Wednesday, September 7, 2011

The Burning Stadium




Ketika semua orang berteriak dan menyalahkan para penonton, apakah para penguasa negri ini saat ini sudah sadar hukum? Kami rakyat kecil selalu mengikuti apa kata dan tindakan para pemimpin bangsa ini. Dimulai dari penguasa Gelora Bung Karno yang seharusnya menunjukkan his Golden Fingers untuk menyuruh anak buahnya dan pihak kepolisian menggeledah dengan ketat isi tas dan jaket para penonton sepakbola.

Jangan salahkan rakyat apabila para pemimpinnya juga tidak peduli dengan hal-hal kecil yang sebenarnya penting dan bahkan bisa dikatakan berbahaya. Tadi malam ketika saya tiba di stadium kebanggaan bangsa ini, saya sempat tertegun betapa megahnya stadium ini. Ketika memasuki stadium ada beberapa penjaga dan petugas kepolisian, mereka hanya memeriksa tas seadanya saja. Bahkan ketika saya membawa air minum mineral, tidak dirampas oleh petugas. Padahal beberapa orang dirampas botol air mineralnya dan sementara saya bebas melenggang masuk. Mungkin tadi malam saya masih pakai kemeja kerja rapi dan tas ransel kantoran.

Begitu memasuki tangga masuk dengan nafas terengah-engah menaikin tribun 2, dinding grafiti menyambut saya. Ternyata hanya bagian luar stadium saja yang dicat agar terlihat rapi menjelang Sea Games 2011 di Jakarta dan Palembang. Kepalsuan seperti kerap terjadi dinegeri ini, dari luar tampak begitu indah dan baik-baik saja. Ketika tahu dalamnya, baru kita sadar bahwa masih banyak yang harus dibenahi dinegeri ini.

Dengan berlari kami memasuki tribun 2 dekat dengan layar lebar dan dalam waktu 30 menit kemudian permainan sudah akan dimulai. Ketika lagu kebangsaan Indonesia Raya berkumandang dipenjuru stadium, rasa bangga dan terharu melihat ribuan rakyat ini masih sangat mencintai merah putih tanpa memandang bulu apakah dia pribumi atau non pribumi, tua muda, tanpa sekat agama atau tanpa sekat kepartaian tertentu. Kami bersatu menghormati bendara Merah Putih dan lagu kebangsaan negri kami demi Sang Garuda menuju Road to Brazil 2014.

Dan setelah lagu kebangsaan berakhir, beberapa pengunjung mulai menyalakan suar (flare) dan petasan dibeberapa titik stadium. Asap dari suar (flare) sungguh sangat menyesakkan dan beruntung hampir 60% stadium mempunyai atap yang terbuka sehingga asap segera hilang dalam waktu 10-15 menit. Padahal asap suar (flare) cukup membahayakan bagi tubuh. Suar (flare) sendiri biasanya digunakan untuk keperluan pendaratan pesawat darurat atau untuk sinyal SOS dan bahkan penerangan dalam air. Petasan kembang api yang dinyalakan dalam stadium juga berbahaya apabila arahnya tidak benar. Bahkan di Malaysia, beberapa waktu lalu seorang penonton mengalami buta total akibat terkena kembang api.

Diam adalah kata yang baik malam tadi ketika kami melihat asap suar dan kembang api karena tidak ada satupun penjaga atau polisi yang segera mengamankan penonton yang membakar suar atau kembang api. Sama seperti para penjaja makanan yang lalu lalang diantara penonton dan membantu kami untuk menghilangkan dahaga dan lapar malam itu.

TST atau Tahu Sama Tahu bagi sesama penonton fanatik bola dan para penjaga stadium. Diluar negeri sekalipun bahkan di Inggris dan Brazil, penyalaan suar kerap digunakan setiap pertandingan sepakbola diadakan. Jadi kalau Pak Djohar Arifin - Ketua PSSI yang terhormat sekarang mengatakan bahwa pembakar suar dan petasan adalah penghianat bangsa, ADALAH TIDAK BENAR......

Mereka bukan penghianat bangsa, mereka hanya sekumpulan fanatik penggemar bola yang belum sadar akan hukum dan bahaya. Andaikata mereka sadar hukum dan melanggar, jangan katakan mereka penghianat bangsa. Rasa kebangsaan mereka dan bahkan kami yang hadir malam itu sangat TINGGI. Dan terkadang membutakan segalanya hingga lupa bahwa hal tersebut adalah SALAH.

Apakah Pak Djohar Arifin sudah melakukan tugas dengan benar sebagai pengurus PSSI? Apakah tanpa suporter, PSSI akan bisa hidup? PSSI dan Suporter adalah sebuah partner dan sudah seharusnya kalian turun tanah dan berbicara dari hati ke hati. Ketika kami melihat permainan buruk tim Garuda tadi malam, jujur sebagian besar suporter tim Garuda kecewa. Dan memang kami mungkin salah karena telah menyalakan petasan dan suar, tapi apakah kalian tidak menyalahkan petugas dan kepolisian yang berjaga malam itu?

Ketika tim Garuda kebobolan 0-2, saya segera meninggalkan stadium dengan tertib dan bahkan kami dengan lantang meneriakkan KAMPUNGAN bagi mereka yang melempar botol aqua kearah tibun bawah. Kami mencegah agar penonton TIDAK melakukan hal serupa. Kami juga berteriak keras agar semua tertib. Bahkan ketika pertunjukkan telah usai, penonton bubar dengan tertib tanpa ada kerusuhan atau chaos. Kami kecewa tapi kami juga telah dewasa.

Sekarang bukan saatnya saling menyalahkan, mari duduk bersama. PSSI melihat kedalam apakah timnas sudah siap atau harus diganti, apakah pelatih timnas sekarang cukup mumpuni, apakah dipertandingan selanjutnya tiket bisa dibeli dengan tertib, apakah dipertandingan selanjutnya petugas jaga pintu masuk lebih 3x ketat dari biasanya tanpa pandang bulu.

Masih banyak tugas yang harus diselesaikan. Dan walaupun timnas kalah 0-2, kami tetap akan mendukung timnas demi Sang Garuda dan Sang Merah Putih, tidak ada yang lebih membanggakan kami ketika senandung lagu Indonesia Raya dan Sang Saka Merah Putih berkibar demi kemenangan, demi Sang Juara!

CARPEDIEM