Sudah lama saya tidak melakukan perjalanan jauh dan menulis di blog ini, perjalanan kali ini sungguh menyenangkan dan seperti biasa tidak saya rencanakan. Berangkat pukul 10 pagi dari kota Bandung menuju kearah selatan pulau Jawa, kota Cilacap. Rute Bandung – Ciamis – Banyumas – Cilacap ditempuh selama hampir 7 jam perjalanan. Selepas diperbatasan Jawa Barat – Jawa Tengah, kita bisa menikmati hutan karet yang masih tersisa dipulau Jawa ini. Pada jaman Belanda, perkebunan karet merupakan salahsatu komoditas primadona untuk mendapatkan jutaan gulden dipasar internasional. Pulau Jawa salahsatu tanah yang subur dan apalagi bagian selatan dengan perbukitan dan hawa yang masih sejuk.
Kota Cilacap sendiri berhawa cukup panas karena berada dekat pantai dan kota ini relatif cukup besar dan yang membuat saya terkejut kota ini memiliki sebuah lapangan golf dan lapangan udara perintis. Wah siapa yang hendak main golf dikota kecil ini. Oh ternyata para pejabat sering berziarah kepetilasan gunung Srandil dan salahsatunya petinggi negri ini sering naik helikopter dan main golf. Selain itu diselatan kota ini terdapat penjara nomor satu di Indonesia....Nusa Kambangan.
Hotel dikota ini juga cukup beragam mulai dari yang berharga Rp 45,000 dengan kamar mandi didalam dan 2 tempat serta tanpa AC hingga berharga Rp 500,000 tersedia. Jadi tidak usah khawatir mengenai penginapan. Alun-alun kota yang cukup luas dan nyaman membuat saya menikmati malam sambil minum secangkir wedang jahe dan beberapa polisi lapas yang sedang beristirahat. Kota ini menyimpan ratusan para narapidana kelas kakap dan para teroris di pulau nusa kambangan, sehingga tidak aneh melihat puluhan polisi dan intel disebar diseantero kota ini. Tapi suasana ini malah membuat saya merasa nyaman karena situasi kota yang kondusif. Dont ask and dont tell!!
Esok pagi saya bergegas ke teluk penyu dan selintas melihat segara anakan, muara sungai terbesar di Indonesia yang menyimpan keanekaragaman fauna dan flora yang kini terancam akibat penumpukan lumpur dimuara yang membuatnya semakin menyempit.
Teluk Penyu, sebuah teluk dengan panorama pantai laut selatan dan ombak yang cukup bersahabat karena dilindungi oleh pulau nusa kambangan. Pantainya hampir mirip dengan pantai kuta, Cuma sayang kurang dikelola secara profesional. Beberapa cafe dan warung sea food bertebaran dan tiket masuknya murah hanya Rp 2000/orang. Malam hari pasti ramai menjadi tempat plesiran bagi anak muda dan untuk yg plus plus pun ada. Maklum banyak ada perusahaan minyak dan beberapa perusahaan besar dikota Cilacap, pasti para pekerjanya membutuhkan hiburan dikala senggang.
Benteng Pendem, sebuah benteng peninggalan Belanda dibangun tahun 1877 dan masih cukup terawat walau kurang informasi. Benteng ini cukup unik karena dibangun dibawah tanah sedalam 1 -3 meter mirip semi bunker sehingga tidak terlihat dari arah laut. Sebagai benteng, dibangun cukup lengkap dengan kamar sebanyak 60 buah, gudang amunisi, dapur, perbekalan hingga ruang medis. Diselatan benteng terdapat sebuah makam kuna dengan pohon besar disampingnya. Aura mistis terdapat dibeberapa bagian benteng ini dan bagian depan dibuat kolam yang mungkin berfungsi sebagai ruang pendingin dan menahan serangan dari darat.
Selepas dari benteng pendem, seseorang menghampiri dan menawarkan jasa untuk berwisata ke pulau nusa kambangan dengan tarif yang cukup layak dikantong. Jasa antar pulang ke pulau nusa kambangan sebelah barat hanya Rp 50,000 saja karena kebetulan masih sepi wisatawan. Biasanya ia mematok harga Rp 20,000/penumpang, tapi saya mendapatkan harga pulang pergi. Okelah kalau begitu, saya mengambil tawarannya.
Dengan naik sebuah perahu bermotor, saya ditemani si nelayan – Pak Warji (0815 4821 5835) menuju ke sisi barat pulau nusa kambangan yang dapat ditempuh selama 10 – 15 menit. Sesampainya dipulau tersebut, saya diantar ke pintu gerbang untuk membayar tiket masuk seharga Rp 3,500 dan diantar oleh seorang guide yang bernama Mas Aries ( 0858 4260 1699). Ia membawa saya masuk kedalam hutan hujan tropis yang masih cukup lebat dengan fauna yang beragam mulai dari macan kumbang, rusa hingga ular berbisa.
Dengan membawa sebatang golok dan tanpa alas kaki, mas Aries bercerita bahwa sebelum menjadi guide di pulau ini, ia harus menjalani semacam lelaku seperti berpuasa sambil mengitari seluruh pulau nusa kambangan. Jalanan cukup sulit karena masih tanah dan berbatu kasar serta agak licin, maka saya sarankan agar memakai sepatu kets. Dipulau ini terdapat beberapa macam gua yang masih wingit alias angker sehingga disarankan agar tidak mempunyai niat yang buruk serta dilarang berkata kotor agar terhindar dari malapetaka.
Saya diajak ke benteng peninggalan Portugis yang sudah dirambatin pepohonan dan ilalang. Akar2 pepohonan menjalari sebagian besar benteng tersebut dan membuatnya menjadi begitu eksotis bagi saya. Bisa dibayangkan ratusan tahun lalu, penjajah berada dipulau ini. Kini benteng tersebut hanya dijadikan tempat untuk melakukan ritual dan bahkan mas Aries dengan entengnya bercerita bahwa beberapa mahluk halus terdapat dimuka benteng dengan berbagai macam rupa.
Benteng ini terasa begitu magis buat saya tapi juga sangat eksotis, ruang demi ruang saya lewati mulai dari dapur, ruang medis, ruang penjara dan bahkan ruang meriam kuno. Dua buah meriam kuno masih terdapat dipulau ini dan beratnya mungkin ratusan kilo. Wow...sungguh indah dan sayangnya meriam ini harus ditempatkan dimuseum bukan dibiarkan lapuk oleh waktu. Ironis memang melihat bangsa ini semakin melupakan sejarah. Di negri tetangga sebuah meriam bisa dijadikan tempat sejarah yang menarik....
Pantai Pasir Putih, sebuah pantai kecil dengan butian pasir halus mengingatkan saya seperti dipantai Padang-Padang dekat Uluwatu, Bali. Pantai ini masih sangat perawan dan sayang beberapa pengunjung sepertinya tidak menjaga kebersihan. Mereka membuang sampah sembarangan dan saya baru sadar bahwa memang tidak ada tempat sampah dilokasi ini. Arghh seandainya.....
Tadinya saya akan diajak kebeberapa tempat lagi Cuma saya tolak karena waktu yang tidak cukup, akhirnya saya pulang. Dalam perjalanan pulang saya seperti mendapatkan bantuan tenaga, karena saya membawa tas punggung dengan beban yang cukup berat tapi saya bisa menaiki jalan yang cukup terjal. Tiba-tiba ada sebuah auman dan mas Aries segera bergegas menghampiri kesebuah sungai kecil. Tapi seperti macan kumbang tersebut sudah menghilang dalam hutan setelah mendapatkan mangsanya. Peristiwa tersebut cukup membuat hati ini bergidik karena suaranya yang khas.
Setibannya di base camp, saya membeli minuman dan dingin serta tidak lupa memberikan tips kepada mas aries atas jasanya mengantar saya kedalam pulau nusa kambangan. Akhirnya saya menemui Pak Warji yang sedang merokok dan saya minta diantarkan kembali ke teluk penyu. Sebuah perjalanan yang mendebarkan dan tidak terencana, akhirnya saya bisa menginjakkan kaki dipulau mistis ini. Marvellous........