Pada tahun 1981, gedung ini dikelola oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, hingga bagian kanan gedung tua tersebut dijadikan sebuah sekolah menengah atas (SMA 4 – kalau tidak salah) negri
Ingatan saya seperti kembali ke masa lalu. Sambil duduk di sebuah bangku taman didepan bangunan putih jaman kolonial, saya memandang sebuah bangunan tua yang memanjang ke belakang. Saya dulu pernah mengambil kursus di IEC cabang Gambir pada tahun 1990 - 1991. Setelah pulang sekolah dan tidur siang sebentar, saya langsung diantar oleh Bapak naik mobil untuk kursus bahasa Inggris di IEC. Sesampainya disana, saya tidak langsung masuk kelas, saya biasa duduk ditaman sambil beli minuman ringan atau melihat pameran seni yang berada di gedung utama.
Sementara sebelah kanan, saya bisa melihat anak-anak SMA sedang asyik belajar dari balik jendela besar yang berada di gedung tua tersebut. Dari sinilah saya belajar mengenal galeri seni, terkadang saya bosan dengan pelajaran yang diberikan oleh pengajar di kursus bahasa Inggris tersebut. Karena tidak interaktif dan juga pelajarannya sudah saya mengerti, maklum dari kelas 3 SD saya sudah mendapatkan les bahasa Inggris. Akibatnya saya sering membolos dan terkadang hanya sekadar absen saja dikelas setelah itu keluar dan lebih banyak nongkrong di taman depan galeri nasional.
Berbagai macam karya seni saya nikmati di galeri ini dan secara tidak sadar interaksi saya dengan kesenian terbentuk dari pertemuan kursus bahasa Inggris tiap 2 hari sekali dilokasi ini. Sekarang, semua sudah berubah total!!
Gedung sisi kanan galeri seni yang dulunya adalah SMA kini sudah dikosongkan dan ruang-ruang kelas yang berdiri megah dan kelihatan anggun kini tampak bersih. Lokasi sekolah telah dipindahkan ke sebuah tempat. Lokasi les bahasa Inggris IEC juga sudah dikosongkan. Ruang kelas saya dulu yang sempat saya singgahi hanya selama 6 bulan, kini juga kosong melompong. Bangunan tersebut tampak lebih rapid dan dibuat minimalis modern bagian depannya. Sebuah seni kriya dipajang dihalaman depan gedung tersebut. Saya masih ingat betapa bandelnya saya waktu itu karena sering membolos kursus.
Tidak ada lagi keramaian, penjual makanan/minuman yang berjualan ditaman, tidak ada lagi riuh rendah suara anak murid yang sedang belajar, tidak ada lagi suara guru yang sedang mengajar bahasa Inggris. Semuanya berubah menjadi sunyi sepi……..kesunyian menyelimuti kawasan Galeri Nasional Indonesia. Bahkan dalam pameran lukisan Salim 100th Anniversary kali ini hanya disinggahi oleh 5 (
Ingin rasanya membuat suasana dikawasan Galeri Nasional Indonesia ini kembali ramai seperti dulu, seperti halnya galeri seni nasional di
Sebuah billboard raksasa dan iklan di media cetak belum tentu bisa mendatangkan pengunjung apabila berhubungan dengan pameran seni. Pameran seni bagi masyarakat
http://www.galeri-nasional.or.id/
No comments:
Post a Comment