Wednesday, December 22, 2010

Hillarious and Funtastic di Musikal Laskar Pelangi

This is it!  Sudah lama saya ingin menyaksikan sebuah opera asli buatan Indonesia dan sebenarnya sudah ada beberapa opera yang sudah dibuat sebelumnya cuma belum sempat menyaksikan yaitu I La Galigo dan Onrop. Tentu dengan harga tiket yang masih terjangkau dan gedung opera yang gress membuat semuanya bisa disaksikan oleh orang banyak. Setelah sempat mengalami pembatalan pada hari sabtu lalu, tiket saya bisa ditukar hari selasa malam kemarin.

Puluhan penonton sudah mengantri sejak sore hari, padahal pertunjukan sudah mulai 7 malam. Sekitar pukul 7 malam diumumkan pertunjukan akan dimulai dan sekitar 15 menit kemudian layar mulai dibuka.

Dari buku panduan dijelaskan bahwa beberapa pemeran utama dalam musikal laskar pelangi ini diperankan secara bergantian oleh beberapa orang, mengingat dibutuhkan performa suara yang sangat baik serta penguasaan panggung yang apik.

Yang patut diacungkan jempol yaitu setting panggung yang disesuaikan dengan situasi dan cerita, dalam waktu sekian detik setting harus berubah. Akhirnya Indonesia dan Jakarta khususnya mempunyai gedung Opera baru yang bisa mengakomodir kebutuhan setting panggung sesuai cerita dengan standar internasional. Jay Soebiakto memang layak diacungkan jempol ketika permainan multimedia dan setting panggung dijadikan satu sebagai penunjang jalan cerita. Terlebih lagi ketika rintik hujan turun, air yang mengallir dari atas terlihat seperti hujan.

Pemeran Ibu Muslimah, Pak Harfan, Pak Bakri memberikan kekuatan tersendiri dicerita awal. Ketika scene cerita Pak Bakri dalam "Sekolah Miring", ia sangat menjiwai perannya serta suara yang empuk membuat cerita menjadi sangat hidup dan menyentuh. Ibu Muslimah pun mempunyai andil yang besar dimusikal ini, suara yang empuk dari Dira Sugandi malam itu membuat setiap penonton dibawa kesetiap cerita yang dinyanyikan dengan begitu indah.

Pemeran anak-anak pun tidak kalah hebatnya, mereka - Ikal, Lintang, Mahar, Kucai bergantian menunjukkan kepiawaiannya dalam bernyanyi serta bermain drama. Sebuah kombinasi yang sulit untuk dibawakan oleh seorang anak kecil dan Indonesia sudah memiliki bibit berbakat sebagai pemain opera suatu saat nanti. Suatu hari nanti, para pemain Opera Indonesia akan bisa mentas dipanggung internasional dengan membawakan cerita asli negri ini. Dasar yang mereka dapatkan dipentas musikal Laskar Pelangi akan menjadi modal awal yang membanggakan asal mereka bisa berlatih terus serta mendapatkan kesempatan bermain opera lagi.

Komposisi musik yang dibuat oleh Erwin Gutawa serta Mira Lesmana juga bisa menghidupkan musikal Laskar Pelangi, tetapi menurut saya ada beberapa bagian yang terlalu banyak menggunakan unsur musik sumatera barat. Sementara cerita berawal dari Pulau Belitung yang kuat unsur melayunya. Tiupan musik saluang - alat tiup asli Sumatera Barat ini banyak digunakan dan seharusnya bisa diganti dengan alat musik akordion serta biola untuk menceritakan sesuatu kesedihan.

Sayangnya akuistik gedung Opera ini masih ada kekurangan dan mudah2an bisa diperbaiki lagi agar para penonton yang berada ditribun 3 bisa mendengar musiknya dengan jernih. Overall, it's absolutely a hillarious and funtastic opera made in Indonesia. I am proud of it. Semoga dimasa mendatang bisa dimainkan di The Esplanade or Sydney Opera House....
Congrats for Miles Production and team...I love it.


Saturday, December 18, 2010

Pembatalan Opera Laskar Pelangi @ Jakarta Opera House




Jakarta, 18 Desember 2010 - Dengan antusias saya ingin segera menyaksikan Opera Laskar Pelangi yang berlangsung di Teater Jakarta atau Jakarta Opera House di Taman Ismail Marzuki tadi malam. Saya sudah menyempatkan hadir untuk tiba lebih awal karena takut telat, karena setahu saya biasanya apabila telat menonton opera maka pintu masuk sudah ditutup dan harus menunggu sampai jeda waktu berikutnya. Pukul 17.30 saya sudah tiba dan cukup terkesima dengan kemegahan gedung teater yang baru diresmikan oleh Gubenur DKI - Fauzi Bowo pada tanggal 1 November 2010 lalu dan sudah diujicoba oleh Opera Onrop yang tidak sempat saya saksikan.

Ada masalah sedikit ketika hendak memasuki pintu opera house karena tiga orang teman sudah berada didalamnya dan sementara tiket saya dipegang oleh mereka. Kemudian saya mencoba menghubungi mereka melalui selular dan akhirnya berhasil mendapatkan akses masuk kedalam gedung opera tersebut. Suasana gedung yang masih baru membuat saya agak terasing dan cukup bangga berada digedung megah ini. Sudah lama diidamkan Jakarta mempunyai sebuah Opera House yang representatif seperti ini.

Gedung ini dilengkapi dengan eskalator dan juga lift yang mencapai lantai 3 dengan desain minimalis yang dihiasi dengan elemen kayu, metal dan kaca tembus pandang. Ingin membayangkan opera kelas dunia seperti The Cats atau Phantom of the Opera or Miss Saigon hadir di teater ini...

Setelah menikmati makanan dengan harga yang cukup mahal, karena pertunjukan akan berlangsung selama 2 jam dan baru dimulai pukul 7 malam jadi sudah seharusnya saya mengisi perut agar bisa berkonsentrasi menonton opera.

Pukul 6.45 malam, pintu teater sudah dibuka dan kami bergegas menuju kelantai 3, sebuah tribun dengan kemiringan hampir 45' derajat dan kerumunan penonton yang sudah mengantri sejak dini segera berhamburan memasuki ruangan untuk mendapatkan posisi yang terbaik. Maklum tiket tidak mencantumkan nomor tempat duduk, mungkin tiket VIP atau VVIP akan dicantumkan nomor tempat duduk, atau seperti menggunakan sistim sebuah maskapai penerbangan yang murah...

Seharusnya pertunjukan dimulai pukul 7 malam sesuai waktu yang tertera ditiket, tetapi hingga pukul 7.30 malam pertunjukan belum juga dimulai. Sementara ruangan teater sudah 80% terpenuhi oleh penonton dan para pemusik sudah siap dibagian bawah.

Saya mulai memperhatikan sekeliling gedung opera, masih banyak hal yang perlu dibenahi digedung Opera ini..ketika Anda berada dibagian tribun paling atas bisa melihat beberapa bagian - khususnya atap yang masih berantakan. Seharusnya atap yang dijadikan sebagai alat peredam suara tersebut ditutup agar terlihat lebih rapi dan tidak tampak kotor. Ada plastik sisa pemasangan alat peredam tersebut dan sampah yang menumpuk serta salahsatu tiang besi yang patah dan harus diperbaiki segera agar tidak jatuh.

Lampu gedung ada yang masih belum terpasang dan bahkan ada yang putus sehingga tidak menyala, sementara lubang tempat lampu sorot dibiarkan terbuka. Seharusnya bagian controller lebih teliti dan kontraktor gedung bertanggungjawab terhadap segala macam kerusakan termasuk salahsatu tali baja yang kendur dibagian atap diatas panggung utama. Jangan sampai atap peredam jatuh dan menimpa para pemusik serta penonton dibawahnya...seperti di scene phantom of the opera.

Pukul 07.40 malam, Mbak Mira Lesmana, mas Erwin Gutawa muncul diatas panggung dan mengumumkan permintaan maaf karena ada kesalahan tehnis sehingga pertunjukan ditunda hingga 15 menit kedepan. Saya pun kemudian berceletuk kepada teman2 saya yang hadir malam itu, mungkin tirainya nggak bisa diangkat.

Sambil menunggu waktu 15 menit sebelum pertunjukan dimulai, saya segera mengambil beberapa batang rokok dan mengambil balcony dilantai 3 yang terbuka, karena dilarang merokok didalam ruangan opera dan sekitarnya. Dan masih ada ketidaksempurnaan pengerjaan gedung opera ini, pagar pembatas kaca di balcony tidak layak untuk bersandar karena goyah. Sehingga bisa membahayakan Anda apabila bersandar dan kaca tersebut pecah, seharusnya diberikan signage "agar tidak bersandar" atau tanda larangan buat anak-anak. Jangan sampai para penonton yang membawa anak kecil berada didekat balcony ini karena tngginya hanya sekitar 80cm sehingga cukup membahayakan dengan kekuatan kaca pembatas yang tidak terlalu kuat.

Pukul 7.55 malam diumumkan agar para penonton segera masuk kedalam ruangan opera, setelah duduk ditempat semula. Tiba-tiba seluruh crew pemain opera laskar pelangi muncul diatas panggung dan Mbak Mira Lesmana sekali lagi memberikan pengumuman yang sangat mengejukan malam tadi, sebuah permintaan maaf karena pertunjukkan opera laskar pelangi malam tadi dibatalkan. Para penonton bisa menukarkan tiket dihari lain atau direfund, dan diberikan alasan karena tirai panggung tidak bisa dibuka dan ada kerusakan tehnis lainnya sehingga pertunjukan tidak bisa diteruskan.

Sebagai pengobat kekecewaan, para crew menyanyikan 3 buah bait lagu opera laskar pelangi. Kami sungguh kecewa digedung yang megah dan masih sangat baru, ternyata ada kerusakan. Saya sudah rugi waktu, makanan serta minuman yang cukup mahal, dan entahlah...kami sungguh kecewa tapi apa boleh buat. The show was being canceled.

Kami turun kelobby gedung opera dan banyak selebriti tanah air yang turut hadir sedang sibuk bernegoisasi dengan teman-temannya untuk mereschedule rencana menonton laskar pelangi. Dan kami pun harus merubah jadwal acara dengan 2 waktu yang berbeda, karena ada salahsatu teman kami yang harus mempersiapkan koor untuk Natal di gerejanya.

Dan bahkan ketika mengantri, ada salahsatu penonton yang besok harus dinas ke Balikpapan dan waktunya hingga pertengahan Januari 2011 sehingga ia lebih memilih refund karena minggu sudah harus berangkat. Saya tahu pasti pihak miles production juga rugi materi kerana penundaan pertunjukan tadi.

Salahsatu rekan saya sedang mengobrol dengan salahsatu pemain opera laskar pelangi dan dari ceritanya, ternyata ketika pertunjukan Onrop beberapa waktu yang lalu sempat terjadi hal yang sama yaitu tirai panggung hanya bisa dinaikan setengahnya saja dan ada beberapa kendala tehnis lainnya.

Ketika diadakan selamatan, akhirnya pertunjukan selanjutnya kembali lancar. Mungkin mbak Mira Lesmana harus melakukan hal serupa agar pertunjukan bisa lancar kembali dan tidak mengalami gangguan gaib. Ternyata gurauan mengenai Phantom of the Opera semasa dalam ruangan tadi, benar-benar terjadi. Dan bahkan para crew tadinya mengira bahwa penundaan pertunjukan karena ada pejabat penting yang mau hadir, karena mereka tidak diberitahukan. Hanya diinfokan bahwa pertunjukan ditunda sebentar, ternyata crew tehnik sedang bingung karena pertunjukan disore hari sebelumnya berjalan dengan lancar. Tapi malam ini gagal dilakukan.

Ternyata lokasi gedung Opera Jakarta ini, sempat tertunda dari tahun 1996 - 2008 dan beberapa tahun sebelumnya galian untuk lokasi gedung Opera ini menelan korban dua anak kecil yang tenggelam dilokasi galian yang tergenang air. Setahu saya memang dulunya lokasi Taman Ismail Marzuki ada yang bekasi kuburan Cikini yang kemudian dipindahkan karena akan dibangun Taman Ismail Marzuki pada tahun 1968. Sehingga bagian belakang TIM dan IKJ ini memang terkenal angker.

Semoga diacara berikutnya tidak ada halangan lagi agar penonton tidak kecewa.

Sekilas tentang gedung Teater Jakarta atau Jakarta Opera House:

Ide awal pembangunan gedung Opera ini diprakarsai oleh Mantan Gubernur DKI yang terkenal dan paling bersih yaitu Alm. Pak Ali Sadikin, beliau berniat membangun sebuah lokasi untuk kesenian dan gedung opera. Kemudian baru dijalankan oleh Pak Wiyogo - mantan Gubernur DKI ditahun 1996, tapi akibat krisis moneter ditahun 1998, pekerjaan terhenti. Masterplan berubah lagi dan lokasi bangunan ini menghancurkan beberapa bangunan teater kecil.

Tahun 2008 mulai digulirkan kembali pembangunan gedung Opera ini dan kemudian diresmikan oleh Fauzi Bowo pada tanggal 1 November 2010. Tetapi masih ada polemik mengenai siapa yang bertanggungjawab atas gedung Opera ini, apakah pihak TIM atau Pemda.

Sudah seharusnya polemik berbau politik dan bisnis tidak masukan dalam kesenian, gedung Opera ini masih baru tapi masih ada saja yang harus dibereskan. Belum lagi jadwal pementasan dan promosi agar setiap masyarakat bisa menonton seni dengan biaya yang terjangkau.

Bisa dibayangkan berapa harga yang dipatok untuk menyewa gedung Opera ini untuk sebuah pertunjukan? Opera House ini harus menjadi kebanggaan Indonesia dan publik Jakarta...

Thursday, October 28, 2010

Spirit of A Nation

Hari ini 82 tahun yang lalu para pemuda berkumpul dan mengucapkan sebuah janji yang pada akhirnya membentuk sebuah negara yaitu Indonesia.

Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, yaitu tanah air Indonesia
Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu,yaitu bangsa Indonesia
Kami putra dan putri Indonesia, mengaku menjunjung bahasa persatuan, yaitu bahasa Indonesia

Ada rasa bangga dan haru ketika membaca janji ini, walau mungkin sudah banyak yang melupakan dan bahkan tidak peduli dengan sumpah ini.

Saya jadi teringat ketika dibeberapa waktu yang lalu di milis kecil, seorang teman mantan warga negara Indonesia yang kini bersatus warga negara jiran....menulis Indonesia dengan kata Indon...saya tersentak dan mengingatkan teman saya bahwa negara ini tertulis dan dibaca dengan kata-kata INDONESIA bukan INDON. Sebuah kata yang terkesan melecehkan bangsa ini...Hingga akhirnya seorang teman menuliskan komentarnya bahwa ia sangat tidak suka dengan kata Indon...dan saya menyetujuinya.

Sudah sering bangsa ini dilecehkan oleh negri lain dan menyebut bangsa ini Indon yang kurang lebih berarti seorang budak. Dengan susah payah negri ini dibangun dengan keringat dan darah, bila seorang mantan WNI memanggil eks negrinya dengan kata Indon, sungguh sangat meresahkan dan sangat menyayangkan tindakan tersebut. Rasa bangga sebagai bangsa harus tetap dipertahankan walau tentunya bukan dengan cara kekerasan. Seperti tulisan teman saya yang menanggapi hal tersebut, bila kita masih meneruskan menyebut nama Indon berarti kita tidak menghormati orang yang tidak suka dengan sebutan tersebut.

Mungkin banyak orang berkata, apalah arti sebuah nama. Indonesia sebuah nama negara yang 82 tahun sudah dikukuhkan secara de facto oleh para pemuda pemudi dari berbagai macam suku dan agama dinegri ini, dan kini rasa bangga menyebut nama tersebut sudah semakin berkurang. Tapi tidak bagi saya dan jutaan manusia di negara ini....kami masih bangga sebagai warga negara Indonesia.

Walau bencana masih mengancam didepan mata dan para pejabat yang masih sibuk dengan urusannya masing-masing hingga para anggota DPR yang harus belajar etika di Yunani (padahal negri itu mengalami kebangkrutan moral dan ekonomi), kami masih siap dan rela untuk menetap serta membangun negri ini menjadi lebih baik. Karena kami yakin bahwa perubahan besar untuk yang lebih baik dimasa datang akan terjadi suatu saat nanti.

Indonesia akan menjadi panutan dunia, menjadi sebuah negara yang berdikari dan menganut welfare state bagi jutaan penghuninya. Sebuah impian yang Insya Allah akan terjadi bila kita masih bangga dengan negara ini. Bangga untuk tidak korupsi, bangga bisa berdikari, bangga bisa mensejahterakan keluarga dan bangsa ini dan bangga bisa menjaga kelestarian lingkungan hidup. Tidak ada yang tidak mungkin apabila kita terus berdoa dan bekerja karena semua kekuatan ada ditangan para pemuda dan pemudi negri ini. Yes,we need a CHANGE

Saturday, October 16, 2010

Festival Balkot Bandung 2010




HUT Kota Bandung ke 200 tahun dimeriahkan oleh salahsatu acara, salahsatunya yaitu Festival Balai Kota Bandung yg dimulai dari jembatan pasopati Dago hingga kedepan Balai Kota pada hari sabtu tadi.

Cuaca yang bersahabat membuat masyarakat tumpah ruah dijalanan dan menyebabkan kemacetan dibeberapa tempat. Sayang parade mobil hias dari dinas pemerintahan seperti tampil seadanya. Julukan kota kembang Bandung hanya slogan semata, mobil hias sangat minim hiasan bunga. Beberapa mobil hias hanya ditancapi bunga seadanya saja....padahal mungkin dana yang diminta untuk festival ini cukup besar cuma yg tampil seadanya. Sungguh memalukan dan sepantasnya pemkot Bandung belajar dari kesuksesan Kota Jember yang terkenal akan Jember Fashion Carnival atau Festival Bunga Kota Tomohon....

Yang ada malah diramaikan oleh pawai kendaraan bermotor dan minim kesenian tradisional...beruntung serombongan pemain drumband dari beberapa peserta parade menghiasi jalanan kota Dago pagi itu. Dan menjadi hiburan tersendiri diparade tersebut.

Kota Bandung harus menjadi lebih baik lagi, menjadi lebih sejuk setidaknya sama seperti Bandung ditahun 1990an yang masih banyak pepohonan dan udara yang sejuk. Gubernur, Wagub dan Walikotanya jangan hanya melakukan acara seremonial, kerja dan tindakan perlu bukti untuk membuat kota ini nyaman untuk setiap warganya dan menjadi kota wisata yang mengasyikkan.

Selamat Ulang Tahun kota Bandung....see you for another century...

Friday, September 24, 2010

Cantiknya Pulau Biawak di Indramayu, Jawa Barat




Siapa yg tidak kenal dengan Indramayu, negri penghasil mangga yang terkenal dan konon gadisnya yg cantik-cantik. Dibalik paradox kehidupan yang serba menghanyutkan, kemiskinan yang masih banyak terdapat dipantai utara pulau Jawa ini, Tuhan masih menyisakan sebuah surga kecil yang tiada tara.

Tidak banyak orang yang tahu bahwa Indramayu mempunyai sebuah surga kecil berupa sebuah pulau yang menyimpan biawak yg konon sudah satu abad menetap dipulau ini. Mereka tinggal diantara rerimbunan pohon bakau sementara dilepas pantai, minyak mentah tersimpan diperut bumi Indramayu.

Tidak banyak yang tahu, termasuk saya ketika menyadari bahwa pulau ini menyimpan sejarah yang panjang ketika Belanda mulai membangun mercusuar diabad ke 18 untuk mengatur lalu lintas air yang cukup ramai ketika akan memasuki kota Cirebon.

Biawak dipulau ini ada yg jinak dan ada yg masih liar, tetapi kita masih bisa melihat dari dekat ketika mereka mencium bau amis ikan yang disediakan oleh penjaga pulau. Perjalanan 3-4 jam dari kota Indramayu akan terbayarkan dengan pasir putihnya dan deburan ombak yang seakan selalu menyapa kedatangan kita dipulau ini.

Pemda masih disibukkan dengan segala hal yg ada didaratan Indramayu, transportasi kepulau ini masih cukup mahal dengan perahu boat sebesar Rp 750,000 untuk 10 seats. Padahal potensi wisatanya cukup mengejutkan dan membanggakan bagi masyarakat kota mangga ini.

Seperti biasa, pariwisata dinegri antah berantah yg terindah dimuka bumi ini selalu dipusingkan oleh budget promosi yang rendah, pengembangan SDM yang kurang dan manajemen pengelolaan wisata yang amburadul.Seandainya pemimpin negri ini lebih tegas dan berwawasan kedepan, pariwisata akan menjadi ujung tombak di negri sejuta pelangi ini...

When love is...

When love is so naif, I would rather to say it ...yes it is
coz it makes you blind

When love hurts you, I would rather to say.....it's a risk
coz you choose it

When love makes you happy, I would rather to say.....you deserve it
coz you never know it

When love ends up, I would rather to say.....forget it
coz there would be plenty of time to cheer you

When love is only a wish, I would rather to say....make it real
coz we should make it visible

At the end, you will learn a lot from a Love

Wednesday, September 22, 2010

NASIB TUGU MONAS YANG KIAN MERANA




Sudah hampir lebih dari 5 tahun tidak pernah memasuki kawasan tugu monas yang cukup luas dan menjadi salahsatu paru-paru ibukota saat ini, hari minggu lalu saya menyempatkan diri dengan seorang sahabat menyambangi kawasan ini. Semenjak pintu masuk hanya dari satu arah saja yaitu dari pintu selatan membuat saya agak malas karena aksesnya lebih rumit dan tentu saja dengan parkiran yg agak jauh. Siang itu udara cukup bersahabat setelah Jakarta beberapa hari selalu diguyur hujan deras dan pengunjung cukup ramai karena kebetulan hari terakhir anak sekolah libur lebaran 2010.

Puluhan keluarga sedang asyik menggelar tikar sambil duduk-duduk atau tiduran dibawah pepohonan yang rindang, sangat mengasikan ketika menyaksikan Jakarta masih menyisakan lahan hijau yang bisa dipakai untuk berwisata murah meriah bersama keluarga. Kemudian perjalanan dilanjutkan kearah patung Diponegoro yang merupakan sumbangan dari Konjen Italia di Indonesia waktu itu, Dr. Mario Bross.

Untuk memasuki pelataran dalam tugu Monas, kita harus melewati semacam tunnel atau terowongan bawah tanah, tapi sayang tangga turunnya dipenuhi dengan pedagang asongan yang menjual souvenir, minuman, kaos, dll seenaknya saja dan belum lagi para pengunjung yang tidak tertib sehingga memenuhi tangga turun tersebut. Tembok marmernya juga terlihat kusam dengan coretan disana sini. Tiket masuknya cukup murah hanya Rp 3000/orang saja dan sayang kami tidak bisa naik kelantai atas monas karena tiketnya sudah habis dan tutup sampai jam 2 siang saja. Tiket masuk keatas monas yaitu sebesar Rp 6000/orang.

Begitu memasuki pelataran yang berbentuk cawan, puluhan pengunjung sedang antri untuk bisa naik ke atap tugu monas. Kasihan sekali karena tidak disediakan pagar antrian yang nyaman dan bisa dibayangkan apabila terkena hujan dan panas matahari yang menyengat...huftt. Akhirnya kami menuju kedalam museum yang terletak dibawah cawan monas, hawa dingin yang dihasilkan oleh AC membuat tubuh menjadi lebih segar setelah diterpa panas matahari yang menyengat siang itu. Ruangan museum yang sangat luas tersebut terlihat kosong dan banyak pengunjung yang tiduran dilantai marmernya, bahkan ada yang menggelar tikar didalam ruangan museum tersebut. Sungguh sangat tidak pantas dilihatnya dan saya baru sadar bila tempat tersebut memang nyaman untuk dijadikan tempat rehat.

Beberapa pengunjung terutama anak-anak dan orangtuanya sedang asyik mengamati diorama yang menceritakan tentang sejarah perjuangan bangsa Indonesia mulai dari jaman majapahit hingga kemerdekaan. Tapi sayang beberapa lampu yang seharusnya menjadi penerang tulisan diorama tersebut padam, sehingga menyulitkan pengunjung untuk membacanya dan saya yakin sudah berapa tahun isi diorama tersebut tidak pernah dibersihkan.

Begitu juga ketika memasuki toilet pria, tempat urinoirnya hanya 1 yang berfungsi serta kebersihannya yang tidak terjaga dengan baik dan wastafelnya hanya 1 yang bisa mengalirkan air. Begitu keluar dari toilet, saya harus membayar Rp 1000 untuk petugas kebersihannya. Satu sisi kasihan melihat mereka sebagai petugas kebersihan, tetapi saya sebagai pengunjung tidak bisa menikmati fasilitas dengan baik.

Sementara booth informasi yang menceritakan tentang foto sejarah pembangunan tugu Monas sungguh amat tidak layak, fotonya yang sudah kumal dan tulisan yang sudah robek...sungguh teramat malu ketika seorang wisatawan Jepang melihat dan terlihat mimik muka yang kecewa karena tidak bisa menikmati sejarah pembangunannya. Betapa sangat memalukan peristiwa tersebut dan beda 180 derajat ketika saya mengunjungi menara Kuala Lumpur beberapa waktu yang lalu. Pemerintah Malaysia bisa menarik ratusan ribu pengunjung setiap tahun dari Menara KL dan pengelolaannya sangat profesional sekali. Sejarah pembangunan menara KL ditampilkan dengan sangat atraktif dan informatif, sehingga pengunjung merasa puas walau harus merogoh kocek masuk yang cukup mahal RM 30/orang.

Dan booth pemda DKI juga tidak memberikan informasi yang menarik, bahkan saya pikir hanya jargon belaka dengan menampilkan stasiun monorel yang Insya Allah kalau jadi ditahun 2016 nanti...means masih harus menunggu for the next 6 years..huftt. Perjalanan dilanjutkan kecawan atas monas, beberapa lantai marmernya terkelupas dan harus diganti, bahkan coretan pengunjung yang iseng isa dijumpai didinding marmer monas. Yang paling parah tidak ditemukan tempat sampah sehingga pengunjung seenaknya saja membuang popok bayi...arghh joroknya!!!

Menyedihkan ketika melihat situasi kawasan tugu Monas yang tidak terawat dengan baik dan bahkan marmer bagian atas Monas harus dicuci agar terlihat kinclong. Guratan hitam didinding marmer atap monas bisa terlihat dengan jelas.

Memalukan ketika melihat kawasan Monas yang sangat strategis dan berada di ring satu pusat pemerintahan Republik Indonesia. Bagian utara ditempatik oleh Istana Negara dan kawasan yang steril karena Bapak SBY berkantor di Bina Graha dan pasti melewati Monas dengan iringan mobil patwalnya yang melaju dengan kencang serta mobil mewah yang sangat nyaman. Bapak SBY tidak bisa melihat bagian dalam Monas dan masuk kawasan Monas hanya untuk seremonial tertentu saja. Sekali-sekali Pak SBY mengadakan sidak disaat sedang berada di Bina Graha, paling hanya 10 menit saja dari Istana koq untuk melihat langsung keadaan tugu Monas.

Kawasan Barat monas terdapat gedung Menparpostel, Pak Menteri Pariwisata Jero Wacik juga sibuk dengan mempromosikan pariwisata Indonesia keluar negeri. Jadi lupa kalau tugu Monas yang dibangun pada tanggal 17 Agustus 1961 oleh Presiden Sukarno dan dibuka untuk umum oleh Pak Ali Sadikin (mantan Gubernur DKI yang paling hebat dan disegani) pada tanggal 12 Juni 1975, umurnya akan 50 tahun pada tahun 2011 nanti dan 35 tahun dibulan Juni 2010 lalu, merupakan menara tertua yang dibangun di Asia Tenggara dan icon kota Jakarta.

Kawasan Selatan monas tentu saja dihuni oleh yang punya Jakarta katanye, Bang Foke alias Bapak Fauzi Bowo – Gubernur DKI Jakarte. Dinding Istana Bang Foke juga sangat kinclong bahkan lebih kinclong dari tugu Monas yang dindingnya sudah kusam. Ibaratnya halaman depan Bang Foke yang punye Jakarte aje kagak dibenahin, karena konon pengelolaan kawasan Monas masih tumpang tindih. Sampah dihalaman monas bertebaran dimana-mana dan bahkan kandang rusapun tampak kotor. Aduh bang Foke, kemane aje Bang??? Mampir napa ke Monas, idupin tuh air mancur joget yang katanye ngabisin duit milyaran rupiah buat renovasinye.

Padahal biaya sewa untuk sebuah event yang dilakukan dikawasan Monas juga cukup mahal dan kalau dikumpulkan mungkin bisa untuk ngebersihkan dindingnya saja. Tentu biaya ngebersihin nggak sampai milyaran rupiah kan? Beberapa masukan yang mungkin bisa diterapkan untuk kawasan Monas,
• Beberapa pintu masuk dibuka agar memudahkan pengunjung memasuki kawasan ini tetapi dengan syarat untuk parkir mobil atau motor tetap disatu titik saja.
• Kawasan Souvenir, dimana para penjual dan pembeli bisa dengan nyaman membeli souvenir dan tentu saja dengan kualitas yang baik. Saat ini saya hanya melihat souvenir tugu monas dari bahan bambu yang kualitasnya tidak baik. Toko souvenirpun hanya satu dibagian bawah. Berikan tempat yang nyaman dengan biaya sewa yang rendah agar para penjual tidak memberikan harga yang mahal. Menara KL bisa menjual souvenir yang sangat baik dan tentu pembeli juga senang.
• Tempat untuk mengantri yang layak serta lift yang terus dijaga agar tidak terjadi lagi kejadian lift yang mati mendadak.
• Tempat sampah yang banyak dengan para pekerja kebersihan yang cukup banyak.
• Ruang toilet yang dijaga kebersihannya dan tidak dikenakan biaya sedikitpun bagi pengunjung. Toilet umum juga diperbanyak.
• Pepohonan ditambah lagi agar lebih rindang dan tentu saja disekeliling Monas ditanami tanaman bunga tropis yang cantik..nggak usah yang mahal karena susah merawatnya. Tanami saja dengan tanaman hias
• Ruang museum yang interaktif dan bahkan ditambahkan koleksi benda-benda sejarah lainnya, saya membayangkan sebuah fosil dinosaurus ditempatkan diruang museum yang luas tersebut pasti akan sangat mengasikan buat para pengunjung. Para pengunjung dilarang untuk tiduran, menggelar tikar didalam museum tersebut.
• Papan petunjuk arah dalam museum yang dibuat dengan baik bukan hanya dari secarik kertas yang diprint.
• Tempat antar jemput shuttle bus yang diberi kanopi agar para pengunjung tidak kepanasan serta kehujanan disaat menunggu shuttle bus dari lokasi tersebut.
• Air mancur yang dihidupkan terus dan kalau bisa dengan tehnologi cahaya matahari.
• Lubang biopori diperbanyak serta gorong-gorong disekitar taman Monas harus bersih dari sampah.
• Gaji yang layak bagi para pekerja yang berada dikawasan Monas mulai dari petugas kebersihan hingga petugas jaga dimuseum.

Ingin rasanya membentuk group “I Love Monas” dan kita bersama-sama membersihkan kawasan Monas dari corat-coret didindingnya serta sampah yang berserakan. Sudah seharusnya kita bisa menjaga dan merawat Monas sebagai bagian dari sejarah bangsa ini. Tahun 2011, Monas akan berusia 50 tahun.....apakah kita masih bangga dengan Monas setelah melihat keadaan yang sesungguhnya??

Sunday, September 5, 2010

Bali Theater




Terletak di Bali Safari and Marine Park, Gianyar dan baru saja soft opening. Gedung opera ini mempunyai podium yang sangat besar dengan tata cahaya dan suara yang paling modern. Opera Bali Agung adalah pementasan awal dari Bali Theater yang disutradarai oleh Peter Wilson - pembuat acara opening ceremony Olimpiade Sydney 2000 lalu kini mengepalai pembuatan opera tersebut.

Tiket masuknya saja paling murah berharga USD 34/orang dan khusus untuk tiket VIP mencapai USD 100 yang sudah termasuk makan malam diresto Safari Park. Dipementasan kali ini membutuhkan 150 pemain, 40 pewayang dan 30 hewan...salahsatu pertunjukan opera termodern di Indonesia. Dan patut disaksikan ketika berada di Bali.

www.balitheater.com

Monday, August 23, 2010

Jakarta Punya Sawah




Kampung Rorotan yang terletak di kecamatan cilincing , Jakarta Utara ini merupakan daerah yang masih terlupakan. Puluhan hektar sawah masih bertebaran dan memberikan nuansa yang seakan tempat ini bukan di Jakarta tapi berada disebuah desa nun jauh dari Jakarta. Jalanan kecil yang masih berlubang dengan pohon kecil dikiri dan kanan jalan serta rerimbunan padi yang memberikan udara segar.

Ditahun 1990an, ketika saya dan keluarga masih tinggal di Kebantenan III, Jakarta Utara...saya dan teman-teman sering ngabuburit dikawasan ini. Karena suasananya masih begitu asri dengan sawah serta tambak ikan bandeng dibeberapa area.

Rorotan sepertinya masih tidak tersentuh oleh pembangunan, masyarakat Betawi masih dengan mudah kita temui disini. Walau sawah mereka sudah sebagian besar dijual dan masih ada beberapa yang tersisa serta masih bisa ditanami padi. Atas kebaikan sang pemilik lahan, mereka masih boleh bercocok tanam sehingga menghasilkan padi yang subur padahal letaknya hanya 1 mil dari tepi laut cilincing, jakarta utara.

Semenjak Banjir Kanal Timur (BKT) dibangun, beberapa masyarakat Betawi harus pindah dari tanahnya dan mungkin akan menghitung waktu lagi disaat sawah dan tambak mereka diubah menjadi kawasan industri atau perumahan.

Sementara disisi paling utara kita bisa menjumpai kawasan pantai terbuka yang sebenarnya bisa dijadikan lokasi wisata, sayang banyak sampah dibibir pantai. Disaat bulan puasa seperti ini masyarakat banyak menikmati pesisir utara jakarta untuk berlibur dan menikmati sunset.

Come and enjoy the last rice fields in Jakarta. Boleh percaya atau tidak, coba kunjungi kawasan ini diwaktu weekend.

Friday, July 23, 2010

Eric Chang - A Young and Talented Photographer from Indonesia




Ketika membuka website PX3 Prix De La Photographie Paris, sebuah ajang penghargaan bagi para fotografer berbakat diseluruh dunia, saya terkesima dengan seorang pemenangnya yang bernama Eric Chang dengan salahsatu hasil karyanya diambil digunung Bromo, Jawa Timur. Dan setelah berfacebookan dengan Alex - baru tahu kalau Eric Chang ini ternyata seorang WNI dan masih sangat muda umurnya, 20 tahun.

Diajang bergengsi tersebut, ia berhasil mendapatkan juara pertama serta juara kedua ditiga kategori advertising dan bahkan menyabet dua juara di kategori beauty sekaligus. Ketika ia membidik Miss Netherlands – Sharita Sopacua, hasilnya sangat menawan. Total ia mendapatkan 5 penghargaan di kategori Advertising serta 1 penghargaan untuk kategori Potret Keluarga. Khusus untuk potret keluarga, karya eric berupa foto yang diambil dari poster film SEPULUH.

Saat ini Eric Chang masih studi di Art Centre College of Design di Pasadena, California - negri Paman Sam. Ketika di Indonesia dan masih berumur 18 tahun, ia pernah membuat sebuah pameran yang bertajuk "Primero" di Mid Plaza 2, Jakarta. Pameran fotogafi tersebut memuat 50 publik figur Indonesia seperti Kris Dayanti, Luna Maya, Adie MS, serta Ruth Sahanaya, dll.

Dari sebuah tayangan youtube, ia bercerita bahwa dulu ia sempat ingin menjadi seorang dokter. Dan kini hobinya menjadi sebuah karya seni yang layak diacungkan jempol dan bahkan sudah diakui dunia. Muda dan berbakat, tapi sayang tidak banyak orang tahu mengenai dirinya apalagi dimedia massa Indonesia yang saat ini lebih suka memberitakan hal-hal yang tidak penting. Padahal masih banyak orang Indonesia yang karya serta bakatnya diakui oleh dunia dan membanggakan negara ini.

Mungkin saat ini lebih baik Eric berkarya dan mengukir tinta emas diluar negri agar diakui secara internasional dan bisa bereksplorasi lebih banyak. Suatu saat kita bisa menyaksikan hasil karyanya kembali dalam bentuk sebuah pameran fotografi di Indonesia. Carpediem!!

Tuesday, July 20, 2010

Istana Kegelapan




Sudah 9 tahun ini aku tidak pernah menapaki Istana, istana yang dulu terlihat megah dan mentereng karena dibuat oleh bahan-bahan yang paling bagus dijamannya. Bercat putih dan taman yang luas, lampu gantung impor, lantai marmer kelas satu serta perabotan dari kayu jati serta permadani dari Persia.

Aku masih ingat ketika Ibu membawaku berjalan-jalan disepanjang istana tersebut. Taman dan air mancur serta pohon pelindung yang berada disekitar istana membuatku merasa nyaman.

Setiap sore beberapa tetangga dan bahkan masyarakat sekitar sering masuk dan bermain dihalaman istana, bahkan mereka sering menghabiskan sore hari direrumputan hijau istana sambil menikmati kicauan burung yang hinggap direrimbunan pohon.

Hingga kami sekeluarga pindah dari istana tersebut karena masa kontrak kami sudah selesai, saat ini kami tinggal disebuah rumah sederhana dipinggiran kota. Karena harga tanah yang semakin melambung membuat kami tidak bisa tinggal ditengah kota.

Siang itu aku melihat dua janda veteran sedang duduk terdiam didepan istana, raut muram wajah mereka seperti hendak menceritakan seribu keluh kesah yang tidak mungkin diungkap dengan kata-kata. Kata-kata meeka sudah habis ketika dimeja peradilan, air mata mereka sudah mengering semenjak mereka dikeluarkan dari rumah secara paksa. Aku sendiri berdiri terdiam dari jarak 3 meter dari dua wanita renta tersebut. Kami saling bertatapan dan sesekali wanita itu menyeka kening mereka dari peluh akibat panasnya kota.

Ingin sekali aku membukakan pintu istana untuk mereka dan mengajak kedua wanita renta itu untuk duduk diberanda istana yang asri sambil memberi mereka secangkir teh hangat sebagai obat dahaga. Aku ingin mengajak mereka bicara dari hati ke hati, mendengarkan keluh kesah mereka tentang istana mereka yang sudah lenyap ditelan angkara murka. Dan kalau Bapak sudah datang, aku ingin membujuk Bapakku untuk memberikan mereka sedikit lahan untuk dibangun sebuah istana kecil untuk tempat mereka berteduh. Mereka juga pejuang veteran seperti Bapakku dan sangat besar sekali kemungkinan Bapakku membantu mereka.

Tapi apalah daya, Bapakku tidak sehebat dulu. Kami sudah menjadi rakyat biasa dan bahkan tanah Bapak di kawasan Kelapa Gading sebagai hadiah untuk veteran perang Irian Barat sudah disulap menjadi kawasan bisnis, mal dan bahkan gedung apartemen superblok yang menjulang tinggi tanpa sepeser uang penggantian. Bapak sudah tidak berdaya...

Dikemudian hari, aku melewati istana dan kali ini aku melihat seorang ibu dengan anaknya yang sedang berdiri diistana. Wajah dan kulit mereka terkelupas akibat ledakan sebuah tabung udara dan konon tabung gas untuk memasak. Sekali lagi mereka tidak bisa masuk keistana dan tidak bisa bertemu dengan Sang Tuan Rumah. Beberapa penjaga melarang mereka masuk dengan berbagai macam alasan, sementara si anak menangis sambil menahan sakit akibat kulitnya yang terkelupas.

Oh Tuhan, ingin rasanya aku sekali lagi membuka pintu halaman istana dan mengajak mereka masuk. Mamaku pasti akan membantu mereka dengan memanggil dokter istana yang berjaga 24 jam untuk menyembuhkan mereka. Mamaku seorang wanita yang gampang luluh disaat melihat mereka yang kesusahan. Tidak heran apabila beberapa tetangga sering meminta bantuan apabila sedang kesusahan. Disaat mereka sembuh, mereka sering membawakan pisang goreng, makanan kecil kesukaan kami.

Dulu istana begitu hidup, kami hidup berdampingan satu sama lain dan saling bantu membantu dengan segenap kemampuan kami. Kini istana tersebut begitu angkuh dan terasa semakin gelap walau sorotan cahaya lampu menambah indahnya istana tersebut dimalam hari.

“Mau kemana kamu?” hardik seorang pria tegap yang berdiri didepanku.

Arghh ternyata kaki kanan saya melewati garis putih didepan pagar istana, alhasil saya dilarang maju dan disuruh mundur selangkah dibelakang garis putih tersebut. Dan ternyata istana kini diberi jarak agar tidak sembarangan orang boleh masuk dan duduk-duduk ditamannya yang asri diwaktu sore.

Hilang sudah istana yang dulu begitu indah, istana semua rakyat, istana itu kini hanya sebuah bentuk bangunan masif yang begitu angkuh. Ah sudahlah, aku sudah tinggal diistana sesungguhnya bersama Bapak dan Mama yang sedang menungguku saat ini.

Selamat tinggal Istanaku, panggil aku apabila engkau sudah membuka kembali pintu pagarmu dan membuka kembali halamannya untuk kami....

Monday, July 19, 2010

Zombie Party @ Tel Aviv City, Israel




Kota Tel Aviv menyimpan berbagai pesona dan salahsatunya keunikan warganya yang ingin terlepas dari peperangan, rasa takut dan lain sebagainya. Pesta ala zombie adalah salahsatu alternatif untuk melepaskan ketegangan sejenak ditepian pantai kota Tel Aviv yang cantik.

Mungkin patut dicontoh pesta unik tersebut untuk dibuat di Jakarta demi mengusir stress dan pemenangnya adalah yang paling kreatif.

Sunday, June 27, 2010

Jakarnival 2010


pukul 15.30 jalanan masih lancar

Jakarta kembali merayakan HUTnya ke 483 dengan serangkaian acara dan salahsatunya berupa Jakarnival yang dimulai dari depan balai kota hingga ke bunderan HI pada hari minggu sore ini.

Ribuan warga jakarta turun kejalan dan meramaikan acara tersebut. Coba dibuat lebih bagus lagi dengan karnaval yang lebih cantik agar bisa dijadikan agenda wisata.

Mobil hias ada beberapa yang terkesan dibuat seadanya sama seperti dari tahun ketahun tanpa perubahan yang signifikan. Padahal acara seperti ini bisa menghidupkan ekonomi kerakyatan secara tidak langsung.

Tadi waktu datang ke jalan Thamrin pukul 15.30 WIB didepan gedung Bangkok Bank masih belum ramai. 30 menit kemudian, jalanan sudah dipenuhi oleh ribuan orang termasuk para pedagang minuman, jagung rebus, kacang rebus, ice cream, dll.

Turis asing dari jalan Jaksa berhamburan keluar dan melihat ada apa sebenarnya dan saya jamin mereka juga tidak tahu dari mimik mukanya saja mereka tampak bingung.

Bung Foke, Jakarnival seharusnya bisa dijadikan agenda wisata yang lebih OK dan mintalah perusahaan yang ada di Jakarta untuk berpartisipasi di karnival ini. Masak kalah dengan Jember Fashion Carnival or Solo Batik Carnival. Ini hiburan meriah dan murah bagi kami rakyat jelata...

Saturday, June 19, 2010

Tanah Air Beta – A Tribute for the Refugees




Ketika melihat diacara kick andy di metro TV, saya langsung jatuh cinta dengan film ini yang mengkisahkan tentang sebuah keluarga yang tercerai berai akibat pasca referendum di Timor Leste tahun 1999. Dan sekali lagi saya tidak menemukan film ini dibioskop kelas atas di Jakarta, mengapa film Indonesia harus dikalahkan dengan film hollywood, kapan film Indonesia bisa dicintai lagi oleh rakyatnya. I protest for this monopoly.

Film ini dibuka dengan cinematography yang cukup baik mengenai kegersangan alam NTT dan bisa dibayangkan derita yang dialami oleh para pengungsi akan keganasan alam yang mereka hadapi pada saat ini. Diberitakan masih ada 70,000 pengungsi dari Timor Leste yang memilih untuk menjadi Warga Negara Indonesia ketimbang harus berada di kampung mereka, Timor Leste.

Bahkan disebuah harian nasional pernah ditulis, bahwa para pengungsi ini menjadi BEBAN pemda Belu, NTT. Seharusnya kita malu untuk menuliskan kata BEBAN, para pengungsi ini sudah memberikan tubuh, darah, roh dan semangat mereka demi Indonesia dan seharusnya mereka layak dianugrahi PAHLAWAN karena memilih Indonesia sebagai tanah air mereka dibanding Timor Leste. Dan masih ribuan orang yang kehilangan tanah, harta benda dan sanak saudara di Timor Leste hingga saat ini akibat jajak pendapat yang tidak beres tersebut.

Memalukan apabila hingga kini pemerintah pusat masih lupa akan geliat kehidupan mereka saat ini dan dengan adanya film Tanah Air Beta ini membuka mata para pejabat agar tidak hanya mengurus partai dan hal yg remeh temeh. Masih banyak pekerjaan yang belum tuntas dan 2014 masih lama, jadi tenang saja tidak usah khawatir untuk kalah.

Di film ini, Ari dan Nia masih belum cukup fokus untuk menceritakan secara detail sisi kehidupan para pengungsi. Konflik yang seharusnya dibangun disebuah film, tidak diceritakan dengan utuh. Konflik hanya dibangun antara Merry dan Mauro mengenai remeh temeh sebagai sebuah keluarga yang tercerai berai. Anti klimaks yang seharusnya terjadi diakhir cerita malah tidak saya rasakan difilm ini.

Seharusnya Ari dan Nia lebih fokus pada penceritaan seperti yang dibangun difilm Denias, dialog yang sederhana dan mengesankan. Kisah perjalanan dua anak yang mencari saudaranya seharusnya bisa lebih mengena dan ada banyak hal yang bisa dibangun. Tapi buat saya, hasil kerja mereka cukup diacungkan jempol, tidak mudah untuk membuat sebuah cerita dan menjadikannya sebuah film. Dipiala Citra 2010 ini, mungkin hanya masuk beberapa nominasi saja seperti untuk penata artistik dan penata musik saja dan tentu saja untuk Alesandara Gottardo sebagai Tatiana serta untuk Asrul Dahlan sebagai Abubakar.

Dan bila Anda menonton film ini berarti Anda sudah turut memberikan sumbangan bagi para pengungsi di NTT. Semoga Tuhan memberkati para pengungsi dan mereka senantiasa diberikan kekuatan yang luar biasa.

Wednesday, June 16, 2010

The Brothers

When a war is over, it only leaves a wound....
Entah apa yang ada dibenak negri paman sam saat ini ketika mengetahui bahwa Afghanistan menyimpan cadangan mineral berjuta trilliun yang bisa membuat sebuah negeri menjadi kaya raya. Sebuah peperangan yang terus dipertahankan atau sebuah keadilan bagi rakyat Afghanistan.

Film The Brothes besutan sutradara Jim Sheridan menceritakan sebuah keluarga kecil di Amerika Serikat yang rapuh akibat sebuah perang yang dijalankan oleh negara adidaya tersebut. Peperangan telah mencabut nyawa jutaan org dan menghilangkan semangat hidup jutaan veteran yang selamat.

Tom Cahill dan Sam Cahill adalah kakak beradik, Sam akan berangkat ke Afghanistan untuk berperang melawan Taliban dan segera meninggalkan anak serta istrinya. Kerapuhan dalam keluarga besarnya memberikan perpisahaan yang tidak mengenakan antara kedua kakak beradik tersebut.

Dalam peperangan melawan Taliban, Sam Cahill dinyatakan hilang dalam tugas dan jenazahnya tidak ditemukan. Ternyata Sam masih hidup dan menjadi tawanan Taliban yang harus menghadapi serangkaian penyiksaan yang membuat jiwanya terganggu.

Sementara keluarga di Amerika sudah pasrah menerima keadaan bahwa Sam meninggal dunia dan sebagai kakak - Tom Cahil mencoba untuk menata kembali keluarga adiknya yang dilanda kesedihan akibat peperangan. Waktu demi waktu berjalan dan kehangatan membuat semua yang ada dikeluarga tersebut kembali hidup dan sedikit melupakan masa lalu.

Hingga tentara Amerika menemukan Sam Cahil masih hidup dan alhasil membawakan kembali ke Amerika dan bertemu dengan keluarganya. Disinilah cerita berkembang...ada kedinginan, kebingungan, ketidakpercayaan dan semua yang ada dikeluarga ini menjadi berantakan.

Kekuatan dari film ini dibangun oleh kekuatan akting para pemainnya sehingga tidak aneh apabila film yang bercerita sederhana ini memikat hari para juri di Oscar 2010 dan mendapatkan beberapa nominasi. Sebuah sentilan mengenai peperangan yg dilakukan oleh negri Paman Sam, walau bagaimana pemerintahan Obama sepertinya harus memperpanjang perang di Afghanistan dengan sebuah alasan yang irrasional....kebebasan yang naif.

Words will land on me
Then abandon me
Leave me stranded
[..] on the door

Saturday, June 12, 2010

Minggu Pagi di Victoria Park

June 12, 2010 - Sabtu Malam di Slipi Plaza, it's my birthday and I wanna spend my time to see a movie and dinner with someone. Tertarik dengan sebuah film yang dibesut oleh sutradara wanita muda Indonesia yang cantik dan berbakat, Lola Amaria. Sebelumnya saya sempat membaca sinopsis film ini yang menceritakan para Tenaga Kerja Wanita (TKW) yang bekerja di Hongkong berikut dengan segala macam pahit getirnya kehidupan mereka.

Lola yang berperan sebagai Mayang harus mencari adiknya (Titi Sjuman) yang sudah bekerja sebagai TKW diHongkong dan kini tiada kabarnya. Sedikit demi sedikit kehidupan para TKW Indonesia yang bekerja diHongkong digambarkan dalam gambar yang indah. Saat hari minggu mereka berkumpul di Victoria Park untuk bertemu dengan teman-temannya dari Indonesia. Harfi minggu di Hongkong merupakan hari libur bagi para pekerja immigrant dari Indonesia, Filiphina, Bangladesh, Pakistan dan India. Mereka sendiri saling membentuk komunitas untuk mempererat persaudaran dan pengobat rasa rindu akan tanah air.

Kehidupan Lesbian antar para TKW Indonesia juga digambarkan secara natural, dan sebenarnya saya sudah melihat cerita ini melalui film Pertaruhan ditahun 2009. Tetapi Lola memasukkan cerita ini sebagai realitas kehidupan nyata yang benar terjadi di antara sesama TKW Indonesia di Hongkong. Termasuk kisah para wanita Indonesia yang sering dikibuli oleh pasangan prianya dari negri Bangladesh/Pakistan yang katanya mirip dengan pemain film India.

Sedih rasanya melihat kehidupan keras para TKW di Hongkong terlebih lagi setelah saya tahu bahwa mereka di 7 (tujuh) bulan pertama tidak menerima gaji senilai HK $3.500 atau senilai Rp 4-5 juta. Bayangkan keuntungan yang diperoleh para PJTKI di Indonesia atas hasil keringat para TKW tersebut dan belum lagi tuntutan keluarga mereka yang berharap bahwa anak atau istri mereka yang bekerja sebagai TKW diluar negeri akan membawa perubahan ekonomi bagi mereka dan membawa prestige sendiri. Sementara mereka diluar negeri harus jatuh bangun, jadi tidak aneh apabila mereka ingin mempunyai kehidupan sendiri.

Victoria Park ibarat taman bermain yang bebas bagi para TKW, dihari minggu mereka bisa melampiaskan apa yang selama ini di Indonesia mereka tidak pernah rasakan. Berpakaian minim dan serba mode terbaru, berciuman dengan pacar mereka secara terbuka didepan umum...they can do it here. Walau banyak dari mereka yang berkumpul dan mendapatkan siraman rohani atau hal yang positif. Ditaman ini lah semua rasa menjadi satu dan tempat berbagi informasi antar sesama atau pekerjaan.

Salute bagi Lola yang berani mengangkat film ini dan dituangkan menjadi sebuah film yang cantik n menyentuh hati. Titi Sjuman bermain sangat natural and gosh she's very sexy at this movie. Mungkin buat saya..difilm ini Titi bermain hampir sempurna dan ia layak mendapatkan nominasi Piala Citra 2010 ini dan mungkin ia akan mendapatkan Best supporting actress di Festival Film Asia lainnya.

Tidak terasa film ini sudah berakhir dan membukakan mata setiap penontonnya. Saya jadi teringat kejadian 4 tahun lalu ketika menjemput saudara saya yang baru pulang jadi TKI di Seoul. Ketika menjemputnya di Terminal 2 International pukul 23.00, ternyata saudara saya harus dipindahkan keterminal 4 di Bandara Soekarno Hatta dengan alasan administrasi. Untuk menjemputnya dan mengeluarkan saudara saya dari terminal 4 harus membayar sejumlah uang kepada pihak otoritas bandara. Drama penjemputan baru berakhir pukul 02.30 WIB, rasa penat dan sedih befrcampur menjadi satu ketika saudara saya bercerita apa yang dia alami ketika turun darim pesawat, dipisahkan oleh petugas bandara, disuruh menunggu dan membayar uang administrasi.

Belum lagi ketika saya turun dari pesawat KL - Jakarta dibandara Soekarno Hatta, petugas bandara langsung memasang badan dan membuat mimik muka yang galak dengan para TKW yang baru turun dari Malaysia. Seperti kucing melihat ikan segar dimatanya....yang ingin segera menerkam, padahal belum tentu mereka tiba di Jakarta membawa uang yang banyak. Getir rasanya melihat mereka diperlakukan secara berbeda dengan penumpang lain. Beginilah nasib para penghasil devisa.

Tapi kini para TKW pasti lebih pintar dengan berbagai kejadian dibandara, mereka dengan mudahnya mengirimkan uangnya dengan berbagai moda transfer, sehingga hasil jerih payah mereka tidak hilang. Mungkin suatu hari nanti harus ada kebijakan yang jelas bagi para TKW mulai dari masalah pemotongan gaji, asuransi kesehatan dan beberapa kemudahan yang patut mereka dapatkan sebagai pahlawan devisa. Di Filiphina, para TKW diberlakukan bak pahlawan ketika tiba dibandara dan dilindungi secara hukum. Tidak aneh apabila Presiden Filiphina sampai turun tangan apabila ada kasus hukum yang menjerat TKWnya.

And we dont care...sudah banyak hal buruk yang terjadi terutama para TKW yang bekerja di Timur Tengah. Apabila saya jadi Presiden, mungkin pengiriman TKI ke Timur Tengah akan saya hentikan dan dipindahkan ke negara yang mempunyai hukum yang jelas seperti di Hongkong atau Singapura.

Makasih yang Lola dan saya doakan agar film ini mendapatkan berbagai macam penghargaan film dari Indonesia dan Luar Negeri. Agak miris ketika saya melihat daftar studio film 21 yang memutarkan film ini, sebagian besar dibioskop kelas B+ dan bukan dicineplex kelas A+ yang seharusnya pantas memajang besar film ini dan layak ditonton oleh masyarakat banyak. Saya tahu karena memang ada semacam monopoli dan dana yang besar untuk menempatkan film ini sejajar dengan film Sex n The City 2 dibioskop A+.

Terakhir saya doakan agar film ini laku keras sehingga kamu n produser juga bisa BEP...hehhee. Jangan kapok bikin film yang bermutu ya, Lola! Carpediem......

Thursday, June 3, 2010

A Travel Note to Cilacap and Nusa Kambangan Island




Sudah lama saya tidak melakukan perjalanan jauh dan menulis di blog ini, perjalanan kali ini sungguh menyenangkan dan seperti biasa tidak saya rencanakan. Berangkat pukul 10 pagi dari kota Bandung menuju kearah selatan pulau Jawa, kota Cilacap. Rute Bandung – Ciamis – Banyumas – Cilacap ditempuh selama hampir 7 jam perjalanan. Selepas diperbatasan Jawa Barat – Jawa Tengah, kita bisa menikmati hutan karet yang masih tersisa dipulau Jawa ini. Pada jaman Belanda, perkebunan karet merupakan salahsatu komoditas primadona untuk mendapatkan jutaan gulden dipasar internasional. Pulau Jawa salahsatu tanah yang subur dan apalagi bagian selatan dengan perbukitan dan hawa yang masih sejuk.

Kota Cilacap sendiri berhawa cukup panas karena berada dekat pantai dan kota ini relatif cukup besar dan yang membuat saya terkejut kota ini memiliki sebuah lapangan golf dan lapangan udara perintis. Wah siapa yang hendak main golf dikota kecil ini. Oh ternyata para pejabat sering berziarah kepetilasan gunung Srandil dan salahsatunya petinggi negri ini sering naik helikopter dan main golf. Selain itu diselatan kota ini terdapat penjara nomor satu di Indonesia....Nusa Kambangan.

Hotel dikota ini juga cukup beragam mulai dari yang berharga Rp 45,000 dengan kamar mandi didalam dan 2 tempat serta tanpa AC hingga berharga Rp 500,000 tersedia. Jadi tidak usah khawatir mengenai penginapan. Alun-alun kota yang cukup luas dan nyaman membuat saya menikmati malam sambil minum secangkir wedang jahe dan beberapa polisi lapas yang sedang beristirahat. Kota ini menyimpan ratusan para narapidana kelas kakap dan para teroris di pulau nusa kambangan, sehingga tidak aneh melihat puluhan polisi dan intel disebar diseantero kota ini. Tapi suasana ini malah membuat saya merasa nyaman karena situasi kota yang kondusif. Dont ask and dont tell!!

Esok pagi saya bergegas ke teluk penyu dan selintas melihat segara anakan, muara sungai terbesar di Indonesia yang menyimpan keanekaragaman fauna dan flora yang kini terancam akibat penumpukan lumpur dimuara yang membuatnya semakin menyempit.

Teluk Penyu, sebuah teluk dengan panorama pantai laut selatan dan ombak yang cukup bersahabat karena dilindungi oleh pulau nusa kambangan. Pantainya hampir mirip dengan pantai kuta, Cuma sayang kurang dikelola secara profesional. Beberapa cafe dan warung sea food bertebaran dan tiket masuknya murah hanya Rp 2000/orang. Malam hari pasti ramai menjadi tempat plesiran bagi anak muda dan untuk yg plus plus pun ada. Maklum banyak ada perusahaan minyak dan beberapa perusahaan besar dikota Cilacap, pasti para pekerjanya membutuhkan hiburan dikala senggang.

Benteng Pendem, sebuah benteng peninggalan Belanda dibangun tahun 1877 dan masih cukup terawat walau kurang informasi. Benteng ini cukup unik karena dibangun dibawah tanah sedalam 1 -3 meter mirip semi bunker sehingga tidak terlihat dari arah laut. Sebagai benteng, dibangun cukup lengkap dengan kamar sebanyak 60 buah, gudang amunisi, dapur, perbekalan hingga ruang medis. Diselatan benteng terdapat sebuah makam kuna dengan pohon besar disampingnya. Aura mistis terdapat dibeberapa bagian benteng ini dan bagian depan dibuat kolam yang mungkin berfungsi sebagai ruang pendingin dan menahan serangan dari darat.

Selepas dari benteng pendem, seseorang menghampiri dan menawarkan jasa untuk berwisata ke pulau nusa kambangan dengan tarif yang cukup layak dikantong. Jasa antar pulang ke pulau nusa kambangan sebelah barat hanya Rp 50,000 saja karena kebetulan masih sepi wisatawan. Biasanya ia mematok harga Rp 20,000/penumpang, tapi saya mendapatkan harga pulang pergi. Okelah kalau begitu, saya mengambil tawarannya.

Dengan naik sebuah perahu bermotor, saya ditemani si nelayan – Pak Warji (0815 4821 5835) menuju ke sisi barat pulau nusa kambangan yang dapat ditempuh selama 10 – 15 menit. Sesampainya dipulau tersebut, saya diantar ke pintu gerbang untuk membayar tiket masuk seharga Rp 3,500 dan diantar oleh seorang guide yang bernama Mas Aries ( 0858 4260 1699). Ia membawa saya masuk kedalam hutan hujan tropis yang masih cukup lebat dengan fauna yang beragam mulai dari macan kumbang, rusa hingga ular berbisa.

Dengan membawa sebatang golok dan tanpa alas kaki, mas Aries bercerita bahwa sebelum menjadi guide di pulau ini, ia harus menjalani semacam lelaku seperti berpuasa sambil mengitari seluruh pulau nusa kambangan. Jalanan cukup sulit karena masih tanah dan berbatu kasar serta agak licin, maka saya sarankan agar memakai sepatu kets. Dipulau ini terdapat beberapa macam gua yang masih wingit alias angker sehingga disarankan agar tidak mempunyai niat yang buruk serta dilarang berkata kotor agar terhindar dari malapetaka.

Saya diajak ke benteng peninggalan Portugis yang sudah dirambatin pepohonan dan ilalang. Akar2 pepohonan menjalari sebagian besar benteng tersebut dan membuatnya menjadi begitu eksotis bagi saya. Bisa dibayangkan ratusan tahun lalu, penjajah berada dipulau ini. Kini benteng tersebut hanya dijadikan tempat untuk melakukan ritual dan bahkan mas Aries dengan entengnya bercerita bahwa beberapa mahluk halus terdapat dimuka benteng dengan berbagai macam rupa.

Benteng ini terasa begitu magis buat saya tapi juga sangat eksotis, ruang demi ruang saya lewati mulai dari dapur, ruang medis, ruang penjara dan bahkan ruang meriam kuno. Dua buah meriam kuno masih terdapat dipulau ini dan beratnya mungkin ratusan kilo. Wow...sungguh indah dan sayangnya meriam ini harus ditempatkan dimuseum bukan dibiarkan lapuk oleh waktu. Ironis memang melihat bangsa ini semakin melupakan sejarah. Di negri tetangga sebuah meriam bisa dijadikan tempat sejarah yang menarik....

Pantai Pasir Putih, sebuah pantai kecil dengan butian pasir halus mengingatkan saya seperti dipantai Padang-Padang dekat Uluwatu, Bali. Pantai ini masih sangat perawan dan sayang beberapa pengunjung sepertinya tidak menjaga kebersihan. Mereka membuang sampah sembarangan dan saya baru sadar bahwa memang tidak ada tempat sampah dilokasi ini. Arghh seandainya.....

Tadinya saya akan diajak kebeberapa tempat lagi Cuma saya tolak karena waktu yang tidak cukup, akhirnya saya pulang. Dalam perjalanan pulang saya seperti mendapatkan bantuan tenaga, karena saya membawa tas punggung dengan beban yang cukup berat tapi saya bisa menaiki jalan yang cukup terjal. Tiba-tiba ada sebuah auman dan mas Aries segera bergegas menghampiri kesebuah sungai kecil. Tapi seperti macan kumbang tersebut sudah menghilang dalam hutan setelah mendapatkan mangsanya. Peristiwa tersebut cukup membuat hati ini bergidik karena suaranya yang khas.

Setibannya di base camp, saya membeli minuman dan dingin serta tidak lupa memberikan tips kepada mas aries atas jasanya mengantar saya kedalam pulau nusa kambangan. Akhirnya saya menemui Pak Warji yang sedang merokok dan saya minta diantarkan kembali ke teluk penyu. Sebuah perjalanan yang mendebarkan dan tidak terencana, akhirnya saya bisa menginjakkan kaki dipulau mistis ini. Marvellous........

Monday, April 26, 2010

Silent in Black




Suka aja dengan warna hitam putih dalam fotografi, it tells a lot.

Sunday, April 25, 2010

Si Cantik yang Terlupakan




Maribaya sicantik ini agak terlupakan dan kurang perawatan padahal mempunyai potensi wisata yang menarik. Jembatan kayu yang sudah lapuk dan membahayakan pengunjung seharusnya ditutup untuk umum hingga diperbaiki dan jangan sampai mengorbankan nyawa pengunjung yang datang untuk menikmati alam

Wednesday, April 7, 2010

To Yogya With Love




Minggu pagi tanggal 7 Maret 2010, saya sudah menginjakkan kaki disebuah stasiun kecil di Jawa Timur – Kertosono. Tiket Argo Wilis jurusan Surabaya – Bandung sudah saya beli, sambil mengisi waktu saya berkeliling kota dan terbersit ingin pergi kesebuah kota yang memiliki banyak kenangan buat saya, Yogyakarta. Pukul 09.00 WIB kereta sudah tiba diperon dan saya beserta puluhan penumpang lainnya segera beranjak masuk kedalam gerbong yang akan membawa saya kembali ke Bandung.

Dalam perjalanan menuju ke Bandung, ada perasaan yang ingin membawa saya kembali ke kota Yogya dan selama 4 jam saya harus memutuskan hingga saya tertidur. Tiba-tiba saya terbangun disetasiun Solo Balapan, hati ini segera berkata bahwa saya harus ke Yogya siang itu. Tepat pukul 13.00, saya telah tiba di kota Yogya dan keputusan terakhir saya ambil ketika kereta sudah memasuki setasiun Tugu. Hati ini semakin berdegup kencang dan “Ya” adalah kata yang tepat.

Saya segera mengambil tas dan hup….kedua kaki saya sudah menginjakkan disetasiun Tugu. Saya terdiam dan pikiran saya melayang ke tahun 1995 ketika pertama kali saya menginjakkan kaki disetasiun ini bersama-sama teman dari Jakarta. Masih tergiang-giang suara teman-teman yang tertawa girang ketika kami tiba di stasiun Tugu setelah menghabiskan perjalanan selama 12 jam yang melelahkan dari Jakarta.

Peluit panjang membangunkan saya seketika, dan kereta Argo Wilis meninggalkan saya perlahan-lahan…”sampai jumpa di Bandung”! Masih ingat jelas ketika kami tiba dulu distasiun ini, kami harus melewati sebuah terowongan bawah tanah untuk menuju pintu keluar. Saya tersenyum kecil ketika mengingat Elizabeth – teman saya membawa sbeuah koper super besar dan kewalahan membawanya. Kusmulyadi teman saya yang membantunya menarik tas koper super besar itu keatas peron menuju pintu keluar.

Tanpa pikir panjang saya menuju ke loket pembelian tiket untuk membeli rute ke Bandung pada malam hari. Tiket seharga Rp 200,000 jurusan Bandung sudah hangus karena saya turun di kota Yogya.

Pulang ke kotamu
Ada setangkup haru dalam rindu
Masih seperti dulu
Tiap sudut menyapaku bersahabat penuh selaksa makna
Terhanyut aku akan nostalgi
Saat kita sering luangkan waktu
Nikmati bersama suasana Yogya

Kereta api Lodaya malam kelas bisnis seharga Rp 100,000 sudah saya kantongi, hati ini jadi tenang. Beberapa pengemudi becak menawarkan jasa antar ke penginapan murah di Malioboro dan tanpa berpikir panjang saya segera naik becak. Sudah lama saya tidak naik becak sebuah barang antik saat ini dan tarifnya hanya Rp 5,000 – 10,000 saja. Saya mencari beberapa penginapan murah dan akhirnya mendapatkan sebuah kamar seharga Rp 80,000 dengan fan dan kamar mandi didalam dekat Malioboro.

Tanpa berpikir panjang, setelah menaruh tas saya segera menuju ke Malioboro. Tidak afdol rasanya kalau belum mengunjungi magnet wisata dikota ini. Sebuah kaki lima terpanjang di Indonesia dan berbagai macam barang serta manusia dari berbagai macam ras bisa kita temui ditempat ini.

Dipersimpangan jalan, kakiku berhenti
Ramai kaki lima menjajakan sajian khas berselera

Kali ini syaa menjad turis lokal backpacker alias berkantong cekak, Mal Maliboro masih sama seperti 15 tahun yang lalu. Café Olala dan Mc Donald masih bertahan dan menarik pengunjung untuk datang. Dulu sebelum kami kembali ke Jakarta, kaos Dagadu dijual dimal ini. Dan setiap akhir pekan, mal ini selalu ramai karena tidak ada pilihan lainnya. Diskotik Basement dihotel Maliboro merupakan tempat kuliah malam saya bersama teman-teman disetiap akhir pekan. Tiket masuknya hanya Rp 10,000 saja dan sudah termasuk first drink, diskotik itu paling hips dijamannya. Saya hanya tersenyum ketika mengenangnya dan berdiri sejenak didepan parkiran hotel tersebut.

Saya meneruskan perjalanan ke sisi selatan dan menuju ke depan gedung Bank Indonesia, almamater sekolahku Marsudirini serta ke perempatan gondomanan dengan kelentengnya yang sudah cukup tua. Gang Sayidan begitu anak-anak Yogya menyebutnya dan terkenal berkat group local Shaggy Dog

Wo….coba kawan kau dengar ku punya cerita
Tempat biasaku berbagi rasa
Suka duka tinggi bersama
Di gang gelap, dibalik ramainya Yogya

Mari…sini..berkumpul kawan
Dansa …..dansa…sambil tertawa

Bila kau datang dari selatan
Langsung saja menuju Gondomanan
Belok kanan sebelum perempatan
Teman-teman riang menunggu di Sayidan

Gang ini masih sama seperti dahulu ketika kami pertama kali sampai di kota Yogya.
Dirumah mbahnya Donny kami tinggal pertama kali sebelum mendapatkan kamar kostan, sebuah rumah kecil ala Jawa bercat hijau muda, tegel jadul dan teralis vintage dengan 3 buah kamar. Satu kamar ditempati oleh Mbahnya Donny, kami yang pria tidur diruang tamu dan yang wanita dalam kamar yang lain. Selama hampir seminggu kami tinggal dikawasan ini, gangnya cukup berliku dan sedikit penerangan diwaktu malam tetapi kawasan ini cukup bersih dengan Kali Code diujung gang ini.

Semuanya masih sama ketika saya berkunjung ditahun 2010 ini, yang berubah hanya beberapa rumah saja dan sebuah bangunan kastil yang selalu saya cintai arsitekturnya kini seperti rumah hantu. Dulu saya masih bisa mendengar jemaat gereja melantunkan kidung disetiap minggu pagi dan terpampang jadwal misa gereja. Kini rumah itu tidak berpenghuni dan kono karena ada sengketa diantara keluarga besar sipemiliki rumah kastil itu. Saya masih belum diberi waktu untuk memasuki rumah yang begitu indah dengan patung Jesus raksasa diatap balkonnya. Saya hanya bisa menghela nafas dan berharap suatu hari nanti bisa memasuki rumah kastil tersebut sebelum hancur dimakan usia.

Di sayidan, dijalanan
Angkat sekali lagi gelasmu kawan
Di sayidan, dijalanan
Tuangkan air perdamaian

Dan kali ini saya meninggalkan gang yang penuh kenangan tersebut, saya angkat gelas untukmu Gang Sayidan…..

Kaki saya membawa setiap langkah ini hingga kegerbang istana Keraton Yogyakarta, alun-alun utara tampak gersang kerana rumputnya habis diinjak-injak pengunjung sekatenan yang telah selesai beberapa hari yang lalu. Pukul 15.00, keraton telah tutup dan saya kembali naik becak minta diantarkan kepasar burung Ngasem – pasar burung tertua di kota ini.

Tamansari – tempat pemandian para raja Jawa menjadi tempat pemberhentian selanjutnya tapi kali ini saya masuk melalui pasar burung yang dibangun tahun 1809 ini. Seorang bapak tua menawarkan jasa menjadi guide dan hati ini nelongso rasanya kalau menolak tawaran bapak tua. Saya tersenyum dan beliau mengantarkan saya memasuki jalan tua yang masih sama dan tentu saja saya masih sangat hafal. Tamansari sudah tutup dan sekali lagi saya diajak ketempat yang sama melalui jalan belakang dan sedikit naik kepagar belakang taman sari yang tampak sangat terawat semenjak mendapatkan bantuan dari luar negeri.

Tembok belakang taman sari masih sangat kokoh walau terkena gempa ditahun 2006 yang lalu. Setelah berfoto dikawasan Taman Sari, saya memberikan uang tanda jasa sebagai guide kepada bapak tua itu. Rasa lapar membawa saya untuk menikmati hidangan siomay berbagai macam rasa mulai dari siomay isi udang hingga cumi dengan harga yang sangat murah.

Pukul 17.00 saya sudah kembali ke motel dan beristirahat sejenak sambil menunggu boncengan dari sahabat lama menuju ke Babarsari.

Orang duduk bersila
Musisi jalanan mulai beraksi seiring laraku kehilanganmu
Merintih sendiri, ditengah deru kotamu

Sambil naik motor, saya menikmati kota Yogya dan ingatan saya kembali ditahun 1995…
Ketika saya sedang suntuk, Bayu sahabat saya menjadi satu-satunya obat pelipur lara
Meminjam motornya, saya berkeliling kota hingga dini hari
Menikmati kota Yogya dimalam hari merupakan hiburan tersendiri bagi saya



Jalan Babarsari, disinilah saya indekost tepat disamping kampus Atmajaya gedung baru
Ada 20 kamar dikostan ini tapi hanya 19 kamar yang disewakan
Entah mengapa selalu disisakan 1 kamar oleh si empunya kost
Kami menyewa 2 kamar kost, satu untuk menaruh baju dan tas
Satu lagi untuk kami tiduri dan tarifnya sangat murah sekali hanya Rp 75,000/bulan

Kami mendapatkan kamar dilantai satu dan setiap bulan mamaku selalu mengirimi uang sebesar Rp 200,000/bulan melalui wesel pos yang bisa saya sambil dikantor pos terdekat. Maklum tehnologi ATM dulu masih jarang dan hanya orang The Haves yang bisa memiliki ATM.

Saya, Kusmul, Agus dan Donny tidur sekamar dengan alas kasur busa dan tikar dengan bantal dan guling seadanya. Tapi koq bisa tidur pulas ya dan kami selalu menikmati, setiap sore teman-teman wanita berkunjung dan membawakan bekal makan. Kalau bosan, pecel lele seharga Rp 1500 depan kantor pos Babarsari menjadi makanan yang sangat lezat. Disaat kantong cekak, nasi goreng arang depan kampus Atmajaya gedung lama seharga Rp 1,500 menjadi pilihan lain karena isinya cukup banyak dan mengenyangkan untuk kantung mahasiswa seperti kami.

Pagi hari, warung si Mbok menjadi langganan saya dan kini rumahnya sudah hilang berganti menjadi tempat foto kopi. Si Mbok sangat baik sekali, mungkin beliau tahu saya seorang mahasiswa berkantong cekak sehingga harga makanannya pun sangat murah. Kalau dapat kiriman uang dari Mama, baru saya bisa makan enak dikantin mahasiswa yang nasinya bisa ambil sendiri dan lauknya daging, total hanya seharga Rp 3,000 saja dan sudah sangat mengeyangkan.

Saya kembali berdiri didepan kostan yang masih berdiri, berbagai rasa bercampur menjadi satu melihat jalanan disekitar Babarsari yang sangat ramai. Sawah menjadi kost-kostan dan bahkan Circle K sudah ada. Tahun 1995, masih banyak sawah dan cukup seram hingga pernah kami dikejar anjing kampung setelah pulang apel dimalam minggu. Maklum kostan di Yogya dibedakan antara pria dan wanita.

Walau beberapa teman sempat nekat naik tembok disaat subuh demi menginap dirumah sang pacar agar tidak ketahuan dipemilik kostan. Setiap bulan sehabis menerima kiriman, kami selalu jalan ketempat wisata di kota ini. Kawasan Kaliurang dan Bebeng menjadi pilihan utama, selain cukup dekat dan berhawa sejuk serta dimalam hari bisa melihat kerlap kerlip lampu kota Yogya dimalam hari dari atas gunung. Tentu saja sangat romantis sambil mengajak di Doi (istilah jadul banget) dan membelikannya kembang edelwies yang banyak dijual dan menikmati jagung bakar…arghh.

Pantai Parangtritis sebuah kenangan yang tidak terlupakan ketika beberapa teman mengajak saya ikutan jalan naik motor dan diiming-imingi banyak ceweknya dimalam minggu. Setibanya disana ternyata tidak ramai, beberapa gubuk dipinggir pantai berdiri tegak dan seorang penyewa tikar menawarkan tikarnya. Teman saya menyewa 3 tikar dan kami berenam tiduran dipinggir pantai hingga subuh. Sialan….saya dikerjai karena tidak ada apa-apanya yang ada hanya seram karena deru ombak pantai selatan yang ganas dan mitos Ratu Pantai Selatan. Sementara yang lain tertidur pulas, saya malah tidak bisa tidur karena alasnya hanya tikar dan bawahnya dari pasir laut serta udara pantai yang dingin, tapi taburan bintang diangkasa sangat indah sekali.

Ramai kaki lima menjajakan sajian khas berselera
Orang duduk bersila
Musisi jalanan mulai beraksi
Seiring laraku kehilanganmu
Merintih sendiri, ditengah deru kotamu

Rasa lapar karena merindukan nasi goreng yang dimasak diatas anglo dengan arangnya menjadi menu utama dan pengamen jalanan mulai beraksi. Hmm….waktu saya sangat terbatas dikota ini. Rasa kangen belum tuntas dan masih banyak tempat yang belum saya sambangi.

Walau kini kau tlah tiada tak kembali
Namun kotamu hadirkan senyummu abadi
Izinkanlah aku untuk selalu pulang lagi

Pukul 21.00 dan saya harus bergegas menuju ke setasiun Tugu Yogyakarta..
Pendar lampu jalanan masih menyala terang
Bau tanah sehabis hujan memberikan nuansa sendiri malam itu

Bila hati mulai sepi tanpa terobati
Walau kini engkau telah tiada ….tak kembali
Namun kotamu hadirkan senyummu abadi
Senyummu abadi, abadi…………

Saya kembali duduk diperon sambil menunggu kereta Lodaya malam menjemput saya
Termenung kembali ketika terakhir kali akan meninggalkan kota ini….
Kata seorang sahabat dalam suratnya kepadaku,

“Aku menangis ketika melihatmu dalam kereta yang membawamu pergi,
Tak kuasa rasanya ingin memelukmu terakhir kali,
Kali ini saja dan kuselalu berdoa agar kita bisa bertemu kembali”.

Kota ini selalu menghadirkan senyum tersendiri buat saya dan pilihanku untuk menginjakkan kaki dikota ini selama beberapa jam saja memang tepat. Rasa kangen sedikit terobati…
Dalam kereta menuju Bandung, saya habiskan hanya untuk tidur hingga pukul 05.30 WIB saya kembali tiba disetasiun kota Bandung.

Seperti mimpi rasanya…mimpi yang menjadi kenyataan…

Izinkanlah aku selalu untuk pulang lagi, selalu pulang lagi

To Yogya With Love, March 7th 2010

The Beauty of A Mask




Mimi Rasinah salahsatu maestro tari topeng Cirebonan yang masih tersisa ditanah air, kembali akan mementaskan sebuah tarian klasik Cirebonan. Selain itu akan ada penampilan Didi Nini Thowok dan sebuah fashion show dari Batik Komar pada tanggal 8 Mei 2010 pukul 19.00 - 21.00 WIB. Untuk reservasi hubungi 022 203 0333

Friday, February 26, 2010

Xploring Pangalengan




Perjalanan darat ditempuh selama 1,5 jam dari kota Bandung, banjir dasyat yang terjadi di dayeuhkolot karena banyak bukit yang gundul. Manusia semakin rakus dan pemda tidak peduli. sepanjang jalan beberapa area terlihat longsor dan beberapa pohon ditebang untuk dijual kayunya.

Pangalengan masih berdenyut walau gempa dasyat terjadi tahun 2009 lalu dan bekasnya masih banyak seperti kantor polisi yang rusak parah dan beberapa rumah penduduk yang hancur. daerah ini terkenal akan susu sapinya dan kebuh teh malabar.

Malabar didirikan oleh seorang genius dan pecinta seni serta dermawan Belanda yaitu Boscha. Beliau dimakamkan ditengah kebuh teh yang sangat asri dan bahkan keluarganya masih sering berkunjung ke makam ini. Konon bberapa penduduk dan pemetik teh masih sering melihat sosok Tuan Belanda ini berada disekitar makam dan rumahnya.

Rumah Boscha di kebun teh malabar sangat asri, luas dan kebunnya yang masih tertata. Beberapa perabot masih asli jaman dulu dan sebagian kamar disewakan dengan harga 300rb/malam. Bahkan rumah ini dijadikan lokasi syuting film percintaan ala remaja yg terkenal dan juga film horor.

Sekitar 5 km dari makam terdapat pemandian air panas Cibolang, sayang tidak ada penunjuk wisata yang resmi dan jalan masuknya masih cukup rusak. Tiket masuk hanya 8000/orang dan cukup terawat walau minim informasi. Airnya tidak terlalu panas seperti di Ciater, cukup hangat dan sangat meyegarkan berada ditengah kebun teh dengan pemandangan asri hutan tropis dibukit samping kolam renang ini. Berendam selama 2 jam lebih sangat mengasyikkan dan masih tidak terlalu ramai pengunjung.

Situ Cileunca ternyata tidak menarik buat saya dan padahal alamnya sangat menawan tetapi pemda sepertinya sedang tidur nyenyak. Wisata padahal mempunyai potensi cukup baik untuk dikembangkan dan beberapa kali saya mencoba bertanya karena tidak ada penunjuk arah yg jelas. It's absolutely a sleeping beauty....

Sunday, February 21, 2010

Xploring Tasikmalaya




Seperti biasa disaat rasa suntuk mulai menyerang, my body n soul sudah tidak menyatu lagi sehingga dibutuhkan penyegaran. Jalan satu-satunya yaitu keluar kota dan pergi ketempat yang baru dan belum pernah saya jajaki. Destination No Where mulai, dengan googling akhirnya saya memutuskan ke Galunggung dikota Tasikmalaya.

Tanpa peta, saya hanya menduga bahwa rutenya ke arah Ciamis dan Pangandaran, karena sudah 2 kali melewati kota ini sebagai transit ke kota yang lain. Tiba-tiba saya teringat sama Rizky - adiknya teteh yang kerja di kota tersebut dan ia bekerja disebuah perusahaan telekomunikasi. Then I called and told him dat I wanna go there.

Sabtu malam pukul 7.30 saya berangkat dengan motor dan perjalanan darat ditempuh selama hampir 3 jam karena rutenya yang cukup sulit dan jauh. Pukul 10.30 malam saya tiba dikota Tasik yang cukup bersih, malam minggu kota ini belum tidur dan ternyata kota Tasik lumayan besar dengan pertokoan dikanan kiri jalan. Beberapa toserba dan mal juga bermunculan sesuai permintaa jaman.

Asia Plaza - tempat meeting point dengan Rizky dan Ella. Setelah makan malam dengan mereka, saya ke kamar kost dan disediakan 1 buah kamar tidur kecil yg cukup untuk merebahkan diri.

Pagi pukul 07.45 saya dibangunkan karena Rizky mau kerja dan sudah dijemput Ella dibawah. Malas rasanya bangun pagi di hari minggu, tapi saya harus mencapai puncak gunung Galunggung dengan ketinggian 2167 meter diatas permukaan laut. Gunung ini pernah meletus dahsyat pada tanggal 5 Mei 1982.

Dan yang menghebohkan gunung galunggung ini meletus selama 9 bulan dan berhenti ditanggal 8 Januari 1983. Wah kalau manusia mungkin sudah punya anak satu kali ya nih gunung....tercatat 18 orang meninggal bukan karena letusan tetapi pasca letusan. 22 Desa ditinggalkan oleh penghuninya.

Cukup dengan cerita mistis dan mengerikan akibat letusan, saya berangkat ke tempat tersebut yang berjarak 17 km dari kota Tasik. Rute Inhidang - Galunggung harus ditempuh dengan perjuangan karena jalannannya cukup rusak, saya sarankan jangan menggunakan mobil sedan ceper. Dipastikan akan rusak karena jalannya banyak yg masih berbatu akibat puluhan truk besar pengangkut batu pasir gunung lalu lalang dan pemdanya yang tidak begitu peduli. Padahal akibat letusan galunggung, jutaan material pasir dan batu yang konon kualitas satu ini tersedia dan diangkut ke jakarta dan daerah sekitarnya. Tapi hasil retribusi sepertinya hilang diterpa angin gunung. Pak Bupati Tasik yang terhormat, minta tolong diperbaiki jalan masuknya agar banyak wisatawan datang berkunjung kelokasi wisata ini dan papan penunjuk arah diperbanyak.

Sesampainya dipintu gerbang, tiket masuknya cukup murah hanya Rp 4200/orang. Begitu masuk area wisata, jalan masuk cukup baik walau ada beberapa bagian yang bergelombang. Yang unik vegetasi di gunung ini berbeda dengan vegetasi tanaman di gunung papandayan dan tangkuban perahu.

Kini tibalah saya harus bertempur dengan 620 anak tangga menuju kepuncak gunung. Saya membutuhkan 8 x pemberhentian untuk mencapai tepian kawah...dibutuhkan stamina yang tinggi dan bagi penderita penyakit jantung sangat tidak disarankan kelokasi ini. Dengan nafas tersengal-sengal, akhirnya saya bisa menuntaskan 621 anak tangga hingga ke tepian kawah yang cukup luas.

Subhanalllah....God's the Almighty...it's so huge. 9 months eruption had made a depth and giant crater. Kalau gunung papandayan dinobatkan sebagai gunung dengan kawah terluas diasia, maka gunung galunggung dinobatkan sebagai kawah terdalam. Menurut catatan sejarah, selama gunung ini meletus - petir dan halilintar terus menyambar (as you can see at the image from the US Geological Survey). Bahkan sebuah pesawat 747 jurusan Sydney - London hampir mengalami kecelakaan ketika melewati awan panas diatas ketinggian 11000 meter diselatan Jawa Barat.

Syaa mencoba berbicara dengan seorang ibu tua penjual minuman, sambil menyeruput kopi saya coba mencari tahu sejarahnya. Menurut si ibu, ia dan keluarganya harus mengungsi selama 1,5 tahun akibat letusan dan selama 1 minggu langit gelap gulita karena asap dan debu gunung yang pekat. Bisa dibayangkan kepanikan yang terjadi....tetapi karena kemajuan tehnologi, maka kematian akibat letusan gunung bisa dikurangi.

Sebenarnya kita bisa menuruni tangga dan bisa mencapai bibir kawah yang menyerupai danau berwarna hijau tosca, tapi kaki saya tidak kuat lagi untuk diajak jalan-jalan. Dikejauhan sebuah air terjun yang tertutup awan muncul, lambat laun mulailah tampak keseluruhan air terjun. OMG....mungkin ini air terjun tertinggi di Indonesia dan bahkan di dunia.

Perkiraan saya ada lebih dari 15 tingkat dengan ketinggian sekitar 2-3 km, menakjubkan bagaikan dinegri Lord of The Ring. Tapi sayang rute yang sulit sehingga membuat air terjun ini tidak bisa dijamah. Biarlah agar awet dan hanya dinikmati bak lukisan alam abadi....

Kini saatnya pulang dan menuruni anak tangga...kali ini sangat mudah sekali. Cipanas menjadi rute selanjutnya, hampir setiap gunung selalu menyimpan air panas dan konon apabila ingin meletus biasanya airnya akan sangat panas sekali yang menandakan peningkatan lava atau beberapa hewan gunung lari kedesa-desa karena biasanya hewan sangat peka akan gempa. Getaran gempa yang kecil dan tidak dirasakan oleh manusia bisa dirasakan oleh hewan. Sudah terbukti misalkan disaat pra tsunami dan meletusnya gunung merapi...

Pemandian air panas gunung galunggung ini mempunyai luas 3 hektar dan cukup nyaman serta gratis karena sudah masuk tiket kawasan wisata galunggung. Saya mengambil kolam dibagian belakang yang masih alami dibandingkan dengan kolam buatan yang dialiri air panas. Dikolam alami yang tidak terlalu luas dan dialiri oleh sungai kecil berair deras....saya merendamkan diri. Ternyata cukup unik, air sungainya berair dingin khas pegunungan tetapi ada beberapa pancuran yang berair panas. Rasa penat hilang ketika merasakan hangatnya air sungai ini....nikmat rasanya.

Hampir 1 jam saya berada dilokasi dan saatnya turun gunung, bapak tua menjajakan gula aren buatannya dan saya beli 2 bungkus besar hanya seharga Rp 16.000 saja. Padahal dijakarta, gula aren cukup mahal...dan ada yg aneh yaitu buah pisang yang super gede. Konon pisang ini baik untuk obat dan dimasak dengan direbus. tapi gimana bawanya, karena saya naik motor. Akhirnya saya urungkan niat untuk membeli pisang tersebut.

Perjalanan kembali ke kota Tasik yang cukup panas siang itu dan menghabiskan waktu di asia plaza untuk lunch dengan rizky dan sementara ella jaga warung. Well, it's a nice journey dan dengan biaya yang terjangkau.You should try to be here dan beli oleh2 batik tasik....

Sunday, February 14, 2010

Morning Dew




Crystalline droplets of summer's morning dew,
Bring gentle moisture, the dry earth to renew.

Adding richness to nature's colorful array,
It deepens the values of hues on display.

Dampening the ground and all of its features,
It slakes the thirst of God's smallest creatures.

The dew bathed everything, wherever it fell,
Freshening the air with its clean, crisp smell.

But soon the sun's heat will burn it away,
And scorch the earth for another day.

Then comes the morn when the temperature drops,
The dew will return to freshen the crops.

But when morning dew is upon the ground,
Its wispy white beauty leaves one spellbound.
It Gives the landscape a new beauty so fair.

Friday, January 29, 2010

When nature smiles - Curug Cimahi




Perjalanan ditempuh selama 1 jam dari arah Dago menuju ke lokasi disekitar Lembang. Dari terminal Ledeng, cukup ditempuh sekitar 30 menit saja dan melewati para penjual tanaman hias. Mungkin kalau Anda sering makan di Sapu Lidi or Kampung Daun maka lokasinya tidak jauh dari resto tersebut.

Dan tiket masuknya hanya Rp 3000 saja, perjalanan menuju ke lokasi air terjun ini kita harus menuruni tangga yang curam dan saya sarankan dalam kondisi tubuh yang fit dan memakai sepatu kets untuk menghindari jalan setapak yg licin dan berbatu.

Air terjun setinggi 85 m ini cukup menakjubkan dan apalagi dimusim hujan yg mana debit airnya cukup tinggi.Aroma hutan dan bunyi serangga menjadi hiburan tersendiri buat saya ketika rasa lelah dan stress memuncak dikala dateline. Disinilah saya bisa bersatu dengan alam, melepas semua yg ada diotak.

Tadinya saya ingin berenang dibawah air terjun ini tetapi dinginnya air terjun membuat saya mengurungkan niat untuk berenang ditengah kesejukan alam. Selepas mengabadikan beberapa buah foto, saya kemudian mengambil sisi selatan air terjun dimana terdapat sebuah sungai yg berair cukup dingin.

sambil melipat bagian bawah celana panjang, kedua kaki saya celupkan kedalam aliran sungai tersebut...nikmatnya tiada tara. Sejenak saya mengeluarkan sebuah buku yang belum sempat saya lahap semuanya "Soe Hok Gie...sekali lagi".

Sekitar 30 menit saya relaksasi sambil menikmati dinginya air sungai dan sinar matahari yang menghangatkan tubuh saya. Sebuah pancuran air menggoda saya untuk membasuh muka agar terasa segar. Tidak usah saya membeli face sprayer Evian atau produk Gaya Spa yang sering saya gunakan ketika muka sudah terasa lengket dan penat. Air jernih made in Nature ini terasa sangat menyejukkan.

Kini tiba saatnya saya kembali dan membutuhkan pengorbanan yg cukup layak, tangga berundak harus saya tempuh dengan 5 kali pemberhentian. Tapi sangat baik untuk membajar lemak diperut saya. Beberapa wanita muda terlihat sangat lelah dan bahkan sampai ada yg harus ditandu karena pingsan tidak kuat menanjak tangga menuju ke lokasi pintu keluar.

tapi saya cukup puas menikmati indahnya alam dan berharap agar hutan diatas gunung tetap terjaga agar debit air terjun ini bisa dinikmati hingga 100 tahun kedepan. Ketika saya ingin menuju ke Situ Lembang, ternyata lokasi tersebut ditutup untuk latihan Army.

Padahal lokasi wisata tersebut adalah milik rakyat yang seharusnya bisa dinikmati dan bukan milik sebagian orang. Saya protes keras karena perjalanan kedua saya menuju ke situ lembang terhambat karena perijinan untuk memasuki area tersebut tidak bisa didapat. Apa pasal pihak Angkatan Darat menutup area wisata tersebut.....it's not fair!!