Akhirnya setelah beberapa kali hendak menonton film Indonesia terbaru yang berjudul "Ayat-Ayat Cinta" kemarin terkabul juga. Padahal rencana mau nonton film ini bersama geng labil dari mulai premiere film ini di akhir Februari 2008, baru kemarin malam berhasil menyaksikan di Planet Hollywood (PH) pukul 18.20. Sahabat saya sudah membeli tiket film ini dari jam 12 siang.
Baru kali ini di era abad 21, ada film Indonesia yang banyak disaksikan oleh para penonton film Indonesia. Dan benar seperti dugaan saya sebelumnya, akan banyak orang ramai mengantri nonton film ini. Hari Jumat sore yang lalu, kami akan menyaksikan film ini di PH tapi kehabisan tiket, hari Minggu malam saya kembali ingin menyaksikan film ini dan ternyata gagal lagi. Mega 21 di bekasi serta di Metropolitan Mall sudah sold out sampai jam 21.40 baru ada tiketnya. Karena kecewa kami menyebut judul film tersebut sebagai "Ayat-ayat Setan".
Film yang diambil dari buku novel terkenal dengan 411 halaman dengan judul yang sama "Ayat-Ayat Cinta" ditulis oleh Habiburahman El Shirazi, seorang penulis muda Indonesia dan kini diambil sebagai sebuah film yang disutradari oleh Hanung Bramantyo berhasil mengambil hati para penonton film di Indonesia. Film yang sempat diundur penayangannya ini, dari semula di awal Januari 2008 dan baru bisa ditayangkan serentak di jaringan bioskop 21 di Indonesia pada akhir Februari 2008 ini, akan berhasil menyabet gelar "Film Terlaris" tahun 2008 dan bahkan film terlaris di Indonesia pada awal abad 21 setelah sempat mati suri dari tahun 1997 - 2004.
Kemarin sore, penonton membludak hingga deret paling depan juga terisi. Dasyat sekali film ini sehingga berhasil memikat hati dan menggerakkan bangsa ini untuk berbondong-bondong datang ke bioskop 21. Saya pribadi juga ingin tahu mengenai kekuatan film ini sesungguhnya dan mengapa bukunya hingga menjadi best seller juga di Indonesia dan di negara tetangga seperti Singapore. Seingat saya pada tahun 1980 - 1990an, film terlaris dan sampai orang berbondong-bondong mengantri di bioskop adalah film Pengkhianatan G 30S/PKI , film Sunan Kalijaga serta Cut Nyak Dien. Karena saya masih ingat sekali betapa ramainya bioskop didekat rumah saya waktu itu, sampai pembantu saya copot sendalnya hanya karena rebutan mau masuk gedung bioskop. Yang dulu kala bioskop tidak semewah saat ini dan harga tiket masuknya hanya Rp 1000 - 2500 (ini sudah yang paling mahal).
Kali ini saya tidak perlu berebutan masuk gedung bioskop, karena kali ini sudah sangat teratur. Pertunjukkan pun dimulai....berikut ini sipnosis mengenai film ini yang saya copy dari www.ayatayatcintathemovie.com
Ini adalah kisah cinta. Tapi bukan cuma sekedar kisah cinta yang biasa. Ini tentang bagaimana menghadapi turun-naiknya persoalan hidup dengan cara Islam. Fahri bin Abdillah adalah pelajar Indonesia yang berusaha menggapai gelar masternya di Al Ahzar. Berjibaku dengan panas-debu Mesir. Berkutat dengan berbagai macam target dan kesederhanaan hidup. Bertahan dengan menjadi penerjemah buku-buku agama. Semua target dijalani Fahri dengan penuh antusiasme kecuali satu: menikah.
Kenapa? Karena Fahri adalah laki-laki taat yang begitu ‘lurus’. Dia tidak mengenal pacaran sebelum menikah. Dia kurang artikulatif saat berhadapan dengan mahluk bernama perempuan. Hanya ada sedikit perempuan yang dekat dengannya selama ini. Neneknya, Ibunya dan saudara perempuannya.
Betul begitu? Sepertinya pindah ke Mesir membuat hal itu berubah. Tersebutlah Maria Girgis. Tetangga satu flat yang beragama Kristen Koptik tapi mengagumi Al Quran. Dan menganggumi Fahri. Kekaguman yang berubah menjadi cinta. Sayang cinta Maria hanya tercurah dalam diary saja.
Lalu ada Nurul. Anak seorang kyai terkenal yang juga mengeruk ilmu di Al Azhar. Sebenarnya Fahri menaruh hati pada gadis manis ini. Sayang rasa mindernya yang hanya anak keturunan petani membuatnya tidak pernah menunjukkan rasa apa pun pada Nurul. Sementara Nurul pun menjadi ragu dan selalu menebak-nebak.
Setelah itu ada Noura. Juga tetangga yang selalu disika Ayahnya sendiri. Fahri berempati penuh dengan Noura dan ingin menolongnya. Sayang hanya empati saja. Tidak lebih. Namun Noura yang mengharap lebih. Dan nantinya ini menjadi masalah besar ketika Noura menuduh Fahri memperkosanya.
Terakhir muncullah Aisha. Si mata indah yang menyihir Fahri. Sejak sebuah kejadian di metro, saat Fahri membela Islam dari tuduhan kolot dan kaku, Aisha jatuh cinta pada Fahri. Dan Fahri juga tidak bisa membohongi hatinya.
Lalu bagaimana bocah desa nan lurus itu menghadapi ini semua? Siapa yang dipilihnya? Bisakah dia menjalani semua dalam jalur Islam yang sangat dia yakini?
The Characters:
Fahri bin Abdillah, 28 th (Fedi Nuril)
Mahasiswa bersahaja yang memegang teguh prinsip hidup dan kehormatannya. Cerdas dan simpatik hingga membuat beberapa gadis 'jatuh hati'. Dihadapkan pada kejutan-kejutan menarik atas pilihan hatinya.
Aisha, 25 th (Rianti Cartwright)
Mahasiswi asing keturunan Jerman dan Turki, cerdas, cantik dan kaya raya. Latar belakang keluarganya yang berliku mempertemukan dirinya dengan Fahri.
Maria Girgis, 26 th (Carissa Putri)
Gadis Kristen Koptik yang jatuh cinta pada Islam. Dia menderita karena cinta yang teramat dalam kepada Fahri.
Noura bin Bahadur, 22 th (Zaskia Adya Mecca)
Siksa telah menjadi bagian dalam hidupnya. Janin yg dikandungnya menjadikannya terobsesi pada Fahri untuk menjadi ayah dari calon bayinya.
Nurul binti Ja'far Abdur Razaq, 26 th (Melanie Putria)
Anak kyai besar di Jawa Timur. Dengan aura yang menenangkan, kecerdasan dan kualitasnya menyatukan segala kelebihannya, dia sangat percaya diri untuk meminang Fahri sebagai suaminya.
LOVE :
Saya sudah menonton film ini di pertengahan bulan Februari 2008, dan konon katanya film ini diluncurkan untuk menyambut hari kasih sayang / Valentine yang jatuh disetiap tanggal 14 Februari. Awalnya saya agak ragu ingin menyaksikan film ini, karena saya kira It's just another ordinary love story. Penonton cukup ramai waktu itu tapi tidak seramai film AAC yang hampir 90% terisi penuh setiap gedung bioskop yang hendak menayangkan film ini.
Film LOVE sendiri merupakan gabungan kisah cinta 5 orang berbeda di satu kota dan disutradari oleh seorang Malaysia, Kabir Bathia. Dan berikut ini adalah sipnosis film yang sebenarnya diambil dari cerita lepas terkenal di Malaysia dan dibuat seperti beberapa film dengan beberapa cerita seperti Love Actually, Crash, Berbagi Suami dan Paris Je'Taime.
Copy from www.themovielove.com ,
Adalah Nugroho dan Lestari yang dipertemukan di usia mereka yang tidak lagi muda. Nugroho yang menderita alzhaimer, dan Lestari yang dengan kasih sayang menerima keadaan itu.
Adalah Rama, lelaki muda sederhana yang bekerja di percetakan, dan Iin yang dibantu Rama selama pencarian kekasihnya di Jakarta. Masa lalu yang hampir sama, mempersatukan mereka, membuat mereka berani mengejar hari esok.
Adalah Tere dan Awin. Penulis wanita yang sukses bertemu dengan penjaga toko buku dan jatuh cinta. Ketika kemudian ketakutan Awin untuk mencintai muncul, Tere sebaliknya membuka mata Awin bahwa cinta tak semestinya dibatasi.
Adalah Restu dan Dinda. Seorang mahasiswa yang menjalani hidup dengan santai dan riang, jatuh cinta pada pandangan pertama. Walaupun pertemuan mereka hanya sebentar dan Dinda akhirnya pergi untuk selama-lamanya, cinta mereka tetap ada dan tidak ikut mati.
Adalah Gilang dan Miranda, pasangan muda yang memasuki usia pernikahan delapan tahun, dengan anak mereka Icha, seorang anak autism yang membutuhkan kedua orangtuanya melewati hidup yang tak mudah. Sementara Gilang dan Miranda sendiri harus menerima kenyataan bahwa pernikahan mereka pun punya masalah. Pada akhirnya ketika Gilang merelakan Miranda pergi, dia menemukan cinta sejati di suatu hari yang tak terduga.
Adalah takdir yang mempertemukan mereka, di tengah belantara kota Jakarta, bertemu-persimpangan hidup yang penuh kejutan, dituntun oleh sesuatu yang selama ini dibilang buta padahal ia punya mata yang tidak dimiliki manusia… CINTA…
AAC (ayat-ayat cinta) vs LOVE - the result:
1. penyutradaraan:
Hanung - AAC : dari cerita yang saya dapatkan Hanung sempat menemukan kesulitan untuk mendapatkan gambaran kota Mesir dalam cerita ini agar sesuai dengan isi buku novel tersebut. Karena konon pihak agency di Mesir meminta biaya sebesar 15 milyar untuk survey dan segala macamnya. Akhirnya setting cerita tersebut dibuat di India dan kota lama Semarang. Hasilnya memang tidak sesuai yang diharapkan oleh penonton yang kebanyakan sudah membaca buku ini sebelumnya. Bahkan beberapa penonton dari Singapore yang ingin menyaksikan film ini sempat kecewa, karena setelah rela menyebrang ke Batam dan mengantri tiket...mereka tidak mendapatkan keesotikan kota Mesir yang sesungguhnya. Tapi Hanung merubah ending film ini agak berbeda dari buku novelnya. Dibuku novelnya (menurut teman saya, karena saya belum membaca novel tersebut) ending cerita tidak ada beberapa scene seperti yang telah ditampilkan. Tapi saya mengerti, Hanung berbuat seperti ini agar lebih menarik endingnya sehingga tidak terlihat terlalu klise.
Kabir - LOVE : saya belum menonton cerita lepas yang asli yang sudah ditayangkan di TV Malaysia. tapi dengan bantuan Titien Watimena (Mengejar Matahari, Tentang Dia, dll) berhasil membuat cerita ini sesuai dengan keadaan yang terjadi di Indonesia.
2. Sinematografi:
AAC : balutan warna yang agak gelap dari awal hingga akhir film ini cukup membantu cerita sedih ini. Kali ini film AAC berhasil mengambil satu point dari sisi sinematografi. Sang sutradara berusaha ingin menampilkan setting kota Mesir dengan segala cara dan atribut yang berbau Muslim. Patut diacungkan jempol, walau hasilnya tidak maksimal.
LOVE : gambar film ini seperti kita menyaksikan kebanyakan film lainnya, penuh warna warni.
3. Sisi Cerita :
AAC : mungkin buat kebanyakan wanita, film ini sangat mengharu biru. Well seperti kebanyakan orang bilang "Women's heart are crystal and Men's heart are rocks". Tiga orang teman wanita saya berhasil menitikkan air mata di beberapa scene. Dan bahkan sehabis film ini ditayangkan, ada seorang wanita yang masih tampak sedang menyeka airmatanya. Wow....sementara saya tidak menangis .....hehehhee. Ya sudahlah, cerita film ini berhasil membuat para penontonnya untuk belajar banyak tentang cinta, keikhlasan dan mungkin juga tentang sisi Islam dalam melihat persamaan gender dan kekerasan dalam rumah tangga serta poligami serta penghormatan kepada orang lain yang berbeda agama. Menarik...
Love : sesuai judul filmnya, cerita ini tentang cinta. Tapi saya hanya melihat cerita film ini sama seperti kisah film cinta lainnya. Tapi dibungkus dalam satu cerita yang berlainan, inilah kekuatan dari film ini. Saya masih ingin menyaksikan film ini sekali lagi.
4. Para pemain :
AAC : saya tidak tahu mengapa sutradara lebih memilih Fedi Nuril sebagai pemeran pria di film ini. Saya tidak tahu banyak tentang Fedi Nuril yang kata teman saya ia sempat bermain di Mengejar Matahari. Permainan Fedi Nuril sangat kaku dan tidak banyak membantu keberhasilan seluruh peran yang ia mainkan. Malah permainan Carisa Putri dan Rianti Cartwright cukup diacungi jempol. Permainan mereka berdua cukup natural.
Love : beberapa pemain bermain sangat bagus, maklum beberapa pemainnya merupakan aktor dan aktris terkemuka di Indonesia. Kecuali akting Acha dan Irwansyah yang masih garing , malah akting Laudya Chintya Bella cukup bagus.
5. Music Score:
AAC : tanpa disadari kekuatan musik yang mengisi sebuah film juga patut diperhatikan. Karena sebuah film tanpa iringan musik diera tehnologi mau, ibarat seperti menonton film bisu ditahun 1920an. Soundtrack AAC yang dibuat oleh Melly Goeslaw dan dinyanyikan oleh Rossa cukup membantu penonton film untuk meresapi kisah sedih yang terjadi di film ini.
LOVE : soundtrack film ini yang berjudul "Sempurna" dan dibawakan oleh Gita Gutawa sebenarnya dinyanyikan oleh Andra & The Backbone. Tapi setelah diaransir musiknya kembali oleh Erwin Gutawa dan dinyanyikan oleh anaknya Gita Gutawa menjadi sangat dahsyat sekali. Di awal film, lagu ini menjadi musik pembuka dan membuat saya terus menikmati setiap scene yang ditayangkan. Iringan musik orkestra oleh The Bulgarian Symphony membuat musik film ini menjadi lebih hidup dan tentu saja ini bukti kehebatan Erwin G. dalam menggarap musik.
6. Pemasukan dari penjualan tiket:
AAC : here is the winner......mungkin film ini akan menjadi box office of the year. Perkiraan sikh akan ditonton oleh lebih dari 2 juta penonton...Dan baru kali ini sebuah film Indonesia dicetak hingga 100 rol film untuk diedarkan, produser pasti akan meraup keuntungan yang sangat besar. Bravo !!
LOVE : masih kalah dibandingkan AAC. Tapi mungkin produser akan balik modal koq, dilihat dari sponsor yang banyak. Btw sekarang untuk membuat sebuah film, ada sebuah perusahaan investasi film yang bergerak untuk mencari sponsor awal. Film Love saja disponsori oleh XL telcomm dan Alfa Mart serta beberapa perusahaan lainnya, setidaknya 50% biaya pembuatan film ini sudah didapat dari sponsorship agreement.
Coba diingat lagi kapan terakhir kali your Mom pergi ke bioskop dengan Anda. I think it's time to ask her watching the movie with you! And test, will she cry after watching "Ayat-Ayat Cinta?