Friday, September 24, 2010

Cantiknya Pulau Biawak di Indramayu, Jawa Barat




Siapa yg tidak kenal dengan Indramayu, negri penghasil mangga yang terkenal dan konon gadisnya yg cantik-cantik. Dibalik paradox kehidupan yang serba menghanyutkan, kemiskinan yang masih banyak terdapat dipantai utara pulau Jawa ini, Tuhan masih menyisakan sebuah surga kecil yang tiada tara.

Tidak banyak orang yang tahu bahwa Indramayu mempunyai sebuah surga kecil berupa sebuah pulau yang menyimpan biawak yg konon sudah satu abad menetap dipulau ini. Mereka tinggal diantara rerimbunan pohon bakau sementara dilepas pantai, minyak mentah tersimpan diperut bumi Indramayu.

Tidak banyak yang tahu, termasuk saya ketika menyadari bahwa pulau ini menyimpan sejarah yang panjang ketika Belanda mulai membangun mercusuar diabad ke 18 untuk mengatur lalu lintas air yang cukup ramai ketika akan memasuki kota Cirebon.

Biawak dipulau ini ada yg jinak dan ada yg masih liar, tetapi kita masih bisa melihat dari dekat ketika mereka mencium bau amis ikan yang disediakan oleh penjaga pulau. Perjalanan 3-4 jam dari kota Indramayu akan terbayarkan dengan pasir putihnya dan deburan ombak yang seakan selalu menyapa kedatangan kita dipulau ini.

Pemda masih disibukkan dengan segala hal yg ada didaratan Indramayu, transportasi kepulau ini masih cukup mahal dengan perahu boat sebesar Rp 750,000 untuk 10 seats. Padahal potensi wisatanya cukup mengejutkan dan membanggakan bagi masyarakat kota mangga ini.

Seperti biasa, pariwisata dinegri antah berantah yg terindah dimuka bumi ini selalu dipusingkan oleh budget promosi yang rendah, pengembangan SDM yang kurang dan manajemen pengelolaan wisata yang amburadul.Seandainya pemimpin negri ini lebih tegas dan berwawasan kedepan, pariwisata akan menjadi ujung tombak di negri sejuta pelangi ini...

When love is...

When love is so naif, I would rather to say it ...yes it is
coz it makes you blind

When love hurts you, I would rather to say.....it's a risk
coz you choose it

When love makes you happy, I would rather to say.....you deserve it
coz you never know it

When love ends up, I would rather to say.....forget it
coz there would be plenty of time to cheer you

When love is only a wish, I would rather to say....make it real
coz we should make it visible

At the end, you will learn a lot from a Love

Wednesday, September 22, 2010

NASIB TUGU MONAS YANG KIAN MERANA




Sudah hampir lebih dari 5 tahun tidak pernah memasuki kawasan tugu monas yang cukup luas dan menjadi salahsatu paru-paru ibukota saat ini, hari minggu lalu saya menyempatkan diri dengan seorang sahabat menyambangi kawasan ini. Semenjak pintu masuk hanya dari satu arah saja yaitu dari pintu selatan membuat saya agak malas karena aksesnya lebih rumit dan tentu saja dengan parkiran yg agak jauh. Siang itu udara cukup bersahabat setelah Jakarta beberapa hari selalu diguyur hujan deras dan pengunjung cukup ramai karena kebetulan hari terakhir anak sekolah libur lebaran 2010.

Puluhan keluarga sedang asyik menggelar tikar sambil duduk-duduk atau tiduran dibawah pepohonan yang rindang, sangat mengasikan ketika menyaksikan Jakarta masih menyisakan lahan hijau yang bisa dipakai untuk berwisata murah meriah bersama keluarga. Kemudian perjalanan dilanjutkan kearah patung Diponegoro yang merupakan sumbangan dari Konjen Italia di Indonesia waktu itu, Dr. Mario Bross.

Untuk memasuki pelataran dalam tugu Monas, kita harus melewati semacam tunnel atau terowongan bawah tanah, tapi sayang tangga turunnya dipenuhi dengan pedagang asongan yang menjual souvenir, minuman, kaos, dll seenaknya saja dan belum lagi para pengunjung yang tidak tertib sehingga memenuhi tangga turun tersebut. Tembok marmernya juga terlihat kusam dengan coretan disana sini. Tiket masuknya cukup murah hanya Rp 3000/orang saja dan sayang kami tidak bisa naik kelantai atas monas karena tiketnya sudah habis dan tutup sampai jam 2 siang saja. Tiket masuk keatas monas yaitu sebesar Rp 6000/orang.

Begitu memasuki pelataran yang berbentuk cawan, puluhan pengunjung sedang antri untuk bisa naik ke atap tugu monas. Kasihan sekali karena tidak disediakan pagar antrian yang nyaman dan bisa dibayangkan apabila terkena hujan dan panas matahari yang menyengat...huftt. Akhirnya kami menuju kedalam museum yang terletak dibawah cawan monas, hawa dingin yang dihasilkan oleh AC membuat tubuh menjadi lebih segar setelah diterpa panas matahari yang menyengat siang itu. Ruangan museum yang sangat luas tersebut terlihat kosong dan banyak pengunjung yang tiduran dilantai marmernya, bahkan ada yang menggelar tikar didalam ruangan museum tersebut. Sungguh sangat tidak pantas dilihatnya dan saya baru sadar bila tempat tersebut memang nyaman untuk dijadikan tempat rehat.

Beberapa pengunjung terutama anak-anak dan orangtuanya sedang asyik mengamati diorama yang menceritakan tentang sejarah perjuangan bangsa Indonesia mulai dari jaman majapahit hingga kemerdekaan. Tapi sayang beberapa lampu yang seharusnya menjadi penerang tulisan diorama tersebut padam, sehingga menyulitkan pengunjung untuk membacanya dan saya yakin sudah berapa tahun isi diorama tersebut tidak pernah dibersihkan.

Begitu juga ketika memasuki toilet pria, tempat urinoirnya hanya 1 yang berfungsi serta kebersihannya yang tidak terjaga dengan baik dan wastafelnya hanya 1 yang bisa mengalirkan air. Begitu keluar dari toilet, saya harus membayar Rp 1000 untuk petugas kebersihannya. Satu sisi kasihan melihat mereka sebagai petugas kebersihan, tetapi saya sebagai pengunjung tidak bisa menikmati fasilitas dengan baik.

Sementara booth informasi yang menceritakan tentang foto sejarah pembangunan tugu Monas sungguh amat tidak layak, fotonya yang sudah kumal dan tulisan yang sudah robek...sungguh teramat malu ketika seorang wisatawan Jepang melihat dan terlihat mimik muka yang kecewa karena tidak bisa menikmati sejarah pembangunannya. Betapa sangat memalukan peristiwa tersebut dan beda 180 derajat ketika saya mengunjungi menara Kuala Lumpur beberapa waktu yang lalu. Pemerintah Malaysia bisa menarik ratusan ribu pengunjung setiap tahun dari Menara KL dan pengelolaannya sangat profesional sekali. Sejarah pembangunan menara KL ditampilkan dengan sangat atraktif dan informatif, sehingga pengunjung merasa puas walau harus merogoh kocek masuk yang cukup mahal RM 30/orang.

Dan booth pemda DKI juga tidak memberikan informasi yang menarik, bahkan saya pikir hanya jargon belaka dengan menampilkan stasiun monorel yang Insya Allah kalau jadi ditahun 2016 nanti...means masih harus menunggu for the next 6 years..huftt. Perjalanan dilanjutkan kecawan atas monas, beberapa lantai marmernya terkelupas dan harus diganti, bahkan coretan pengunjung yang iseng isa dijumpai didinding marmer monas. Yang paling parah tidak ditemukan tempat sampah sehingga pengunjung seenaknya saja membuang popok bayi...arghh joroknya!!!

Menyedihkan ketika melihat situasi kawasan tugu Monas yang tidak terawat dengan baik dan bahkan marmer bagian atas Monas harus dicuci agar terlihat kinclong. Guratan hitam didinding marmer atap monas bisa terlihat dengan jelas.

Memalukan ketika melihat kawasan Monas yang sangat strategis dan berada di ring satu pusat pemerintahan Republik Indonesia. Bagian utara ditempatik oleh Istana Negara dan kawasan yang steril karena Bapak SBY berkantor di Bina Graha dan pasti melewati Monas dengan iringan mobil patwalnya yang melaju dengan kencang serta mobil mewah yang sangat nyaman. Bapak SBY tidak bisa melihat bagian dalam Monas dan masuk kawasan Monas hanya untuk seremonial tertentu saja. Sekali-sekali Pak SBY mengadakan sidak disaat sedang berada di Bina Graha, paling hanya 10 menit saja dari Istana koq untuk melihat langsung keadaan tugu Monas.

Kawasan Barat monas terdapat gedung Menparpostel, Pak Menteri Pariwisata Jero Wacik juga sibuk dengan mempromosikan pariwisata Indonesia keluar negeri. Jadi lupa kalau tugu Monas yang dibangun pada tanggal 17 Agustus 1961 oleh Presiden Sukarno dan dibuka untuk umum oleh Pak Ali Sadikin (mantan Gubernur DKI yang paling hebat dan disegani) pada tanggal 12 Juni 1975, umurnya akan 50 tahun pada tahun 2011 nanti dan 35 tahun dibulan Juni 2010 lalu, merupakan menara tertua yang dibangun di Asia Tenggara dan icon kota Jakarta.

Kawasan Selatan monas tentu saja dihuni oleh yang punya Jakarta katanye, Bang Foke alias Bapak Fauzi Bowo – Gubernur DKI Jakarte. Dinding Istana Bang Foke juga sangat kinclong bahkan lebih kinclong dari tugu Monas yang dindingnya sudah kusam. Ibaratnya halaman depan Bang Foke yang punye Jakarte aje kagak dibenahin, karena konon pengelolaan kawasan Monas masih tumpang tindih. Sampah dihalaman monas bertebaran dimana-mana dan bahkan kandang rusapun tampak kotor. Aduh bang Foke, kemane aje Bang??? Mampir napa ke Monas, idupin tuh air mancur joget yang katanye ngabisin duit milyaran rupiah buat renovasinye.

Padahal biaya sewa untuk sebuah event yang dilakukan dikawasan Monas juga cukup mahal dan kalau dikumpulkan mungkin bisa untuk ngebersihkan dindingnya saja. Tentu biaya ngebersihin nggak sampai milyaran rupiah kan? Beberapa masukan yang mungkin bisa diterapkan untuk kawasan Monas,
• Beberapa pintu masuk dibuka agar memudahkan pengunjung memasuki kawasan ini tetapi dengan syarat untuk parkir mobil atau motor tetap disatu titik saja.
• Kawasan Souvenir, dimana para penjual dan pembeli bisa dengan nyaman membeli souvenir dan tentu saja dengan kualitas yang baik. Saat ini saya hanya melihat souvenir tugu monas dari bahan bambu yang kualitasnya tidak baik. Toko souvenirpun hanya satu dibagian bawah. Berikan tempat yang nyaman dengan biaya sewa yang rendah agar para penjual tidak memberikan harga yang mahal. Menara KL bisa menjual souvenir yang sangat baik dan tentu pembeli juga senang.
• Tempat untuk mengantri yang layak serta lift yang terus dijaga agar tidak terjadi lagi kejadian lift yang mati mendadak.
• Tempat sampah yang banyak dengan para pekerja kebersihan yang cukup banyak.
• Ruang toilet yang dijaga kebersihannya dan tidak dikenakan biaya sedikitpun bagi pengunjung. Toilet umum juga diperbanyak.
• Pepohonan ditambah lagi agar lebih rindang dan tentu saja disekeliling Monas ditanami tanaman bunga tropis yang cantik..nggak usah yang mahal karena susah merawatnya. Tanami saja dengan tanaman hias
• Ruang museum yang interaktif dan bahkan ditambahkan koleksi benda-benda sejarah lainnya, saya membayangkan sebuah fosil dinosaurus ditempatkan diruang museum yang luas tersebut pasti akan sangat mengasikan buat para pengunjung. Para pengunjung dilarang untuk tiduran, menggelar tikar didalam museum tersebut.
• Papan petunjuk arah dalam museum yang dibuat dengan baik bukan hanya dari secarik kertas yang diprint.
• Tempat antar jemput shuttle bus yang diberi kanopi agar para pengunjung tidak kepanasan serta kehujanan disaat menunggu shuttle bus dari lokasi tersebut.
• Air mancur yang dihidupkan terus dan kalau bisa dengan tehnologi cahaya matahari.
• Lubang biopori diperbanyak serta gorong-gorong disekitar taman Monas harus bersih dari sampah.
• Gaji yang layak bagi para pekerja yang berada dikawasan Monas mulai dari petugas kebersihan hingga petugas jaga dimuseum.

Ingin rasanya membentuk group “I Love Monas” dan kita bersama-sama membersihkan kawasan Monas dari corat-coret didindingnya serta sampah yang berserakan. Sudah seharusnya kita bisa menjaga dan merawat Monas sebagai bagian dari sejarah bangsa ini. Tahun 2011, Monas akan berusia 50 tahun.....apakah kita masih bangga dengan Monas setelah melihat keadaan yang sesungguhnya??

Sunday, September 5, 2010

Bali Theater




Terletak di Bali Safari and Marine Park, Gianyar dan baru saja soft opening. Gedung opera ini mempunyai podium yang sangat besar dengan tata cahaya dan suara yang paling modern. Opera Bali Agung adalah pementasan awal dari Bali Theater yang disutradarai oleh Peter Wilson - pembuat acara opening ceremony Olimpiade Sydney 2000 lalu kini mengepalai pembuatan opera tersebut.

Tiket masuknya saja paling murah berharga USD 34/orang dan khusus untuk tiket VIP mencapai USD 100 yang sudah termasuk makan malam diresto Safari Park. Dipementasan kali ini membutuhkan 150 pemain, 40 pewayang dan 30 hewan...salahsatu pertunjukan opera termodern di Indonesia. Dan patut disaksikan ketika berada di Bali.

www.balitheater.com