Thursday, December 8, 2011

Tips Wisata di kota Ho Chi Minh, Vietnam

  • Setiap negara mempunyai keunikan tersendiri dan bahkan membuatnya menarik untuk dinikmati sebagai petualangan wisata yang mengasikan  dengan pengalaman wisata, kuliner bahkan hingga berbelanja. Berikut ini beberapa tips yang mungkin berguna bagi teman-teman yang ingin berwisata ke kota Ho Chi Minh, Vietnam.



  • Penerbangan ke kota Ho Chi Minh atau Saigon di Vietnam daoat ditempuh dengan pesawat AirAsia atau Lion Air. Dan perjalanan ditempuh selama 3 (tiga) jam penerbangan ke kota Saigon dari bandara Soekarno Hatta, Jakarta.
  • Tidak dibutuhkan form kedatangan (arrival) diimigrasi Vietnam, jadi jangan heran ketika pesawat akan mendarat, para pramugari tidak akan memberikan form arrival bagi wisatawan asing yang berkunjung ke Vietnam dan tentu saja bebas visa buat paspor Indonesia. 
  • Bandara International Tan Son Nhat di kota HCMC sama seperti terminal 3 Soeta dan cukup modern dan bersih. Taxi kekota bisa dibeli di counter taxi yang berada di dalam bandara, ada dua yang terkenal yaitu Vinasun atau Mailinh Taxi. Harga dari bandara ke kota berkisar 150.000 DNV atau Dong Vietnam.
  • Bawalah uang US Dollar untuk memudahkan transaksi pembayaran atau penukaran ke mata uang Vietnam yaitu Dong. Harga 1 USD = 21,000 DNV, jadi 100 USD = 2,100,000 DNV yang bisa Anda dapatkan di money changer dalam bandara.
  • Pengemudi taxi di kota HCMC tidak bisa berbahasa Inggris sehingga Anda bisa mengambil peta yang berada didalam bandara, dan tunjukkan di hotel mana Anda tinggal. Taxi Vinasun dan Mailinh selalu menggunakan argometer yang dimulai dari harga 10,000 - 10,500 DNV dan yang tertera di argo hanya 2-3 digit angka, yaitu 10 - 10,5 dan cukup kalikan dengan 1000 dong.
  • Mobil di Vietnam memakai stir kiri bukan stir kanan seperti di Indonesia, sehingga semuanya terasa seperti di Perancis atau di Amerika Serikat.
  • Jalanan di kota HCMC sebenarnya cukup rapi dan bersih, tetapi pengendara motornya sangat kurang ajar. Para pengendara motor dikota ini, masih belum menghargai para pejalan kaki sehingga mereka sering mengebut dijalanan. Berhati-hatilah ketika menyebrang jalanan. Ada ratusan ribu dan mungkin jutaan motor di kota ini dan prilaku naik motornya masih sangat kurang.
  • Lampu merah di kota ini banyak yang tidak berfungsi, sehingga betrhati-hatilah ketika menyebrang jalan. Pastikan bahwa kendaraan sudah berhenti dan apabila lampu merahnya mati, maka pastikan Anda menyebrang dengan super hati-hati.
  • Berhati-hatilah dengan copet dikota ini, mereka bisa beroperasi didalam pasar dan bahkan bisa menarik tas Anda ketika berjalan. Hampir sama dengan di Jakarta, jadi tidak usah khawatir selama Anda tidak menggunakan perhiasan yang mencolok serta waspada terhadap tas Anda.
  • Taman-taman yang indah dan rindang, harus Anda nikmati ketika berkunjung ke kota ini. Dan bahkan ada satu taman yang dipenuhi dengan patung-patung, mirip dengan taman kota Menteng. Pada malam hari, beberapa taman kota sangat gelap dan rawan kejahatan.
  • Hotel, sangat disarankan Anda menginap di area yang dekat tempat wisata dan wisata belanja seperti dikawasan Ben Tanh Market. Ada puluhan hotel yang bagus, bersih dan murah. Cek di www.agoda.com atau www.booking.com untuk melihat tarif hotel dan lokasi hotel.
  • Kuliner, ada banyak pilihan kuliner tetapi semuanya non halal dan tidak disarankan bagi umat muslim. Pho atau mie beras ala Vietnam adalah yang harus dinikmati karena rasanya yang lezat dan mintalah kepada pelayan untuk tidak memakai daging babi dan ganti dengan daging sapi apabila makan di hotel. Tetapi makan Pho di pinggir jalan sangat tidak disarankan bagi umat muslim, karena pasti mengandung babi. Di depan hotel Hoang Hai Long dekat pasar Ben Tanh Market, ada warung makan muslim tetapi hanya buka dimalam hari saja. Siang hari, bagi yang muslim bisa makan junk food seperti KFC atau Pizza Hut yang bisa ditemui dibeberapa tempat.
  • City Tour, pilihan hotel akan menjadi salahsatu pilihan apakah anda ingin jalan-jalan sendiri tanpa ikut tour atau mengambil paket tour di hotel. Pilihan paket tour dihotel senilai 325,000 DNV/orang dan tidak termasuk tiket masuk dan makan/minum. Sementara kalau Anda tinggal di sekitar Ben Tanh Market, maka Anda bisa menikmati wisata kota yang berdekatan dan tidak terlau jauh. Cukup berbekal peta gratis, nikmati jalan-jalan wisata pagi dikota HCMC.
  • Udara di kota Saigon sama dengan di Jakarta dan bahkan tidak ada perbedaan waktu antara Jakarta dan Saigon. Bawalah sunblock, topi dan kacamata hitam dan memakai baju berbahan katun karena cuaca sangat panas disiang hari, serta air mineral yang bisa dibeli dimini market.
  • Museum di kota HCMC tutup pada hari senin dan serta pas jam makan siang antara 12.00 - 13.00. Dan baru bisa dibuka lagi setelah jam makan siang. Tiket museum relatif murah sekitar 15,000 DNV untuk Museum perang dan 30,000 DNV untuk istana reunifikasi. Masuk ke istana, Anda tidak perlu memakai baju yang formal, celana pendek dan kaos T Shirt pun diperbolehkan masuk kedalam istana ini.
  • Water Puppet Show alias wayang air khas Vietnam, tiket pertunjukkan senilai 120,000 DNV/orang apabila Anda membelinya langsung di tempatb pertunjukkan. Tetapi Anda bisa membelinya dikantor pos pusat samping gereja Notre Dame senilai 150,000 DNV/orang. Apabila Anda tinggal di Ben Tanh Market, tidak perlu naik taxi ke water puppet show, cukup jalan kaki saja yang ditempuh selama 15 menit. Karena kalau naik taxi, akan diputar oleh supir taxi biar terlihat jauh dan argonya senilai 35,000 DNV.
  • Wisata Belanja, pasar Ben Tanh adalah gudang belanja pernak pernik khas Vietnam. Tapi jangan kaget apabila banyak barang-barang seperti dari Cina mulai baju, tas, sendal hingga kain-kain. Karena jarak Vietnam dan Cina tidak jauh, sehingga barang-barang impor Cina merajai dipasar ini. Tetapi untuk barang-barang kerajinan khas bisa ditemukan disini, berikut ini tips kecil belanja dipasar ini,
  1. Pasar ini hanya buka dari pukul 06.30 - 18.00 waktu Vietnam. Bagian belakang pasar khusus untuk sayuran, daging dan bahkan warung kecil.
  2. Mata uang yang digunakan yaitu Dong Vietnam dan US Dollar. Lebih baik pakai mata uang Dong karena lebih mudah dibanding dengan harga USD.
  3. Banyak pedagang tidak bisa bahasa Inggris, tetapi mereka ada yang bisa bahasa Melayu atau bahkan bahasa Perancis, maklum dulu mereka jajahan Perancis.
  4. Bawalah kalkulator kecil, hampir semua pedagang disini menggunakan kalkulator untuk alat transaksi dan tawar menawar.
  5. Jangan takut untuk menawar hingga 50%nya dari harga penawaran. Apabila pedagang tidak menanggapi tawaran Anda, tinggalkan dan berharap ia memanggil Anda kembali. BIla tidak, tinggalkan saja, karena masih banyak pedagang serupa dipasar ini.
  6. Para pedagang dipasar ini suka menarik tangan para pembeli, dan bersikaplah sopan ketika mereka menarik tangan Anda agar tertarik untuk membeli. 
  7. Yang harus dibeli disini yaitu kaos khas Vietnam seharga 60,000 DNV untuk kualitas yang biasa, kaos yang bagus seharga 200,000 DNV. Kopi Vietnam dengan alat saringnya seharga 70,000 DNV perpaket serta gelang giok/kalung giok seharga 200,000 DNV setelah ditawar. Giok dipasar ini harganya sangat murah dibanding di Jakarta dan kualitasnya bagus dan bahkan ada yg berlapis emas murni dengan harga jual USD.
  8. pernak pernik khas Vietnam mulai dari boneka Vietnam girl seharga 100,000 DNV, gantungan kunci seharga 30,000 DNV serta kotak perhiasan, hiasan dinding, kipas, dll.
  9. ada toko yang memakai tulisan FIXED PRICE alias tidak bisa ditawar, tetapi masih banyak yang tanpa NON FIXED PRICE alias tawar sampe dapat yang termurah.
  10. Jajanan khas Vietnam, makanannya hampir sama dengan buatan Cina. Tapi bila Anda suka kacang-kacangan, dll bisa Anda dapatkan dengan harga pas dan tidak bisa ditawar.
  11. Pasar malam Ben Tanh bisa dinikmati dari pukul 19.00 - 23.00 dan hati-hati karena harga ditawarkan jauh lebih mahal dibanding pasar yang buka pagi sampai sore hari. Misalkan kaos seharusnya seharga 60,000 DNV, disini dijual seharga 300,000 DNV. Beranilah menawar dipasar ini, apabila tidak diberi, tinggalkan dan belilah dipasar paginya.
  12. Makan malam dipasar malam ini, lumayan murah dan pukul 23.00 mereka sudah bebenah untuk menutup warung.
  • Wisata Sungai Mekong, bisa mengambil tour ini dihotel tempat Anda menginap. Tetapi harganya cukup mahal sekitar 110 USD untuk 1 orang, apabila 2 orang atau lebih harganya bisa lebih murah lagi, mulai dari 59 - 30 USD untuk 2 - 8 orang. Dan tour ini bisa seharian penuh.
  • Wisata Chu Chi Tunnels, bisa mengambil tour ini dihotel seharga 260,000 DNV/orang dan berangkat pukul 08.00 dan kembali pukul 14.30. Disini bisa menyaksikan lorong bawah tanah semasa perang Vietnam.
  • Masjid dan Gereja, walau negeri komunis tetapi kini mereka lebih modern, umat muslim dan katolik bisa beribadah dengan tenang dikota ini. Masjid hanya ada dibeberapa tempat dikota ini sehingga agak menyulitkan bagi umat muslim, terutama petunjuk sholat didalam kamar. tetapi biasanya hotel bintang 4-5, sudah menaruh petunjuk kiblat didalam kamar hotel. Konon pemeluk Katolik di Vietnam, nomor 2 di Asia Tenggara setelah Filipina dengan komunitas Katolik Roma, tetapu saya tidak terlalu yakin karena pemeluk Katolik di Indonesia masih lebih besar dibanding negeri komunis ini.
  • Barang-barang mewah bisa ditemukan di kota HCMC dan tentunya didalam butik yang ekslusif. Harganya pun membuat kepala pusing karena banyak nolnya, misalkan untuk sepasang sepatu Bally saja seharga 21,000,000 DNV atau Rp 10,000,000/pasang, tentu lebih mahal dibanding di Jakarta. Bahkan semua barang didalam mal, harganya menakjubkan, untuk sebuah kaos Polo saja dihargai 600,000 - 1,000,000 DNV perkaos. Wow!!
  • Warung kopi ala Vietnam disore hari, dekat pasar Ben Than ada sebuah warung kopi dengan berbagai varian kopi yang diolah langsung dari biji kopi dengan berbagai pilihan. Harganya mulai dari 25,000 - 80,000 DNV pergelas. Rasanya pun sangat nikmat bagi para pecinta kopi, terutama sambil duduk dibangku kecil depan warungnya dan menikmati kota ini disore hari. Warung kopi ini buka dari jam 06.00 - 23.00 setiap hari.
  • Makanan tradisional, bisa Anda nikmati dipasar malam mulai dari roti sandwich ala Vietnam, cumi goreng, ketan rebus, kacang rebus, jagung rebus hingga buah-buah segar yang sudah dipotong. Harganya pun murah, dan hati-hati jangan sampai ditipu, biasakan tanya harga sebelum membeli. 
  • Bus kota, depan pasar Ben Tanh ada banyak pilihan sesuai tujuan Anda, bahkan ada yang bisa membawa Anda sampai ke kota Da Lat, Na Thrang hingga Pnom Penh atau Siem Reap di Kamboja.
  • Makan di bandara Tan Son Nhat, sangat mahal. Misalkan burger king bisa seharga 150,000 - 200,000 DNV. Dan bahkan makan di restoran ala singapura dipatok dengan harga USD.
  • Tempat wisata selanjutnya bisa ke kota Da Lat, Na Thrang, Danang, Halong Bay dan Hanoi...

Selamat berwisata....dan siap2 tas Anda full oleh-oleh...

Wednesday, December 7, 2011

Minggu Pagi di Saigon - Part 2

Ho Chi Minh, 27 November 2011 - hari yang cerah dikota Saigon padahal sebelumnya diguyur hujan. Agenda pertama yaitu makan pagi dihotel, yang harus saya cicipi adalah Pho alias mie dari beras ala Vietnam yang menyegarkan. Tentu saja saya pilih yang tanpa daging babi, dan rasanya sangat menyegarkan...mie beras + daging sapi + kuah yang menyegarkan + daun ketumbar...patut diacungi jempol...juara deh. 

Pukul 09.30 pagi, perjalanan dimulai dengan menyusuri pasar Ben Than, pasar yang dibangun tahun 1912 ini oleh penjajah Perancis mengingatkan saya akan pasar Beringharjo di Yogya atau pasar Klewer di Solo. Desain pasarnya pun mirip buatan arsitek Belanda terkenal yaitu Thomas Karsten, salahsatu arsitek favorit saya. Beliau membuat pasar yang sesuai dengan keadaan di Jawa dan beriklim tropis. Sama seperti pasar Ben Than, walau hanya 1 lantai tetapi memiliki atap yang cukup tinggi sehingga membuat sirkulasi udara cukup baik. Berada didalam pasr Ben Than, saya seperti di Yogyakarta, para pedagang saling berhimpitan di losnya dan terkadang mereka menarik tangan kita untuk menjajakan daganganya. Pagi ini dilalui tanpa berbelanja mengingat kami harus city tour.

City Tour yang ditawarkan dihotel seharga 325.000 DNV atau setara Rp 162,500/orang dan tidak termasuk uang masuk serta minum selama perjalanan, jadi cukup mahal bagi kami. Setelah melihat peta jalan di Saigon yang kami dapatkan di bandara, alhasil kami menyusuri jalanan di Saigon pagi hari.

Dari pasar Ben Than kami hanya perlu jalan lurus menuju ke gedung Committe Hall alias Balai Kota, sepanjang jalan kota Saigon dipenuhi pohon mahoni yang sudah berusia puluhan tahun dan sangat rindang. Senang rasanya melihat sebuah kota yang penuh dengan pohon-pohon besar menjulang tinggi dan memberikan keteduhan bagi pejalan kakinya. Saya iri dengan kota saigon, mengingatkan saya dengan kota Bandung sebelum ada jalan layang Pasteur. Jalan layang pasteur dulunya dipenuhi pohon-pohon besar yang rimbun. Kini hanyalah panas yang menerpa disiang hari...Pedestrian di Saigon pun bisa dinikmati oleh penyandang cacat, khususnya tuna netra. Ada semacam line khusus bagi tuna netra. Dan ternyata ada jalan Pasteur dikota Saigon, wah serasa dikota Bandung tempo dulu rasanya...

Kami berempat tiba dihotel de ville de Saigon yang kini beralih fungsu menjadi Balai Kota Saigon, bangunan antik khas Perancis ini sangat lah cantik. Taman luas didepannya menjadi tempat berfoto bagi para wisatawan dan tentunya sebuah patung Paman Ho Chi Minh yang disakralkan. Hingga kini masih ada karangan bunga dibawah patung beliau. Taman dikota Saigon sangatlah terawat dengan beberapa tanaman bonsai yang cantik....argh seandainya Jakarta memiliki taman seperti ini. Dan yang tidak kalah terasa adalah nuansa kapitalis dinegri komunis ini. Patung Paman Ho Chi Minh dikelilingi bangunan modern serta butik mewah kelas dunia mulai dari Bally hingga Louis Vuitton yang tentu saja tidak sejalan dengan ajaran komunisme dimasanya...tapi kata alm. Deng Xioping di China...tidaklah salah untuk menjadi kaya. Dan kini raksasa komunis seperti Cina dan Russia sudah dilanda kapitalisme dan konsumerisme oleh warganya. Semangat boleh komunis tetapi kebutuhan tetap lah tinggi akan barang2 mewah....

Perjalanan diteruskan menuju kesebuah taman yang dikelilingi oleh wanita-wanita cantik, ah ternyata pagi itu sedang ada kandidat miss vietnam 2011 sedang temu warga ditaman pada hari minggu. Saya pun buru-buru ingin berfoto dengan wanita vietnam yang cantik. Akhirnya saya tahu, mengapa amerika suka vietnam, wanita vietnam cantik-cantik, berkulit putih bersih khas asia serta berbadan ramping. Sampai teman wanita saya bergumam, kenapa tidak ada wanita gemuk ya dikota ini. Rata-rata wanita vietnam berbadan ramping sesuai baju khas vietnam seperti cheongsam...dan tentu tidaklah dilupakan senyuman wanita vietnam...membuat hati pria dag dig dug...

Gedung Opera, salahsatu gedung tua diujung taman untuk konser musik atau drama yang dibangun oleh penjajah Perancis, tepat disampingnya berdiri Hotel Intercontinenal Saigon...sebuah hotel tua tempat tetirah para kompeni Perancis yang sangat megandrungi seni bernilai tinggi dan segala sesuatunya yang mewah. Bangunan hotelnya pun gabungan antara art deco serta renaisance. Disepanjang jalan banyak terdapat galeri seni, dan lukisannya bagus dan tentu dengan harga yang mahal sampe dipatok dengan USD - untuk harga turis. Sehingga saya sendiri tidak berani menawarnya, takut ngggak cukup uangnya...hehehe.

Cathedral Notre Dame adalah tujuan kami, gereja ini dibangun pada 1887 oleh pemerintah kolonial Perancis dan memakai batu bata merah, Sekilas sangat mirip dengan katedral notre dame di Paris dan katedral di Jakarta. Cukup luas tetapi berada dipersimpangan jalan dikota Saigon. Pukul 11.00 pagi, umat Katolik baru saja selesai beribadah dan beberapa anak muda sedang asyik sketching dipelataran gereja. Nuansa yang sanget menyenangkan dan terasa begitu rileks dikota ini. Beberapa pasang pengantin sedang melakukan pose pre wedding didepan atau disamping gereja yang sangat artistik ini. Teman saya segera menuju kedalam gereja untuk berdoa dan saya mengabadikan gereja ini dari beberapa angle.

Tepat disebelah kanan gereja terdapat Kantor Pos Pusat Saigon, gedung tua bernuansa renaisance ini dibangun pada abad ke 19 untuk memenuhi kebutuhan warga Perancis dan Saigon berkirim surat atau melalui kawat telegraf. Lantainya yang klasik mengingatkan saya pada bangunan tua dikota Semarang. Didalam kantor pos ini, saya bisa menghubungi mama di Jakarta melalui layanan wartel. Biayanya cukup murah, hanya 6.000 DNV untuk sekali telpon ke HP mama di Jakarta. Karena saya tidak membeli sim card Vietnam seperti di Bangkok waktu itu. Maklum dibandara tidak ada informasi penjualan sim card HP untuk blackberry seperti di Bangkok cukup dengan 299 Bhat bisa berlangganan BB selama 3 hari.

Dikantor pos ini, kita bisa membeli kartu pos Vietnam,dan souvenir lainnya. Kami bahkan membeli tiket pertunjukkan Water Puppet Show alias wayang air Vietnam seharga 150,000 DNV/orang atau sekitar Rp 75,000/pax. Selepas dari kantor pos, kami menuju sebuah mall kecil berlantai 4 untuk mendinginkan badan sejenak. Maklum matahari cukup terik diminggu pagi.

Didepan mall tersebut terdapat sebuah taman yang cukup luas dengan pohon mahoni yang tinggai dan besar. Cukup bersih untuk kota Saigon dan banyak warga yang sedang beristirahat siang itu ditaman-taman kota. Reunification Palace adalah tempat kami selanjutnya, tetapi sayang karena kami tiba pukul 12.00 ternyata istana sedang tutup dan baru akan buka kembali pukul 13.00. Terpaksa kami kembali kedalam mall dan meencari food court yang berada dilantai 4 mal tersebut. Ada KFC dan Pizz Hut sehingga membuat saya merasa nyaman dan tidak khawatir makanan non halal. Harga satu paket KFC + minum = 50,000 DNV = Rp 25,000.

Jam 13.00 waktu Saigon, kami meneruskan perjalanan ke Istana reunifikasi yang berhalaman luas. Tiket masuknya seharga 30,000 DNV atau setara Rp 15,000/pax dan pengunjung tidak harus memakai busana formal seperti ketika memasuki istana di Indonesia atau negara lain. Disini turis asing dengan celana pendek atau kaos tank top pun bebas memasuki istana ini. Puluhan pengunjung lokal dan beberapa turis asing mengikuti penjelasan dari tour guide yang sangat informatif. Setiap sisi ruangan istana dijabarkan fungsi dan sejarahnya. istana dengan 4 tingkat ini berdesain art deco dan bahkan hampir mirip dengan bangunan Aldiron plaza, ex bangunan mabes TNI AU di Pancoran. Tidak secantik istana di Indonesia....Dari tingkat atas istana, kita bisa melihat kota Saigon yang dipenuhi dengan gedung-gedung tinggi dan taman kota yang hijau. Koq saya jadi teringat salahsatu bangunan dikota ya...yaitu gedung BNI 46 tempat dulu saya les LIA dan sering blusukan keruangan didalamnya yang sangat luas dan berbau tempo dulu...arghh...

Selesai berwisata ke istana, dilanjutkan perjalanan menuju ke museum perang. Ketika dijalan kami hendak membeli kelapa muda dan dikenakan harga 50,000 DNV perkelapa alias kami ditipu. Ah tak apalah, bagi2 rejeki...sama siabang pembawa kelapa muda.

Jarak dari istana ke museum tidaklah terlalu jauh, hanya sekitar 10-15 menit perjalanan saja. War Remnants Museum adalah sebuah monumen perang yang menyimpan berbagai cerita perang vietnam yang memilukan. Harga tiket masuknya hanya 15,000 DNV alias Rp 7,500/pax saja...cukup murah. Bangunan berlantai 3 ini dipenuhi turis asing.

Lantai 1 diisini mengenai propaganda perang antara vietnam utara yang komunis dan vietnam selatan yang republiken dan didukung oleh US. Lantai 2 berisikan dokumen fotografi dari 134 wartawan dari 11 negara yang terbunuh selama perang 10.000 hari di Vietnam. Kisah sedih pembunuhan dan lain sebagainya bisa ditemukan di bagian fotografer dari Jepang.

Lantai 3 berisikan mereka yang dipenjara dan ada 3 juta rakyat Vietnam yang meninggal selama perang 10.000 hari. Keganasan,kesadisan selama perang ditunjukan disini dan air mata hanyalah penyesalan akibat perang. Perang hanya membuat rakyat kecil menderita. Banyak dari pengunjung yang menitikan airmata ketika melihat kekejaman perang dari balik kamera. Dan bahkan para penderita cacat akibat bom orange amerika yang mengandung bahan kimia berbahaya juga dipamerkan disini. Miris melihat anak-anak muda tanpa tangan, buta, kaki yang mengecil, bentuk badan yang tidak normal, sangatlah menyedihkan....saya benci perang.



















2 jam hampir kami habiskan dimuseum ini, dilantai satu kita bisa membeli barang-barang hasil kerajinan para penderita cacat akibat perang. Dari museum ini kami kembali ke hotel dengan naik taxi seharga 35,000 DNV.

Tuesday, December 6, 2011

Minggu Pagi di Saigon

Jakarta, 26 November 2011, waktu yang ditunggu telah tiba. Penerbangan ke Ho Chi Minh atau Saigon akan dimulai dalam waktu beberapa saat lagi. Sabtu siang, saya segera meluncur ke Terminal 3 Soekarno Hatta Airport karena takut terhadang macet akibat pesta pernikahan anak orang nomor 1 di Indonesia. Pukul 15.30 saya sudah tiba di terminal 3 dan berjumpa dengan rekan2 yang siap berangkat ke Saigon. Dan penerbangan harus tertunda selama 1 jam dari seharusnya berangkat pukul 16.40 menjadi 17.40 WIB. Hampir satu pesawat airasia penuh oleh penumpang dari Jakarta dan warga Vietnam yang ingin balik setelah melihat Sea Games di Jakarta.

Pukul 20.40 kami mendarat di Tan Son Nhat International Airport, yang cukup mengagetkan ketika hendak mendarat, para penumpang yang khusunya warga negara asing tidak diberikan slip dokumen imigrasi untuk arrival/kedatangan. Jadi ternyata khusus untuk berkunjung ke Vietnam, para wisatawan asing tidak perlu mengisi slip dokumen kedatangan seperti kita mau masuk ke Malaysia, Singapore atau Thailand. Hmmm...mungkin negri ini tidak mengkhawatirkan pendatang asing seperti di negri jiran.

Bandaranya cukup modern dan bersih, selesai dibangun bulan September 2007 dan dapat menampung 8 - 10 juta penumpang setahun. Cukup terkejut dan takjub melihat pemerintah Vietnam bisa membangun bandara yang modern. Ketika selesai dari pihak imigrasi, kami berempat segera menuju ke money changer. Sangat disarankan ketika berkunjung ke Vietnam, Anda sudah siap menukarkan rupiah ke USD sehingga ketika tiba dibandara langsung menukarkan USD ke mata uang Dong Vietnam yang seharga 1 USD = 21,000 DNV atau setara Rp 1 = 2,5 DNV. Jadi saya mendapatkan uang sebanyak 2,100,000 Dong Vietnam untuk setara 100 USD. Uang pecahan Dong, dimulai dari 10 ribu, 20 ribu, 50 ribu, 100 ribu dan 200 ribu. Mintalah uang pecahan kecil ketika anda menukarkan USD dan lebih baik menukarkan di bandara dan jangan dihotel karena bedanya sekitar 50,000 Dong.

Selesai menukarkan uang, kami menuju taxi rental yang terdapat didalam bandara. Ada dua taxi terkenal yaitu Vinasun dan Mailinh. Tarif taksi dari bandara menuju ke hotel di Ben Than Market yaitu 150,000 DNV dan dengan waktu tempuh 45 menit. Karena kami berempat, jadi taxinya berupa Toyota Kijang, sehingga cukup lega untuk kami berempat dan bisa menaruh barang. Semua mobil di Vietnam ternyata memakai stir mobil di kiri, sama seperti di Amerika Serikat. Padahal semua negara di asia tenggara memakai mobil stir kanan bukan di kiri, maklum mereka jajahan Perancis dan USA.

Malam minggu di Saigon, sangatlah ramai. Hampir 90% jalanan dikuasai oleh pengendara motor terutama kamu muda mudi. Dan mereka sangat terbuka sekali ketika berpacaran disepanjang taman-taman kota di Saigon. Para wanita sedang ngetrend celana atau rok super mini dan helm motor mereka masih bukan helm SNI, masih pakai helm cepol atau helm proyek. Perjalanan tersendat karena ramainya penduduk Saigon yang bermalam minggu.

Pukul 22.00 kami tiba dihotel Hoang Hai Long 2 yang hanya terletak 10 meter dari pasar Ben Than yang terkenal. Namun sayangnya malam itu, hotel sedang mengalami kerusakan pipa air sehingga tidak ada air dilantai atas sehingga kami harus dipindahkan ke hotel yang sama dengan tempat yang berbeda. Kami kembali menaiki mobil dengan supir taksi yang tidak mengerti bahasa Inggris sehingga harus menggunakan bahasa isyarat dan dibantu dengan petugas hotelnya.

Hotel Hoang Hai Long 1 cukup bersih dan menyenangkan, rujukan buat Anda yang hendal berkunjung ke HCMC atau Saigon. Kami berempat mendapatkan kamar dilantai yang berbeda, ketika memasuki kamar, saya merasa nyaman dengan kamar mandi bathtub, TV, dll. Setelah rehat sejenak, mandi dan ganti pakaian, kami melanjutkan keluar hotel.

Kota Saigon baru saja dibasahi oleh hujan dan kotanya tetaplah ramai. Dari hotel, kami berjalan sekitar 15 menit menuju ke pasar malam samping Ben Than Market. Sejumlah pedagang menjajakan baju hingga pernak-pernik souvenir vietnam. Tips: jangan lupa menawar dan bawa kalkulator. Harga barang dipasar malam ini lebih mahal dibanding harga barang di pasar Ben Than. Pasar Ben Than hanya buka dari jam 06.00 - 17.00 dan waktu Saigon sama dengan waktu Jakarta.

Saya dan teman sempat dibohongi ketika berniat membeli sebuah kaos bergambar bendera Vietnam. Kaos dengan kualitas yang biasa dihargai 390,000 DNV dan saya menawar 150,000 DNV. Ternyata esok paginya, saya mendapati kaos tersebut dengan material yang sama dihargai hanya 60,000 DNV saja setelah ditawar. Jadi seharusnya kami berdua, masing-masing mendapatkan 2 buah kaos. But it's okay, finally we know the price.

Kemudian kami mencari makan malam, menu makan malam berupa nasi goreng sea food. Dan berhati-hatilah karena kebanyakan non halal alias mengandung babi. Bagi yang muslim, kalian bisa makan didepan hotel Hoang Hai Long karena ada resto halal dan bukanya hanya malam hari saja. Menu makanan halalnya tidak terlalu banyak tetapi cukup untuk makan, dan esoknya bisa makan KFC atau junk foods lainnya.

Setelah selesai makan malam yang seharga nasi goreng seafood 35,000 DNV + air kelapa 15,000 DNV = total 50,000 DNV sangatlah murah seharga Rp 25,000 buat wisatawan asing. Dan kini waktunya tidur untuk menikmati kota Saigon diminggu pagi....


Thursday, December 1, 2011

China Market in Saigon




Nuansa cina sangat terasa di kota Ho Chi Minh, hingga hampir 90% budayanya sama seperti dikota-kota di Cina. Buah pinang dan sirih juga dijual dipinggir jalan...

Wednesday, November 30, 2011

Balai Kota Ho Chi Minh




Berlokasi tepat di seberang jalan utama Nguyen Hue Boulevard, bangunan ini dulunya adalah Hotel de Ville, yang selesai dikerjakan pada tahun 1908. Kini, hotel itu berubah fungsi menjadi kantor pemerintah Kota Ho Chi Minh. Di seberang bangunan ini didirikan patung "Paman Ho."

Notre Dame Cathedral of Saigon




Minggu pagi yang indah di kota Saigon, gereja katedral Notre Dame ini dibangun oleh Perancis pada tahun 1877 dan didepannya terdapat patung Regina Pacis atau Bunda Maria. Di saat weekend, banyak muda-mudi Vietnam menjadikan salahsatu icon kota Saigon ini menjadi tempat melukis dipinggir jalan. Dan pasangan muda yang ingin menikah, menjadikan latar belakang gereja yang indah ini sebagai pre wedding mereka. I like this church..brings me to the past...

Gardens in Saigon Vietnam




Bersyukurlah vietnam dijajah Perancis...mereka meninggalkan taman-taman kota yang cantik dengan pepohonan tropis yang tinggi besar dan sangat teduh. Sehingga mendinginkan beberapa area kota Saigon yang cukup panas disiang hari. Dipagi hari, kita bisa melihat warga kota Saigon melakukan tai chi, senam atau jogging. Dan dimalam hari, warga kota Ho Chi Minh menggunakan taman-taman kota untuk memadu kasih. Jakarta bisa memperbanyak taman sebagai paru-paru kota..Jangan malu belajar dari kota Saigon...merekan memiliki taman yang bersih dan terawat dengan baik karena sangat berguna bagi warganya.

Water Puppet Show at Saigon




Hanya dengan tiket 120.000 Dong Vietnam untuk pembelian tiket langsung di Puppet Show, maka kalian akan dihibur dengan pertunjukan wayang air yang mempesona. Two thumbs up untuk pemerintah Vietnam yang bisa mengemasnya menjadi hiburan menarik. Dijamin tidak rugi menontonnya...Wayang Orang Bharata di pasar senen gimana nasibnya ya skrg???

Independence Palace - Saigon Vietnam




Istana yang cukup luas ini menjadi salahsatu tempat kunjungan turis saat ini dikota Saigon, Vietnam. Dengan tiket seharga 30.000 Dong, maka setiap turis akan bisa menikmati setiap isi dari istana kemerdekaan ini. Bangunannya tidak secantik bangunan istana di Indonesia peninggalan penjajah belanda, tetapi setiap pengunjung diajak meresapi sejarah bangunan ini dengan begitu baik. Indonesia patut membuka istananya bagi rakyat dan turis...bukan hanya untuk pejabat saja.

War Remnants Museum at Saigon, Vietnam




Hanya airmata yang bisa menceritakan keganasan perang 10.000 hari di Vietnam. Akibat politik skeitar 3 juta orang Vietnam meninggaln sia-sia dan ribuan lainnya hilang. Bahkan akibat bom Orange yang mengandung bahan kimia berbahaya yang disebarkan oleh tentara Amerika, membuat puluhan anak Vietnam cacat hingga kini. Museum ini menceritakan kisah tragis akibat perang politik yang berkecamuk dan dimenangkan oleh tentara Vietkong...

Minggu Pagi di Saigon




I like Ho Chi Minh at the first trip. Kota ini layak untuk dikunjungi...Perancis meninggalkan bangunan tua yang artistik dan taman-taman kota yang banyak d kota ini. Taman dan pepohonan besar menjadi saksi mata perang 10.000 hari di Vietnam serta kini memberikan kesegaran bagi para penduduk kota Saigon

Monday, November 21, 2011

Final Sepakbola Sea Games 2011 @GBK




Senin, 21 November 2011 adalah waktu yang bersejarah buat bangsa ini, ingin merebut kembali medali emas cabang bergengsi yaitu sepakbola. Pukul 04.30 sore kami sudah tiba di stadium dan asap membumbung disekitaran parkir. Ternyata loket penjualan tiket dibakar oleh massa yang kecewa karena tidak mendapatkan tiket.

Ratusan dan bahkan ribuan suporter merah putih sudah siap disekitar Gelora Bung Karno hingga akhirnya kami berhasil mendapatkan tiket masuk pukul 05.30 sore. Sudah beberapa kali Indonesia menyelenggarakan pertandingan sepakbola internasional tapi seperti menyelenggarakan sepakbola antar kecamatan.

Suporter Vietnam terlihat hilir mudik, ternyata karena ada pertandingan antara Vietnam vs Myanmar yang dimenangkan oleh Myanmar 4-1. Suporter Vietnam tampak asik dan membaur dengan suporter Indonesia. Kami tampak sangat bersahabat sekali...

Pukul 07.00 stadion semakin padat hingga seluruh tribun berwarna merah dan teriakan para pendukung dengan yel-yel membuat kami merasa bangga. Inilah yang membuat saya selalu merasa ingin selalu mendukung timnas di GBK, karena rasa itulah yang membuat saya bangga.

Tidak ada suku, agama atau ras di sepakbola, tua, muda, berbagai macam kulit semua menjadi satu yaitu Indonesia. Inilah Indonesia yang sebenarnya, sangat beragam dan selalu bangga dengann kaos merah dengan logo burung garuda dan bendera merah putih.

Kegagalan hanyalah sebuah awal kemenangan, timnas U23 Indonesia masih harus banyak belajar. Belajar untuk memperkuat lini tengah dan tidak lengah sedikitpun. Kiper harus pintar membaca bola dan mental harus diasah.

Sakit memang ketika timnas U23 harus kalah dari Malaysia, lebih baik kalah dari negara lain dibanding dengan negri jiran. But this is the fact, we lost now. But we will win later....Thanks for timnas U23 yang sudah berusaha sekuat tenaga. Inilah saat-saat terbaik di Sea Games 2011, ada kemenangan dan ada kekalahan.....

Carpediem!!

Sunday, November 13, 2011

Candi Sanggarahan yang terlupakan




Pulang kampung merupakan pengobat bagi rasa rindu pada tanah air dan keluarga. Daerah Wajak merupakan sumber artefak arkeologin yang tiada habis digali.

Mulai dari penemuan tengkorak manusia jaman purba atau Homo Wajakensis yang ditemukan oleh penguasa Belanda waktu itu hingga reruntuhan candi tersebar dibeberapa tempat. Candi Sanggrahan sendiri hanya 10 menit dari rumah keluarga kami.

Candi ini dibuat untuk menyimpan abu jenazah kerajaan keluarga Majapahit yang beragama Budha. Kini beberapa bangunan candi runtuh karena gempa, walau masih bisa ditemukan relief harimau jawa didinding candi tersebut.

Semoga pemda Tulungagung bisa merawat candi ini dengan baik dan dijaga kelestariannya..

Legenda dan Batu Joko Budeg




onon menurut cerita para tetua di kabupaten Tulungagung, ada seorang Jejaka bernama Joko Budeg yang keturunan orang biasa dan Roro Kembangsore dari keluarga Ningrat. Joko Budeg sangat mendambakan Roro Kembangsore menjadi pasangan hidupnya, karena Joko Budeg mencintai Kembangsore dengan sepenuh hatinya.

Tentu saja keinginan Joko Budeg yang berlebihan ini tidak mendapat tanggapan dari Kembang Sore, karena Kembangsore berpendapat bahwa Joko Budeg bukanlah pasangan yang setimpal untuk dirinya.

Sebagai lelaki Joko Budeg tidak pernah surut keinginannya untuk mempersunting wanita idamannya, berbagai cara sudah dilakukan agar keinginannya bisa terwujud.

Lama kelamaan hati Kembang Sore yang keras bagaikan batu, luluh oleh keseriusan Joko Budeg mendekati dirinya. Tetapi tentu saja keinginan ini tidak serta merta diterima begitu saja oleh Kembang Sore. Roro Kembangsore mau menerima lamaran Joko Budeg dengan persyaratan yang harus dipenuhi oleh Joko Budeg.

Kembang Sore mau dipersunting oleh Joko Budeg asalkan Joko Budeg mau bertapa 40 hari 40 malam di sebuah bukit, beralaskan batu dan memakai tutup kepala “cikrak” (alat untuk membuang sampah di Tulungagung) sambil menghadap ke Lautan Kidul. Joko Budeg menerima persyaratan ini, dan melaksanakan apa yag diminta oleh Roro Kembang Sore.

Setelah waktu berlalu sesuai yang dijanjikan, Roro Kembang Sore berharap Joko Budeg datang untuk memenuhi janjinya. Setelah ditunggu 1 hari 1 malam, ternyata Joko Budeg tidak muncul juga, kembang sore mulai cemas (karena sebenarnya di hati Kembang Sore juga tumbuh rasa cinta kepada Joko Budeg). Seketika itu juga Kembangsore mendatangi bukit yang digunakan untuk bertapa Joko Budeg. Sesampai disana masih Nampak Joko Budeg dengan khususknya bertapa. Kasihan melihat keaadaan itu, kembangsore membangunkan Joko Budeg dari bertapanya.

Setelah cukup lama usaha Kembang Sore untuk membangunkan Joko Budeg tidak membawa hasil, akhirnya KembangSore jengkel, dan keluar kata-kata yang cukup keras “ditangekke kok mung jegideg wae, koyo watu” (bahasa jawa Tulungagungan, dibangunkan kok tidak bangun-bangun, kayak batu) seketika itu terjadi keajaiban alam, Joko Budeg berubah wujudnya menjadi batu.
Saat ini bukit tempat Joko Budeg bertapa dikenal dengan nama “Gunung Budeg” dan patung Joko Budeg bertapa masih untuh sampai sekarang.

Roro Kembang Sore, dengan penyesalan yang dalam.. kembali ke kediamannya, dan bersumpah tidak akan menikah dengan orang lain selain Joko Budeg. Roro Kembang Sore akhirnya bertapa di satu tempat, sampai meninggal dan dikuburkan di tepat itu. Saat ini tempat pemakaman kembang sore dikenal sebagai Pemakaman Gunung Bolo yang sangat terkenal (Di Kec. Kauman Kab. Tulungagung).

Thursday, November 10, 2011

Jalan - Jalan di Penang and Bangkok




masih belum sempat upload beberapa foto jalan-jalan kemarin....

Express Rail Link Bandara Svarnabhumi




Kapan ya Jakarta punya kereta bandara, jadi nggak perlu deg-degan setiap mau ke airport karena takut terhalang macet atau banjir? KL, Singapore, Bangkok sudah punya dan Jakarta hanya punya impian belaka...

Friday, October 14, 2011

Penang, Bangkok, Phuket - The Border (end)

Phuket, 8 Oktober 2011, hujan deras melanda Phuket dari pagi hingga siang dan udara dingin segera menyeruak memasuki balkon kamar hotel yang basah terkena air hujan. Trip ke Phi Phi island dibatalkan karena ombak dan angin kencang membahayakan pelayaran. So we just hang around at the hotel seeing the front beach from the balcony.

11.30 pagi waktu Phuket, kami segera memesan taksi di hotel, hotel mengenakan tarif 600 Baht untuk mengantar kami ke Stasiun Bus Phuket. Tapi ternyata karena hujan, taxi penuh sehingga saya diharuskan mencari taksi sendiri. Pengalaman buruk sebelumnya membuat saya harus berhati-hati terhadap supir taksi di phuket. Tidak jauh dari hotel terdapat taxi charter dan ketika saya menanyakan tarifnya hanya 450 Baht, lebih murah dari tarif taksi hotel.

Selesai packing, kami segera menuju taksi dan Alhamdullilah ya...supir taksinya orang muslim asli Phuket dan ia bercerita bahwa keluarganya banyak yang berbisnis hotel dan penyewaan mobil di Patong Beach. Ia sangat ramah sekali dan bahkan jauh dari bayangan saya akan supir taxi pemabuk yang membawa kami tadi malam. Ia juga bercerita bahwa beberapa waktu lalu mendapatkan tamu dari Majelis Ulama Indonesia.

Perjalanan dari hotel ke stasiun bus terdekat sekitar 45 menit dan ia bercerita bahwa disepanjang perempatan jalan banyak terdapat pedagang bunga untuk berdoa. Biasanya rangkaian melati untuk ditaruh dimobil tapi agak membahayakan karena banyak pedagang bunga menggunakan formalin agar bunganya tetap segar. Wah jadi ingat para pedagang di Indonesia yang sering menggunakan formalin untuk makanan....huftt

Sampai di stasiun bus, hujan masih membasahi kota Phuket. Stasiun busnya tidak terlalu besar dan tidak terlalu bersih, sama seperti stasiun bus di pulau Jawa. Saya segera mendatangi counter pemesanan tiket bus, tiket bus Phuket - Hatyai (perbatasan Thailand - Malaysia) seharga 344 Baht/orang untuk bus kelas 2 dengan jadwal sebagai betrikut dari stasiun Phuket : 07.30, 08.30, 09.30, 11.30, 12.30, 19.30, 21.30. Sementara bus kelas 1 seharga 535 Baht berangkat jam 19.30 untuk perjalanan darat selama 7 jam.

Supir taksi dengan setia menunggu saya hingga selesai mendapatkan tiket bus, sebagai penghargaan saya memberikan tips 50 Baht jadi total taksi charter yang saya bayar 500 Baht. Perjalanan darat menuju keperbatasan akan memakan waktu yang lama sehingga disarankan untuk makan siang/malam sebelum berangkat dan membawa cemilan serta air mineral di bus.

Setelah selesai memasukan bagasi didalam bus, saya minta ijin kepada kondektur bus untuk makan siang terlebih dahulu. Sebuah warung sederhana terdapat didepan stasiun bus. Dan wow ada daging babi...jadi saya harus ganti menu. Beberapa menu yang tersedia mirip dengan menu di Indonesia, saya memilih sayur rebung muda dan opor ayam. Rasanya pun sama seperti di Indonesia dan kali ini lebih pedas daripada makanan di Bangkok. Ternyata masyarakat Phuket menyukai masakan pedas sama seperti masyarakat Sumatra.

Selesai makan, kami berdua hanya dikenakan charge 125 Baht atau hanya Rp 37,500 saja...wow lumayan murah untuk makan siang yang cukup banyak. Dan untuk cemilan, saya membeli beberapa roti dan air mineral.

Pukul 12.30 tepat, bus berangkat dan Bismillah. Transportasi di Thailand lumayan tepat waktu, mulai dari Bangkok hingga Phuket...patut diacungkan jempol untuk budaya tepat waktunya. Perjalanan darat keluar dari Phuket terasa sangat menyenangkan karena pemandangannya yang menarik, sama seperti di pulau Sumatera. Masih banyak ditumbuhi hutan tropis dan pantai-pantai indah. Dan bahkan saya baru menyadari bahwa Phuket adalah sebuah pulau yang cukup besar dan dipisahkan oleh sebuah jembatan yang tidak terlalu panjang sekitar 100 m saja. Phuket seperti dipisahkan oleh sebuah anak sungai kecil dengan pasir putih dipantainya, sangat menarik.

Sepanjang perjalanan kita bisa melihat masjid dan kuil Budha bergantian, miris apabila mendengar bahwa kaum militan selalu dibasmi dan selalu bergantian memerangi pemerintah lokal. Tapi memang kesenjangan sosial serta eokonomi antara umat Muslim dan Budha di Thailand terlihat timpang. Ekonomi sebagian besar di Thailand selatan dipegang umat Budha dan umat Muslim masih dibatasi dan bahkan dicap teroris. Seharusnya sekat-sekat tersebut ditiadakan mengingat bahwa mereka berasal dari ras yang sama. Agama adalah hubungan antara setiap manusia dengan Tuhan dan kepercayaannya.

Krabi sebuah kota kecil di Thailand selatan memiliki pesona yang memikat selain pantai dengan pasir putihnya juga terdapat gunung-gunung kapur yang diselimuti hutan serta kabut. Serasa pemandangan dilukisan Gui Lin, Cina...dan apabila kalian menonton film Hang Over 2, maka ada scene dari udara pemandangan pegunungan di Thailand Selatan...disanalah Krabi. Perjalanan darat dari Phuket menuju Krabi ditempuh selama 3 jam. Jalanan di Thailand rata-rata mulus dan cukup bersih. Tetapi papan penunjuk jalan kebanyakan ditulis dalam huruf Thai. Mobil di Thailand sangat bagus dan masih baru, maklum pabrikan mobil Jepang seperti Toyota, Honda dan Mitsubishi membuka pabrik dan suku cadang di Thailand. Sehingga harga mobil jepang jaul lebih murah dibanding di Indonesia. Hanya mobil Suzuki APV yang diimpor dari Indonesia oleh Thailand.

Krabi - Hatyai masih harus ditempuh selama 4 jam lagi dan beruntung jok busnya cukup empuk sehingga tidak terlalu membuat pegal di punggung, AC nya juga baik dan cukup aman. Di sepanjang perjalanan kita bisa melihat komunitas muslim yang sangat banyak, wanita-wanita berjilbab dan pria-pria mengenakan kain sarung seperti di Indonesia. Hutan karet dan kelapa sawit bergantian menghiasai perkebunan mereka. Sangat disayangkan apabila hutan karet yang hijau royo-royo digantikan oleh kelapa sawit yang rakus akan air dan zat-zat kesuburan tanah.

Bus berhenti disebuah kota kecil Trang untuk mengisi bensin dan penumpang dipersilahkan turun untuk makan dan minum disebuah cafetaria kecil. Ternyata tiket busnya 50 baht sudah termasuk makan dan minum, sehingga penumpang hanya membayar sisanya saja kepada pemili cafetaria. Saya hanya cukup membayar 100 Bath sisanya untuk 2 orang makan dan minum. Makanannya kebetulan halal sehingga saya tidak khawatir untuk memakannya.

Pukul 07.00 malam bus memasuki pinggiran kota Hat Yai, kota hatyai sendiri merupakan kota bisnis terbesar ke tiga di Thailand. Banyak gedung-gedung tinggi dikota ini dan banyak perusahaan asing membuka pabrik dikota ini. Mengingat jarak yang tidak terlalu jauh dari Kuala Lumpur dan Singapore membuat para pengusaha asing berbisnis dikota ini dibanding harus membuka pabrik di Malaysia atau Singapore yang lebih mahal biaya produksinya.

Hat Yai juga menjadi tempat pelesiran para warga Malaysia untuk jalan-jalan, membeli makanan yang sangat murah disini atau untuk hiburan esek-esek. Wanita Thailand terkenal cantik-cantik sehingga tidak aneh disepanjang jalan banyak ditemukan warung remang-remang atau restauran dengan para wanita bak warung remang-remang di kawasan Pantura, Jawa. Mobil-mobil pribadi berplat nomor Malaysia atau pengemudi truk kontainer parkir didepan warung atau restoran tersebut.

Pukul 08.00 malam kami tiba stasiun bus Hat Yai dan harus melanjutkan perjalanan darat dengan taxi charteran lagi. Ada beberapa mini van menuju ke Penang cuma harus menunggu penumpang penuh dan terlalu sempit sehingga tidak nyaman. Taxi charter dari stasiun bus Hat Yai senilai 600 Baht untuk perjalanan 1 jam menuju ke perbatasan Thailand - Malaysia (Padang Besar).

Ternyata perjalanan dari stasiun bus ke perbatasan cukup jauh dan tidak ada kendaraan umum. Hujan kembali melanda hingga diperbatasan. Semakin dekat keperbatasan, semakin ramai oleh hiruk pikuk pengunjung harian dan para pedagang. Banyak warga Malaysia yang mencari hiburan disaat weekend diperbatasan atau sebaliknya, sehingga mereka mempunyai special pass berupa kertas untuk dicap oleh pihak imigrasi.

Perbatasan Padang Besar, hanya seperti stasiun bus. Tidak ada yang menarik disini. Kami harus turun dari taxi dan berjalan sekitar 15 meter menuju check point Imigrasi Thailand. Bagi pengendara mobil, tanpa harus turun dari mobil untuk dicap paspornya.

Puluhan orang mengantri dan saya harus menunggu sekitar 30 menit untuk dicap. Sambil mengantri saya melihat beberapa orang memasukan uang ringgit kedalam paspor. Ternyata mereka memasukkan RM 2 kedalam paspor agar petugas imigrasinya tidak tanya macam2. Beruntung saya masih memiliki uang pecahan kertas RM 20 dan RM 1. Saya lalu mengikuti mereka dan menyelipkan RM 2 kedalam paspor. Sesampainya didepan petugas imigrasi "uang salam tempel" nya memang manjur. Si petugas tanya dengan bahasa melayu logat Thai,"yang benar Orang Indonesia atau Indonesia Orang?" Saya jawab, "Orang Indonesia". Dan ia tersenyum dan langsung mencap paspor saya. Lancar jaya...

Ternyata korupsi memang membuat lancar bisnis. Tidak ada bus berhenti didekat perbatasan seperti yang tertulis di internet. Tidak jauh ada sebuah taxi Malaysia berwarna merah putih dan saya mendatangi sang supir. Saya tanyakan rute yang akan dituju dan biaya yang harus dibayarkan. Taxi dari Padang Besar - Air Hitam - Georgetown harus dibayar sebanyak RM 260 dan saya mendapatkan RM 250.

Setelah naik taxi, kami harus melewati Malaysian Check Point. Sekali lagi harus diperiksa paspornya dan mengisi arrival and departure form. Tidak sampai 10 menit, sudah beres dan tidak perlu ada uang salam tempel. Tapi harus hati-hati jangan sampai paspornya tidak dicap. Karena sedang ramai dibicarakan di Malaysia tentang kasus petugas imigrasi di perbatasan Johor Bahru - Singapore terhadap warga negara Singapore yang berkunjung ke Malaysia. Karena tidak dicap, entah disengaja atau tidak, WN Singapore didenda dan sempat mendapatkan perlakuan tidak senonoh dari petugas imigrasi Malaysia sehingga ia melaporkan kasus ini kepada negara.

Petugas imigrasi hanya menanyakan apa isi kopernya, dan hanya bilang baju dan souvenir, kami langsung bisa masuk wilayah Malaysia. Perjalanan dari perbatasan Malaysia - Thailand ke kota Georgetown, Penang harus ditempuh selama 3 jam melalui Lebuh Raya atau jalan tolnya Malaysia.

Karena kehabisan uang, kami menyempatkan diri mampir ke ATM di air hitam. ATM CIMB Malaysia tidak bisa menerima kartu debet BCA saya sehingga harus mencari ATM lain yang menerima logo Cirrus. Akhirnya saya bisa mengambil yang tunai dalam bentuk ringgit di ATM Maybank dari  ATM BCA saya. Dan ternyata cukup mudah ya, serta chargenya hanya Rp 25,000/transaksi. Jadi kalau tidak bawa uang tunai, cukup gunakan ATM kalian saja yang berlogo Cirrus/Visa/Master dan pasti bisa mengambil uang tunai selama masih ada saldonya. Pak supir yang bernama Hashim sangat baik hati sekali, ia membelikan kami makanan kecil dan air mineral. Alhamdullilah...amalan baik membawa nasib baik bagi saya. Beliau sangat ramah dan baik sekali.

Hujan deras dan angin kencang menerpa selama perjalanan dijalan tol dan kami beristirahat sejenak di rest area Kota Sarang Semut. Beberapa mobil dan penumpang yang kelelahan parkir di rest area. Kami segera menuju cafetaria sambil membawa payung karena hujan masih belum mau reda. Saya memesan nasi lemak seharga RM 5 dan kopi panas seharga RM 1.5 saja. Rasa lapar akibat udara dingin bisa hilang seketika. Istirahat selama 30 menit membuat badan terasa segar dan pak Hashim sangat komunikatif sekali.

Pukul 00.00 kami mulai memasuki Penang Bridge dan hujan masih belum reda juga. Ketika memasuki kota George town, terasa sepi sekali kota tersebut. Bangunan tua berjejer dan seperti kota mati. Hanya 1 atau 2 bar yang masih buka dengan beberapa turis asing. Saya masih harus mencari hotel untuk menginap dini hari itu. Ketika saya memasuki sebuah guest house, si pemilik dengan sombongnya bertanya, you want cheap or expensive? Tentu saya katakan "cheap" karena hanya butuh beberapa jam saja di Penang. Dia bilang, no cheap, full....

Mentang-mentang banyak turis backpacker di kota Georgetown, ia menyamaratakan saja. Akhirnya saya memilih sebuah butik hotel "Banana Boat" dengan desain bangunan peranakan yang sudah berumur seratus tahun lebih dan seharga RM 156 permalam termasuk breakfast for two.

Setelah membayar ongkos taxi kepada pak hashim senilai RM 260, saya meminta beliau untuk menjemput kami dihotel menuju ke bandara sehingga tidak perlu untuk mencari taxi lagi. Dan beliau menyetujuinya karena ia harus mencari penumpang untuk kembali ke border.

Rasa kantuk yang melanda memaksa saya untuk cepat tidur....zzzzzzzz...

Pagi hari pukul 07.30 sudah harus bangun dan bergegas untuk menikmati makan pagi di hotel. Penang cukup cerah minggu pagi itu setelah didera hujan deras. Masih terasa sepi kota tersebut karena hari minggu sebagian besar toko tutup karena banyak yang pergi ke gereja untuk beribadah. Tidak jauh dari hotel terdapat gereja dan sekolah Katolik St. Fransiskus Xaverius. Ordo yang sama dengan sekolah saya waktu kecil dari TK - SMA di Jakarta.

Pukul 08.00 kami packing dan tidak lupa foto2 didalam bangunan gedung hotel yang sudah tua. Patung-patung kong hu cu menghiasi beberapa bagian ruangan dan kaca patri menghiasi atap gedung hotel. Sangat nyaman berada dihotel ini, tidak ada terkesan angker.

Pukul 09.00 kami sudah harus tiba dibandara untuk bagasi dan imigrasi, pak Hashim dengan setia menunggui kami didepan hotel dan siap membawa kami ke bandara. Perjalanan yang sangat menyenangkan dan tidak terlupakan bagi saya....3 Negara,3 Tempat dan berbagai pengalaman menarik. Saya ingin kembali ke Penang dan Bangkok....tapi tidak ke Phuket....

Saya jadi ingat ramalan zodiak gemini di awal tahun 2011...gemini akan mempelajari kebudayaan yang berbeda dari serangkaian perjalanan dan percaya atau tidak, saya sudah mempelajari beberapa kebudayaan yang berbeda dari perjalanan wisata ini.

Thanks to Allah SWT for HIS blessing that I can do this trip...