Thursday, July 28, 2011

Mak Jogi, Hikayat Melayu




Tak kenal maka tak sayang, tanpa disadari bahasa yang kita ucapkan sehari-hari berakar dari bahasa Melayu. Melalui pendekatan budaya dan tarian, budaya melayu semakin berkembang hingga ke Asia dan bahkan Madagaskar.

Dalam pementasan kali ini, Djarum Bakti Budaya mempersembahkan "Mak Jogi" yang diperankan oleh para penari dan pemain berbakat dan bahkan seorang kritikus terkenal. Dari pertunjukkan ini bahkan membuka mata para penonton akan kekayaan budaya Melayu yang telah mempengaruhi budaya nasional baik bahasa maupun gerak tari.

Tom Ibnur, adalah pemeran utama dari Mak Jogi...yang menggambarkan seorang wanita yang pandai menari disebuah kerajaan. Dalam hal ini digambarkan bahwa seorang wanita adalah seorang pria yang tangguh yang mampu mengarungi lautan untuk mengambil air 7 muara. Dan dengan kelembutan seorang wanita, Mak Jogi berhasil mengambil 4 air dari 4 muara.

Setelah ia kembali ke kekerajaan, ia difitnah bahwa tugas yang diembannya telah gagal sehingga patut dikenakan hukuman pancung. Alkisah dari pengembaraannya, ia berhasil membawa seorang putri cantik yang kelak akan dinikahi oleh anak raja dan akan melengkapi air 7 muara.

Sepanjang pertunjukkan banyak dengan dagelan politik yang masih gres...yang membuat penonton tertawa terpingkal-pingkal hingga ke akhir acara. Sebuah acara yang menyegarkan ditengah suasana politik yang tidak jelas serta kenaikan bahan pangan menjelang puasa.

Friday, July 22, 2011

Calonarang at Bentara Budaya Jakarta




Calon Arang merupakan tokoh dalam cerita rakyat Jawa dan Bali. Berdasarkan kalendar Saka, Calon Arang adalah legenda yang ditulis pada 1462.

Mengisahkan kehidupan Dayu Datu, perempuan dari Desa Girah, desa pesisir yang termasuk wilayah Kerajaan Kediri (dahulu bernama Daha). Dayu Datu kerap dipanggil dengan sebutan Rangda Nateng Girah, yang artinya Rangda adalah janda, Nateng adalah penguasa, dan Girah adalah nama desa asalnya. Jadi, arti sebutannya adalah Janda Penguasa dari Desa Girah. Dayu Datu, selain dikenal dengan nama Rangda Nateng Girah, juga punya nama julukan lain, yaitu Calon Arang.

Perempuan ini adalah Ratu Leak yang sakti. Ia memiliki anak perempuan yang digambarkan cantik jelita. Namanya, Diah Ratna Mengali. Meski cantik, tidak ada satu lelaki pun yang berminat menikahinya. Sudah bisa ditebak, semua lelaki lebih baik menghindar dan memilih tidak berurusan langsung dengan Calon Arang. Satu hal lagi, masyarakat Daha berpendapat, Diah Ratna Mengali juga memiliki kemampuan meleak, mewarisi ilmu ibunya.

Kesendirian Diah Ratna Mengali membuat Calon Arang terusik. Ditambah perkataan seisi Daha, Calon Arang semakin tersinggung. Walhasil, Calon Arang bersama para muridnya menyerang Daha dengan gerubug, yaitu wabah penyakit yang sulit diobati.

Legenda Calon Arang bisa dibilang salah satu legenda Indonesia yang menyeramkan. Tapi, ia tetap hidup dalam kehidupan orang Indonesia melalui banyak kelahiran kembali. Salah satu sastrawan yang menulis kembali legenda negeri Daha ini adalah Pramoedya Ananta Toer.

Selain melalui karya tulis, legenda Calon Arang juga kerap dihidupkan kembali melalui pentas tari dan teater. Untuk pementasan di Bentara Budaya Jakarta, Calon Arang hadir dalam bentuk pentas tari. Judul pementasan ini adalah Calonarang: Ketundung Ratna Mengali.

Sanggar Gita Lestari adalah kelompok tari yang akan memanggungkan Calon Arang. Mereka adalah kelompok yang berasal dari Banjar Petak, Desa Petak Kaja, Gianyar, Bali. Sanggar yang sudah berdiri sejak 1995 ini dipimpin oleh Anak Agung Gede Putrayasa yang aktif dalam seni tari dan gamelan. Soal perjalanan kreatif mereka, Sanggar Gita Lestari sudah beberapa kali diundang pentas di beberapa negara, seperti Korea, India, dan Swiss.

Dan malam itu, suasana magic sudah terasa ketika pembukaan dimulai. Tiba-tiba ada angin kencang diatas panggung dan setelah pandita membacakan doa, semuanya berlalu dan pertunjukkan pun berjalan dengan lancar.

Teater Calonarang diduga muncul pada tahun 1825 pada zaman kejayaaan dinasti kerajaan Klungkung. Lakonnya bersumber dari cerita semi sejarah dengan seting kejadian pada abad XI, zaman pemerintahan Airlangga di Jawa Timur. Dalam wujudnya sebagai seni pertunjukan Bali, disamping tetap mengacu kepada sastra sumbernya, terjadi pula mengembangan dan penyimpangan. Misalnya muncul tokoh penting yang disebut Rangda yang merupakan siluman Calonarang dalam wujud yang menakutkan. Padahal yang dimaksud rangda dalam sastra sumber adalah janda—Calonarang adalah seorang janda sakti dari Dirah.

Sudah lazim dalam konsep kreativitas seniman Bali yang menjadikan sastra sumber sebagai bingkai intrinsik saja. Implementasi dan transformasi tata pentasnya dicangkokkan dengan pola-pola, idiom-idiom, atau kebiasaan-kebiasaan yang berlaku dalam seni pertunjukan tradisional Bali. Namun dalam teater Calonarang, yang selalu bahkan harus ditonjolkan, adalah sub-tema sihirnya yang disebut leak tadi.

Adalah Antonin Artaud, seorang dramawan terkemuka Prancis, sempat sangat terpesona dengan drama tari Calonarang. Ceritanya pada tahun 1931, Artaud dan para pekerja seni pertunjukan di Eropa sempat digemparkan pementasan Calonarang oleh para seniman Bali yang dipimpin oleh Cokorda Gede Raka Sukawati di arena Paris Colonial Exhibition. Karya Artaud seperti No More Master Sieces dan The Theatre and Plague dikenal kental bernuansa drama tari Calonarang. Seorang koreografer terkenal Indonesia, Sardono W. Kusumo, juga pernah menggarap drama tari Calonarang dengan tajuk Dongeng dari Dirah.

Kajian ilmiah menyangkut teater Calonarang juga cukup banyak, baik hasil penelitian para sarjana asing maupun Indonesia sendiri. Beryl de Zoete & Walter Spies dalam bukunya Dance and Drama in Bali (1931), Urs Ramseyer dalam The Art and Culture of Bali (1977), Soedarsono dalam Jawa dan Bali, Dua Pusat Perkembangan Drama Tari Tradisional di Indonesia (1972), I Made Bandem & Fredrik deBoer dengan Kaja and Kelod Balinese Dance in Transition (1981), dan lain-lainnya mengupas dan menempatkan drama tari Calonarang sebagai the drama of magic.

Sub tema sihir memang selalu ditonjolkan dalam teater Calonarang. Di tengah arena panggung ditancapkan gedang renteng di depan sebuah tingga. Gedang renteng adalah sejenis pepaya yang buahnya bertangkai panjang—asosiasi buah dada menggelayut nenek sihir Calonarang. Dibawah pohon itulah Calonarang dalam wujud Rangda mengangkang dan menjerit-jerit memamerkan kesaktiannya. Sedangkan tingga adalah sejenis rumah panggung yang dibuat agak tinggi di sisi arena yang merupakan simbol sarang si janda Dirah. Di rumah panggung inilah Pandung, patih andalan Raja Airlangga, bergumul menancapkan kerisnya bertubi-tubi ke tubuh Calonarang yang trance yang membuat penonton tampak tegang.

Adegan yang membuat penonton bergidik adalah saat mengisahkan akibat teror ilmu hitam Calonarang pada rakyat Airlangga. Di tengah panggung ditampilkan adegan madusang-dusangan (memandikan mayat). Orang yang jadi mayat-mayatan dimandikan dan diupacarai lengkap dengan sesajennya seperti orang mati sesungguhnya di Bali. Sementara madusang-dusangan ini berlangsung, muncul gangguan leak, makhluk jadi-jadian para anak buah Calonarang. Adegan yang menyeramkan ini mengkili-kili nyali penonton.

Dan saya masih ingat ketika berkunjung kerumah kerabat di Puri Sukawati ketika Galungan, Ibu teman saya mengatakan agar malam itu menyaksikan tarian Calonarang untuk memperingati puri Sukawati yg masih dalam kerabat dengan kerajaan Gianyar, Bali. Seketika saya diberitahu agar jangan pulang dahulu sebelum sendratari berakhir karena leak bisa mengikuti kita. Seperti kita ketahui leak adalah bentuk wujud dari roh halus yang membahayakan dan ditakuti karena menghisap darah. Dan biasanya bisa kita jumpai ketika seseorang di aben (kremasi) maka setra atau kuburan akan didatangi oleh para leak. Dan tidak jarang leak berwujud bola api dari kejauhan dan pernah saya jumpai dipinggir pantai sanur malam hari.

Mistik bagi masyarakat Bali adalah bagian dalam kehidupan mereka. Percaya atau tidak, tarian ini memang sakral dan bertujuan untuk membersihkan sesuatu dari hal yang buruk.

Thursday, July 21, 2011

MRI CT Scan @ MRCC Siloam Hospital Semanggi

This is my first time to do this. MRI atau Magnetic Resonance Imaging adalah sebuah pemeriksaan yang bersifat non-invasif yang menggunakan medan magnet yang kuat, gelombang frekuensi radio dan sebuah komputer untuk menciptakan gambar organ, jaringan lunak dan struktur organ internal dalam tubuh secara detail.

Pagi tadi saya memberanikan diri untuk melakukan medical check up disebuah rumah sakit MRCC Siloam Hospital Semanggi yang baru saja diresmikan oleh SBY. Setelah membayar biaya administrasi, saya menunggu diruangan lobby yang terletak dilantai 2 rumah sakit tersebut. Jangan bayangkan saya berada dalam rumah sakit, this is a five star hospital dengan pelayanan yang maksimal.

Ketika saya datang, sudah disapa oleh reception dan diantarkan menuju keruang administrasi serta sofa yang empuk, lukisan seni yang bernilai tinggi dipenjuru ruangan, lantai marmer yang mengkilap serta tempat yang sangat bersih. Jauh dari bayangan rumah sakit biasanya di Indonesia, agak menakutkan dan disini saya merasa seperti dihotel dan sangat nyaman.

30 menit kemudian saya diantar untuk konsultasi dengan dokter serta dicek tensi darahnya, setelah selesai saya dibawa keruang ganti. Seluruh pakaian dicopot dan semua yang berbahan magnet harus dilepaskan karena akan mengganggu proses CT Scan. Dan sekali lagi saya diantar oleh petugasnya yang sangat ramah menuju ke ruang MRI.

Sebuah ruangan berukuran 15 x 15 m yang didalamnya terdapat sebuah alat supermodern dgn merk Philips, kemudian saya disarankan untuk berbaring. Ada perasaan takut karena baru pertama kali melakukan pemeriksaan medis seperti ini.

Bagian kepala saya direkatkan dengan sebuah alat dan bagian badan ditutupi selimut untuk menghindari dinginnya AC. Kemudian saya dipegangi sebuah alat untuk memanggil petugas apabila ada sesuatu yang diinginkan selama pemeriksaan berlangsung. Setelah tiduran, saya diberi headset untuk menghindari suara bising alat tersebut. Pemeriksaan berlangsung selama 30 menit dan saya dilarang untuk bergerak .

Perlahan-lahan tubuh saya masuk kedalam ruangan sempit dan dalam hati saya selalu menyebut nama Allah SWT agar diberi perlindungan, Rasanya seperti masuk kedalam peti mati dan semuanya begitu hening hingga lantunan musik terdengar. Saya terus memejamkan mata dan perlahan mesin MRI tersebut bekerja.

Suara bising agak mengganggu dan itulah fungsi dari headset tersebut. Ketika MRI sedang bekerja mengambil foto organ tubuh saya, magnetnya begitu terasa. Karena tubuh manusia sebenarnya mengandung magnet dan bulu halus berdiri ketika pemeriksaan terjadi,

Alhamdullilah, 30 menit segera berakhir dan rasanya seperti 1 jam saja. Memang diperlukan keberanian untuk melakukan hal ini, tapi demi kesehatan saya siap untuk melakukan apa saja agar terhindar dari penyakit.

Fungsi dari MRI sendiri untuk melihat kelainan pembuluh darah dalam otak, melihat adanya tumor serta gangguan stroke. Mencegah lebih baik daripada mengobati. Bismillah....

Beautiful Iran




Persia..siapa yang tidak mengenal sebutan kata ini untuk sebuah negara yang berada di Timur Tengah yaitu IRAN. Negeri yang didirikan sekitar 3200 SM ini mempunyai sejarah yang cukup tua dan mengesankan. Pada abad 8 M, Islam masuk kedalam kehidupan masyarakat Persia. Dan kemudian berkembang menjadi sebuah kerajaan yang sangat mengagumkan baik serta menyebarkan filsafat, karya seni, ilmu sains dan tehnik kesegenap penjuru dan bahkan ke dataran Eropa.

Dari Jakarta, kini Emirates menerbangi rute Jakarta - Dubai - Teheran 2 x dalam seminggu dan memakan waktu selama 4 jam perjalanan. Negri ini menyimpan bangunan sejarah Islami yang mengagumkan terlepas dari seluruh masalah politik dan agama.

Dan satuhal, negri ini juga terdapat Gereja dan bahkan Sinagog bagi pemeluk Kristiani dan Yahudi yang tergolong minoritas. Berbagai masjid bisa kita kunjungi dan terutama bagi para penganut Shiah. Ada beberapa tempat yang patut dikunjungi.

Beragam masjid menampilkan mozaik yang menawan dan mengundang decak kagun, mulai dari mozaik porselen berwarna biru yang dijamannya blm dikenal tehnologi untuk membuat porselen secantik itu.

Kubah dalam bagian masjid yang berlekuk-lekuk untuk menimbulkan suara anti gema sehingga tidak diperlukan pengeras suara serta taman-taman kota yang sangat menawan dan dijamin bersih.

Bayangkan aliran air berjalan dengan sangat jernih serta bunga-bunga ditaman yang berwarna warni dan biasa anda nikmati dimusim semi serta panas yang hangat disana. Semuanya adalah hasil karya agung bangsa Persia yang memukau dunia.

Selain itu dibandar Turkaman, Anda bisa membeli caviar kalengan yang terbaik didunia dengan harga yang sangat murah. Serta anda bisa menikmati peninggalan masa lampau di era sebelum Islam yaitu dikota Bam Citadel serta Persepolis. Pandangan mata anda akan dihibur dengan patung2 kuno serta bangunan megah dimasanya.

Isfahan adalah salahsatu kota tercantik di Republik Islam Iran, dimana anda bisa menikmati jembatan kuno yang sangat indah - The Khaju Bridge sambil duduk-duduk dicafe kecil dan menimakti penganan khas - Baglava. Dimalam hari jembatan ini akan terasa begitu magic, aliran air sungai yang jernih dan dingin serta lampu sorot semakin menambah romantisnya suasana dimusim panas. Tetapi disini, muda mudi yang dilarang berpacaran didepan umum.

Iran memang sebuah negri seribu satu malam yang sesungguhnya....

Wednesday, July 20, 2011

Tenggarong Stadium




Stadium berkapasitas 60,000 penonton ini dibuat untuk PON beberapa waktu yang lalu. Amat disayangkan apabila stadion megah ini tidak digunakan untuk event bertaraf internasional...

Wednesday, July 6, 2011

Manisnya Gula, Ironi Petani Tebu




Membaca nasib petani tebu di Indonesia seperti membuka tabir masa lalu petani tebu di era penjajahan Belanda 350 tahun yang lalu. Para petani tetap dianggap hanya sebagai buruh dan manisnya gula hanya dinikmati oleh segelintir orang saja. Manisnya gula memang membuat orang mabuk kepayang, bahkan sejarah mencatat bahwa bisnis gula dapat membuat pertumpahan darah dan peperangan.

Tanaman tebu ‘Saccharum Officinarum’ diperkirakan berasal dari papua sekitar 8000 tahun sebelum masehi (SM) dan karena dorongan manusia yg bermigrasi maka tanaman tersebut pindah ke kepulauan Solomon dan Kaledonia Baru. Kemudian tanaman tebu masuk ke Indonesia bagian tengah dan barat, Pilipina dan India Barat. Menurut catatan sejarah, gula kasar sudah diproduksi tahun 400 – 700 Masehi di India serta mulai dibawa ke dataran Cina. Di Cina, cairan tebu dikeringkan dengan matahari dan dinamai Madu Batu. Tahun 500 M, tanaman tebu mulai dibawa ke Persia dan kemudian gula mulai sebagai pemanis dalam makanan atau minuman yang mengganti pemanis dari madu.
Pada jaman Nabi Muhammad SAW tahun 632 M, gula mulai dibawa ke jazirah arab lainnya dan bahkan ke Afrika. Di awal abad ke 7 ketika para kafilah menguasai Eropa, gula dibawa ke Spanyol dan Italia. Masyarakat Eropa mulai mengenal manisnya gula sebagai campuran makanan atau minuman.

Kemudian pada tahun 1493, ketika Columbus berlayar untuk menemukan sumber tanaman tebu dan lainnya, ia menemukan benua Amerika. Disanalah tanaman tebu mulai ditanam dibenua Amerika. Tahun 1500 – 1700 merupakan masa penanaman tebu dibenua Amerika Selatan yang beriklim tropis seperti Mexico, Kuba, Brazil dan Peru. Tahun 1800, tebu ditanam di Australia, Fiji dan Afrika Selatan.

Tanaman tebu sendiri mulai dikembangkan pada tahun 75 M di zaman Aji Saka. Perantau China I Tsing mencatat bahwa pada tahun 895 M, gula dari tebu dan nira sudah diperdagangkan di Nusantara. Bahkan penjelajah Italia, Marcopolo ketika berkunjung ke Nusantara telah mencatat bahwa gula sudah menjadi alat barter dan bahan komoditas yang paling dicari pada waktu itu.
Ketika Belanda masuk ke Indonesia tahun abad ke 17, industri gula mulai dikembangkan oleh VOC atau Perusahaan Hindia Timur Belanda, dikelola bersama dengan orang Cina. Sedikit demi sedikit Pengolahan Gula serhana mulai berkembang ditanah Jawa. Dan VOC mulai melakukan ekspor gula pertama ke Eropa yang dikumpulkan dari 130 tempat pengolahan gula.

Awal abad ke 18, pabrik pengolahan gula yang lebih modern dibuka untuk pertama kali di daerah Pamanukan, Subang (Jawa Barat) dan Besuki (Jawa Timur) karena perkebunan tebu di Batavia sudah tidak bagus lagi akibat penyempitan lahan untuk pemukiman serta perubahan cuaca waktu itu. Lahan-lahan pertanian mulai dirubah untuk perkebunan tebu akibat permintaan yang besar dari Eropa.

Van den Bosch mulai membuat Cultuurstelsel atau pola tanam paksa yang memicu industrilisasi perkebunan tebu di tanah Jawa. Pola tanam paksa harus dilakukan untuk menutup defisit keuangan kerajaan Belanda akibat perang dan sebagainya. Semua perdagangan gula oleh swasta dibatasi dan hanya boleh diperdagangkan oleh pemerintah Hindia Belanda. Ia membuka ribuan hektar lahan untuk perkebunan tebu diseluruh Jawa dan bahkan hingga ke Sumatra. Pabrik tebu didirikan dan dikelola secara profesional. Seluruh managerial dikuasai oleh para kompeni Belanda dan keluarganya. Penduduk desa diharuskan menanam tebu dan seluruh hasilnya diberikan kepada pemerintah Hindia Belanda. Inilah awal perbudakan akibat manisnya gula di Indonesia.
Para petani yang memiliki lahan dipaksa untuk menanam tebu dan jerih payahnya tidak dihargai. Para kompeni Belanda bekerjasama dengan penguasa bumiputera untuk memaksa para petani agar memberikan seluruh hasil panennya ke pemerintah Hindia Belanda. Dan para penguasa bumiputera tersebut akan menikmati dari hasil pajak perkebunan tebu yang hanya sekian persen. Rakyat dibuat menderita, kelaparan dan pemberontakan terjadi dibeberapa daerah. Bahkan salahsatu konflik awal perang Diponegoro adalah mengenai pola tanam paksa yang merugikan rakyat di Jawa Tengah dan Yogyakarta.

Perang Diponegoro mendorong perjuangan yang gigih akibat penindasan Belanda atas berlakunya pola tanam paksa. Dan bahkan pemerintah Hindia Belanda merugi akibat peperangan yang gigih dari bala tentara Pangeran Diponegoro.

Sementara pemerintah Hindia Belanda menguasai ekspor gula ke Eropa yang tadinya dipegang oleh India, miliaran gulden membuat negeri Belanda dan pihak kerajaan hidup makmur dari hasil penjualan gula. Selain itu, pemerintah Hindia Belanda melakukan inovasi pabrik gula sehingga menghasilkan gula berkualitas tinggi dan bahkan menjadi rujukan pabrik gula diseluruh dunia. Semua mata tertuju pada keberhasilan pabrik gula di Jawa dalam meningkatkan produksinya. Mulai dari pembukaan lahan, irigasi yang bagus, bibit tanaman tebu yang unggul serta pengolahan yang lebih baik lagi.
Dan ketika Jepang masuk ke Indonesia, seluruh keluarga kompeni Belanda diusir dari seluruh perkebunan dan pabrik gula di Indonesia. Dan banyak diantara pabrik gula tersebut menjadi gudang penyimpanan senjata. Gula dianggap bukan sebagai sesuatu komoditas yang menarik bagi penjajahan Jepang. Akibatnya perkebunan tebu terbelengkalai dan pabrik tebu mati suri.
Ketika Belanda hijrah dari Indonesia setelah perang kemerdekaan tahun 1945, mereka kembali lagi dengan melakukan agresi militer Belanda pertama pada tahun 1947. Yang bertujuan untuk merebut kembali sejumlah perkebunan besar di Indonesia yang menjadi sumber pemasukan besar pasca PD II bagi kerajaan Belanda.

Setelah kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, seluruh perkebunan tebu dan pabrik gula milik pemerintah Hindia Belanda berubah menjadi PT. Perkebunan Nusantara atau PTPN. PTPN IX (persero) adalah badan usaha milik negara (BUMN) agribisnis perkebunan dengan bisnis utamanya adalah gula.

Industri gula pasir dan perkebunan tebu (selain perkebunan lain) telah menumbuhkan sebuah kelas priyayi baru, yaitu para tuan dan mandor. Lebih dari itu, gula telah melahirkan konglomerasi, yaitu Oey Tiong Ham (kemudian warisannya menjadi Rajawali Nusantara). Beberapa pabrik gula warisan Belanda kemudian dinasionalisasikan ke dalam PTP (dulu PNP). Keraton Surakarta maupun Yogyakarta juga memiliki pabrik gula yang dulu memberikan pemasukan besar.

Ada yang lucu dari industri gula. Yakni julukan lucu untuk sebuah profesi, yaitu “dokter gula”. Itu bukan dokter melainkan analis pada laboratorium pemeriksa kualitas tebu dan gula. Pernah ada sekolahnya, bernama Akademi Gula Negara, Yogyakarta, yang kemudian beralih nama menjadi Lembaga Pendidikan Perkebunan.

Industri gula juga memperkenalkan sebuah pesta rakyat setahun sekali, biasanya disebut “wiwit” (Jawa: mulai), yang berlangsung di kompleks pabrik, berupa pasar malam dan hiburan. Dan bahkan dibeberapa daerah seperti di Jawa Tengah atau Jawa Timur dikenal istilah manten tebu, yaitu sepasang batang tebu yang didandani boneka pria dan wanita sebelum memulai panen tebu dipabrik gula. Setelah masa panen dan produksi, para petinggi pabrik gula menerima tantiem atau bonus atau entah apa yang disebut “icip-icip”. Ketika sebagian pabrik gula negara tutup, festival dan bagi-bagi tezeki itu pun menguap. Rel dan roli yang membelah lahan persawahan pun tinggal kenangan.
Di era reformasi, banyak lahan perkebunan tebu berubah menjadi lahan pertanian lain yang lebih menjanjikan dibandingkan dengan perkebunan tebu. Dan bahkan pada bulan september 2002, dibentuklah tata niaga gula yang hanya menguntungkan perusahaan yang mendapat ijin mengimpor gula dalam bentuk Impor Terdaftar (IT) yang dipegang oleh PTPN IX, X, XI dan PT. Rajawali Nusantara Indonesia (RNI).

Fluktuasi harga, perubahan iklim, hama tanaman tebu mengakibatkan berkurangnya produksi gula di Indonesia. Memang diakui pulau Jawa masih yang terbanyak memiliki pabrik gula walau nomor dua adalah pulau Sumatera dan ketiga di Sulawesi. Produksi gula nasional mengalami penurunan.
Faktor lain adalah munculnya pabrik gula rafinasi sejak pasca reformasi, pabrikan gula ini bisa memperoleh gula mentah impor yang kemudian diproses menjadi gula putih dan kemudian menjualnya dipasaran. Sehingga dipasar modern kini banyak ditemukan gula rafinasi yang dihasilkan bukan dari tebu lokal melainkan tebu impor. Yang tentu saja merugikan petani tebu nasional.

Ketika gula rafinasi menguasai pasaran, apakah yang akan terjadi dengan gula lokal?

Pabrik gula di Indonesia sebagian besar masih peninggalan Belanda termasuk dengan peralatannya yang harus segera direvitalisasi sehingga bisa menghasilkan gula putih. Bagi kebanyakan masyarakat perkotaan, gula yang berwarna putih dengan butiran yang halus merupakan gula yang terbaik. Padahal gula hasil pabrikan dari pabrik gula di Indonesia yang berwarna agak kecoklatan juga tidak kalah unggul. Tetapi tampilan terakhir merupakan salahsatu syarat jual yang paling baik.

Selain itu penetapan harga tebu yang rendah dipasaran menyebabkan kerugian bagi para petani disaat harga gula didunia melambung tinggi. Padahal banyak daerah di Indonesia merupakan perkebunan tebu unggulan. Ketika wabah penyakit tanaman tebu menyerang atau musibah banjir terjadi, para petani banyak yang merugi.

Belum lagi masalah transportasi yang tidak lagi menggunakan lori atau kereta kecil pengangkut tebu dari lokasi perkebunan ke pabrik gula. Tanpa disadari, kereta lori banyak berguna dimasa penjajahan Belanda walau bahan bakar kereta lori tersebut dari kayu bakar. Revitalisasi kereta lori dan rel kereta bisa dikembangkan, mengingat biaya pengangkutan tebu dengan truk membutuhkan biaya transportasi yang tidak murah. Kenaikan BBM juga memicu keengganan para petani untuk menanam tebu khususnya di pulau Jawa yang masih menjadi sentra tebu nasional. Transportasi dengan truk menguntungkan banyak pihak seperti pungutan liar dan lain sebagainya tetapi merugikan petani.

Saya masih ingat ada beberapa pabrik gula jaman Belanda yang kini tidak terpakai lagi dan bahkan sudah tutup sehingga para petani tebu harus mengirim tebunya dengan truk dan jarak yang cukup jauh. Sehingga mengurangi pemasukan para petani dari penjualan tebu setiap masa panen. Belum lagi kenaikan harga pupuk urea dan ulah para tengkulak yang memainkan harga pupuk.

Wacana pemerintah untuk swasembada tebu di Indonesia sepertinya masih jauh dari harapan. Padahal Indonesia adalah penghasil gula yang sukses dijamannya dan dari bumi nusantaralah gula bisa memaniskan indera pengecap seluruh manusia dipenjuru dunia.

Swasembada gula harus melibatkan para petani hingga kepabrik yang mau menerima tebu dari petani tersebut serta keikutsertaan perbankan untuk memotivasi para petani. Mantan presiden Brazil, Louis da Silva telah sukses merevitalisasi perkebunan tebu di Brazil. Ia berani mengambil gebrakan baru dengan memaksa para bank untuk memberikan pinjaman lunak kepada para petani. Serta disaat petani mengalami musibah seperti terkena hama atau banjir, maka petani tidak dibebani bunga yang tinggi atau bahkan tanpa bunga sekalipun tetapi diberikan jeda waktu pembayaran cicilan yang fleksibel agar mereka bisa memulai tanam dan setelah panen bisa membayar kembali hutangnya.

Dan mengharuskan setiap pabrik untuk merevitalisasi peralatan serta membentuk pusat penelitian untuk mengembangkan produk turunan dari tebu yang kini terkenal diseluruh dunia yaitu etanol. Brazil adalah negara penghasil etanol terbesar didunia dan digunakan sebagai pengganti bahan bakar minyak bumi untuk kendaraan umum.

Tebu tidak hanya menghasilkan gula padat tetapi juga berguna mulai dari batang hingga daun serta ampas tebu. Saat ini tercatat 60 pabrik gula di Indonesia yang terdiri dari 51 pabrik gula milik BUMN dan 9 pabrik gula swasta. Pengetatan gula impor harus digalakkan dan bahkan dikenakan sangsi yang tegas kepada para pengusaha pabrik gula agar tidak mengimpor gula mentah.

Pembukaan lahan baru dan pabrik gula yang sahamnya bisa dimiliki oleh para petani lokal menjadi salahsatu pilihan terbaik agar ada kesinambungan antara investor dan petani. Selama ini petani hanya dijadikan obyek penderita saja tetapi hasil keuntungan terbesar tetaplah pada investor pabrik gula disaat harga gula dunia naik. Dan buatlah skema seperti VOC ketika seluruh penjualan gula harus melalui satu pintu bukan diberikan kepada swasta seperti sekarang.
Dan dengan pemerintahan yang tidak pro rakyat seperti saat ini, saya pesimis swasembada gula bisa dilakukan pada tahun 2014. Petani hanya sebagai obyek penderita dan gula tetap menjadi barang komoditas yang mahal seperti saat ini.