipersilahkan untuk melihat proses pembuatan rokok cerutu dan membawa pulang rokok cerutu tersebut dengan gratis.

 

Perusahaan rokok di Indonesia berdasarkan data Gaprindo, jumlah perusahaan rokok skala kecil pada 2000 tercatat sekitar 600 unit pabrik. Jumlah tersebut terus bertambah tiap tahun sehingga pada 2003 jumlahnya mencapai 1823 perusahaan. Bahkan di tahun 2008 diperkirakan ada sekitar 4900 – 5000 perusahaan rokok skala kecil – menengah.

 

Sementara cukai rokok yang diperoleh pemerintah ditahun 2008 sekitar 47 trillun rupiah, sehingga tidak aneh apabila industri rokok di Indonesia menjadi paradoks. Satu sisi memberikan pemasukan kepada pemerintah dan satu sisi lagi membahayakan kesehatan penduduk.

 

Di Asia, Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, Indonesia menempati urutan ketiga terbanyak jumlah perokok yang mencapai 146.860.000 jiwa.  Bahkan dari hasil penelitian bahwa 12% anak sekolah dasar diIndonesia sudah mulai merokok walau masih dalam tahap mencoba-coba.  Sehingga dibutuhkan keseriusan pemerintah dalam menggalakkan pelarangan merokok diusia muda.

 

Suatu hari nanti, saya akan berhenti merokok dan apabila kebiasaan merokok sudah sangat berkurang di Indonesia, mau dikemanakan ribuan petani tembakau dan jutaan buruh pabrik rokok di Indonesia. Semuanya patut dipikirkan bersama……..

Thursday, May 21, 2009

A Hidden Beauty of Curug Dago




Berlokasi hanya selemparan batu dari perempatan Mc'D Dago...lokasi wisata ini tidak banyak yang mengetahui karena kurangnya informasi wisata. Padahal obyek wisata ini memiliki keunikan tersendiri, sehingga menggelitih hati saya untuk mengetahui lebih banyak mengenai curig (waterfalls) ini.

Inilah hebatnya pariwisata di Indonesia, sesuatu yang didepan mata tidak dikelola dengan baik dan bahkan minimnya informasi wisata menyebabkan lokasi ini tidak banyak dikunjungi bahkan dilibur besar seperti hari kamis kemarin.

Setelah bertanya pada security Taman Budaya Dago (Dago Tea House) barulah saya mengetahui lokasinya. Dari arah Sheraton Hotel Bandung menuju ke Singapore International School Dago, setibanya ditempat yang dituju...masih tidak ada satupun papan penunjuk lokasi wisata curug Dago, sehingga sya harus bertanya kembali ke penduduk lokal.

Sebuah jalanan sempit yang dibeton dengan dinding samping setinggi 2 meter...jalan kecil itu membawa saya kererimbunan pohon besar. maish harus bertanya lagi dimana lokasinya kepada salahsatu penduduk lokal. Sekitar 5 menit kemudian sampailah saya dilokasi wisata curug Dago. Sebuah jembatan kecil bertengger diatas sebuah sungai kecil yang mengalir cukup deras.

Dan disinilah aliran curug Dago berasal....batu vulkanik menjadi hiasan tersendiri dilokasi ini yang cukup indah. Suara derasnya air menjadi hiburan tersendiri bagi saya dan dijamin gratis......udara segar dari rerimbunan pohon damar dan cemara menjadi penyejuk paru2..

Dibawahnya terletak air terjun dengan ketinggian antara 10 - 15 m (menurut data sekitar 30m, maklum tidak bawa meteran jadi tidak bisa mengukur ketinggiannya)....menyusuri jalan setapak menuju kebagian bawah air terjun dibutuhkan tenaga extra dan super hati2. Karena cukup terjal dan tidak terawat sehingga jalan cukup licin, maklum kota Bandung baru saja diguyur hujan lebat malam harinya.

Pegangan besi banyak yang sudah tanggal alias hilang, sehingga kembali harus super hati2 biar tidak terpeleset. Sesampainya dibagian bawah kita bisa menemukan dua buah bangunan kecil berwarna merah dan hiasan ornamen Thailand.

Ternyata didalamnya terdapat batu tulis yang ditorehkan oleh Rama V (Raja Chulalonkorn) dan Raja Rama VII (Pradjathipok Pharaminthara) yang pernah berkunjung ke Curug Dago. Sayangnya batu tulis tersbeut tidak dapat dilihat secara jelas karena tertutup dan ketika hendak saya abadikan dalam kamera, masih saya buram....hmm sepertinya "penghuni" batu tulis tersebut memang tidak mau diabadikan. Karena tempat ini sering dijadikan tempat bersemedi. Masyarakat Thailand yang sangat menghormati Rajanya sampai membuatkan rumah kecil untuk melindungi batu prasasti ini...

Hmm...Indonesia memang sangat indah alamnya, cuma sayang tidak ada yang peduli. Dinas Pariwisata sepertinya masih senang tertidur lelap disaat bangsa lain menggembor-gemborkan pariwisata sebagai sumber pemasukan devisa yang cukup besar. Coba kita lihat apakah ada kandidat presiden yang mau membicarakan tentang potensi wisata sebagai penggerak ekonomi negara?
Masih belum ada kan?

Dan yang paling miris adalah ketika lokasi ini sudah dipagar beton oleh pembeli tanah didepannya....entah sampai kapan curug ini bisa bertahan hidup apabila seluruh Dago tanahnya sudah habis dibangun oleh perumahan dan cafe2...

Monday, May 18, 2009

Smile to the World and the World will smile at You

Smile to the world and the World will smile at YOU…….Berdasarkan hasil survei The Smiling Report 2009, Indonesia adalah negara paling murah senyum di dunia dengan skor 98%. Untuk salam, skor Indonesia sejajar Hongkong, juga 98%.

Siaran pers The Smiling Report dari AB Better Business berbasis di Swedia (8/4/2009) yang diteruskan Korfungsi Pensosbud KBRI Stockholm Dody Kusumonegoro kepada detikcom (16/5/2009) juga menyebutkan bahwa skor terbaik ucapan salam ini terutama ditemukan dalam pelayanan pemerintah (94%), sedangkan business to business (B2B) cuma 70%.

Sementara itu negara paling tidak ramah senyum adalah Pakistan dengan skor 44% dan terendah untuk memberikan salam adalah Maroko dengan skor 48%. Swedia sendiri berada di rangking 24, dengan skor untuk murah senyum 77% dan salam 81%.

Untuk kategori per benua, skor tertinggi diraih Australia dengan skor murah senyum 89% dan salam 92%. Terendah dari semua benua adalah Afrika: skor murah senyum 62% dan salam 51%.

Sektor industri dengan senyum terbaik adalah Health &; Beauty Care (Kesehatan dan Perawatan Kecantikan) dan Transportasi dengan skor 86%, dan terendah adalah sektor B2B dengan 52%.

Data-data di atas dikompilasi dari para Mystery Shopper, yakni orang-orang terlatih untuk merasakan dan mengukur proses pelayanan terhadap pelanggan. Mereka ini pura-pura sebagai pembeli atau pelanggan potensial untuk selanjutnya melaporkan pengalamannya. Para Mistery Shopper ini disebut juga pelanggan anonim (anonymous customer), tamu virtual, atau pelanggan percobaan.

Hasil kompilasi survei 2008 yang meliputi data customer service itu termasuk jawaban dari 2,5 juta lebih pertanyaan mengenai Smile (senyum), Greeting (salam) dan Add-on Sales (layanan tambahan saat penjualan) di 66 negara.

Untuk layanan tambahan saat penjualan, skor tertinggi diraih sektor B2B (65%), sedangkan leisure paling rendah dengan skor cuma 40%. Sementara penjualan tertinggi dibukukan Pakistan (82%), terendah adalah Finlandia (3%).

Smiling Report mencatat tren yang terus menurun tiap tahun untuk Senyum, yakni 77% (2008), 82% (2007) dan 87% (2004). Tren penurunan juga terjadi Salam, yakni 81% (2008, 2007) dibandingkan 88% di 2004.

It might be YOU…….the greatest smile in the world….keep smiling and cheer the world!!

Sunday, May 17, 2009

Back to the past - Jembatan Cincin




Tidak banyak yang mengetahui keberadaan jembatan cincin ini yang berlokasi di Jatinangor - Sumedang, unless you graduated from STPDN or UNPAD or local resident. First time, I saw on a local TV...it enchanted my heart.
Then I decided to go seeing it.

Perjalanan darat ditempuh selama 1 jam dari kota Bandung melalui rute Gazebo - Jalan Suci - Ujung Berung - Jatinangor. Dan saya harus bertanya ke 3 orang untuk mencapai letak tempat ini, kerana tak ada informasi yang jelas mengenai keberadaan jembatan historis ini.

Dan bahkan orang Bandung sendiri pun tidak tahu bahwa ada jembatan kuno yang cantik. Padahal jaraknya hanya selemparan batu dari kampus negeri yang besar.

Refer to wikipedia site, Jembatan di Cikuda – yang sering disebut sebagai Jembatan Cincin oleh masyarakat sekitar – pada mulanya dibangun sebagai penunjang lancarnya kegiatan perkebunan karet. Jembatan Cincin dibangun oleh perusahaan kereta api Belanda yang bernama Staat Spoorwagen Verenidge Spoorwegbedrijf pada tahun 1918. Jembatan ini berguna untuk membawa hasil perkebunan; dan pada masanya, jembatan ini menjadi salah satu roda penggerak perkebunan karet terbesar di Jawa Barat.

Tidak ada catatan tertulis mengapa dinamakan jembatan cincin, kemungkinan karena desain lengkungan jembatan yang menyerupai bentuk setengah lingkaran. Sehingga masyarakat memanggilnya jembatan cincin.

Tapi kini nasibnya terabaikan, seandainya Bupati Sumedang dan Dinas Pariwisata Jabar lebih aware....maka lokasi ini sangat ideal dijadikan tempat wisata historis. Sekitar jembatan ini cukup indah dengan pemandangan sawah berteras seperti di Ubud, Bali serta dengan latar belakang gunung Manglayang yang cantik. Hmm....seandainya terawat dengan baik...

Dan apalagi ada catatan sejarah yang aktuil mengenai jembatan ini dari mulai penjajahan Belanda hingga masa kemerdekaan....

Kini nasib jembatan ini hanya dijadikan lokasi penyebarangan para mahasiswa/i Unpad yang kost disebrang jembatan atau para pedagang keliling dan masyarakat sekitar. Rel kereta apinya sudah dijarah .....dan bahkan yang paling mengenaskan diwikipedia tertulis,

"Sebagaimana halnya dengan Menara Loji, tidak ada satupun instansi yang mau menangani perawatan jembatan bersejarah ini. Baik Pemda Sumedang maupun PT KAI (Kereta Api Indonesia) – dua pihak yang cukup berkepentingan dengan Jembatan Cincin – menyatakan bahwa pemeliharaan Jembatan Cincin tidak termasuk dalam tanggungjawabnya. Menurut PT KAI, jembatan ini tidak pernah diperbaiki karena sudah tidak digunakan lagi. Sedangkan menurut Dinas Budaya dan Pariwisata (Disbudpar) Pemda Sumedang, perawatan bangunan bersejarah tidak termasuk dalam tanggung jawab dinas tersebut karena dinas ini hanya bertugas memperhatikan dan membina nilai-nilai budaya. Objek pariwisata di Jatinangor antara lain meliputi Bumi Perkemahan Kiara Payung dan Bandung Giri Gahana (Golf and Resor)".

Sejak kapan Golf resort jadi tempat wisata?? Yang ada juga wisata untuk orang kaya raya....tapi tak apalah....jembatan cincin ini sudah mengobati my curiosity...murah meriah dan menyenangkan bagi rakyat biasa seperti saya......




Dago, when GOD smiles....




Mungkin Tuhan sedang tersenyum ketika menciptakan bumi Parahyangan. Seeing Bandung from above in night and day are another memorable experience.

Dago, dagoan berasal dari bahasa sunda yang artinya "menunggu", pada zaman dahulu di masa penjajahan Belanda, penduduk di daerah utara Bandung memiliki kebiasaan untuk saling menunggu untuk pergi bersama-sama ke kota, yang mana pada masa itu, rute yang ditempuh menuju kota melewati daerah yang masih tergolong sepi dan rawan binatang buas, terutama di daerah hutan di sekitar terminal Dago sekarang.

Pada tahun 1900-1914, pemerintah Hindia Belanda memulai pembangunan di daerah Bandung, pembangunan di daerah Dago, dimulai dengan pembangunan rumah peristirahatan milik Andre van der Brun pada tahun 1905, pada saat ini bangunan ini masih berdiri dan berada bersebelahan dengan Hotel Jayakarta.

Kini Dago bukan menjadi tempat plesiran jaman Belanda, tempat ini menjadi salahsatu kunjungan wisata kuliner yang dipenuhi oleh berbagai macam cafe and resto. Dan bahkan hutan alam yang dulu masih lebat, kini dijamin menjadi hutan beton karena banyaknya perumahan baik yg biasa sampai yang super mewah.

Salahsatunya sebuah klub baru dikawasan Dago Pakar, called as Club Deruzzi menawarkan nuansa pemandangan kota Bandung. Desain bangunan campuran antara klasik modern dilengkapi dengan ruang pertemuan dan resto yang cukup mahal...karena Anda harus merogoh kocek minimal Rp 200rb untuk sekali dinner.

Yang paling menarik adalah sebuah cafe yang berlantai kaca....damned it's so nice! I like the design....mau coba??

Monday, May 4, 2009

Aquatic Museum Design for NYC




Bosan dengan berita politik yang membuat otak semakin mumet. It's better to see another magnificient design for New York City...The Aquatic Museum.

Museum ini rencananya sebagai Sea Worldnya Big Apple, tetapi hebatnya menggabungkan unsur hiburan dan kenyamanan bagi para pengunjung yang hadir dimuseum ini.

Seandainya ada di Jakarta....hmmm...keren abiz....