Thursday, December 8, 2011

Tips Wisata di kota Ho Chi Minh, Vietnam

  • Setiap negara mempunyai keunikan tersendiri dan bahkan membuatnya menarik untuk dinikmati sebagai petualangan wisata yang mengasikan  dengan pengalaman wisata, kuliner bahkan hingga berbelanja. Berikut ini beberapa tips yang mungkin berguna bagi teman-teman yang ingin berwisata ke kota Ho Chi Minh, Vietnam.



  • Penerbangan ke kota Ho Chi Minh atau Saigon di Vietnam daoat ditempuh dengan pesawat AirAsia atau Lion Air. Dan perjalanan ditempuh selama 3 (tiga) jam penerbangan ke kota Saigon dari bandara Soekarno Hatta, Jakarta.
  • Tidak dibutuhkan form kedatangan (arrival) diimigrasi Vietnam, jadi jangan heran ketika pesawat akan mendarat, para pramugari tidak akan memberikan form arrival bagi wisatawan asing yang berkunjung ke Vietnam dan tentu saja bebas visa buat paspor Indonesia. 
  • Bandara International Tan Son Nhat di kota HCMC sama seperti terminal 3 Soeta dan cukup modern dan bersih. Taxi kekota bisa dibeli di counter taxi yang berada di dalam bandara, ada dua yang terkenal yaitu Vinasun atau Mailinh Taxi. Harga dari bandara ke kota berkisar 150.000 DNV atau Dong Vietnam.
  • Bawalah uang US Dollar untuk memudahkan transaksi pembayaran atau penukaran ke mata uang Vietnam yaitu Dong. Harga 1 USD = 21,000 DNV, jadi 100 USD = 2,100,000 DNV yang bisa Anda dapatkan di money changer dalam bandara.
  • Pengemudi taxi di kota HCMC tidak bisa berbahasa Inggris sehingga Anda bisa mengambil peta yang berada didalam bandara, dan tunjukkan di hotel mana Anda tinggal. Taxi Vinasun dan Mailinh selalu menggunakan argometer yang dimulai dari harga 10,000 - 10,500 DNV dan yang tertera di argo hanya 2-3 digit angka, yaitu 10 - 10,5 dan cukup kalikan dengan 1000 dong.
  • Mobil di Vietnam memakai stir kiri bukan stir kanan seperti di Indonesia, sehingga semuanya terasa seperti di Perancis atau di Amerika Serikat.
  • Jalanan di kota HCMC sebenarnya cukup rapi dan bersih, tetapi pengendara motornya sangat kurang ajar. Para pengendara motor dikota ini, masih belum menghargai para pejalan kaki sehingga mereka sering mengebut dijalanan. Berhati-hatilah ketika menyebrang jalanan. Ada ratusan ribu dan mungkin jutaan motor di kota ini dan prilaku naik motornya masih sangat kurang.
  • Lampu merah di kota ini banyak yang tidak berfungsi, sehingga betrhati-hatilah ketika menyebrang jalan. Pastikan bahwa kendaraan sudah berhenti dan apabila lampu merahnya mati, maka pastikan Anda menyebrang dengan super hati-hati.
  • Berhati-hatilah dengan copet dikota ini, mereka bisa beroperasi didalam pasar dan bahkan bisa menarik tas Anda ketika berjalan. Hampir sama dengan di Jakarta, jadi tidak usah khawatir selama Anda tidak menggunakan perhiasan yang mencolok serta waspada terhadap tas Anda.
  • Taman-taman yang indah dan rindang, harus Anda nikmati ketika berkunjung ke kota ini. Dan bahkan ada satu taman yang dipenuhi dengan patung-patung, mirip dengan taman kota Menteng. Pada malam hari, beberapa taman kota sangat gelap dan rawan kejahatan.
  • Hotel, sangat disarankan Anda menginap di area yang dekat tempat wisata dan wisata belanja seperti dikawasan Ben Tanh Market. Ada puluhan hotel yang bagus, bersih dan murah. Cek di www.agoda.com atau www.booking.com untuk melihat tarif hotel dan lokasi hotel.
  • Kuliner, ada banyak pilihan kuliner tetapi semuanya non halal dan tidak disarankan bagi umat muslim. Pho atau mie beras ala Vietnam adalah yang harus dinikmati karena rasanya yang lezat dan mintalah kepada pelayan untuk tidak memakai daging babi dan ganti dengan daging sapi apabila makan di hotel. Tetapi makan Pho di pinggir jalan sangat tidak disarankan bagi umat muslim, karena pasti mengandung babi. Di depan hotel Hoang Hai Long dekat pasar Ben Tanh Market, ada warung makan muslim tetapi hanya buka dimalam hari saja. Siang hari, bagi yang muslim bisa makan junk food seperti KFC atau Pizza Hut yang bisa ditemui dibeberapa tempat.
  • City Tour, pilihan hotel akan menjadi salahsatu pilihan apakah anda ingin jalan-jalan sendiri tanpa ikut tour atau mengambil paket tour di hotel. Pilihan paket tour dihotel senilai 325,000 DNV/orang dan tidak termasuk tiket masuk dan makan/minum. Sementara kalau Anda tinggal di sekitar Ben Tanh Market, maka Anda bisa menikmati wisata kota yang berdekatan dan tidak terlau jauh. Cukup berbekal peta gratis, nikmati jalan-jalan wisata pagi dikota HCMC.
  • Udara di kota Saigon sama dengan di Jakarta dan bahkan tidak ada perbedaan waktu antara Jakarta dan Saigon. Bawalah sunblock, topi dan kacamata hitam dan memakai baju berbahan katun karena cuaca sangat panas disiang hari, serta air mineral yang bisa dibeli dimini market.
  • Museum di kota HCMC tutup pada hari senin dan serta pas jam makan siang antara 12.00 - 13.00. Dan baru bisa dibuka lagi setelah jam makan siang. Tiket museum relatif murah sekitar 15,000 DNV untuk Museum perang dan 30,000 DNV untuk istana reunifikasi. Masuk ke istana, Anda tidak perlu memakai baju yang formal, celana pendek dan kaos T Shirt pun diperbolehkan masuk kedalam istana ini.
  • Water Puppet Show alias wayang air khas Vietnam, tiket pertunjukkan senilai 120,000 DNV/orang apabila Anda membelinya langsung di tempatb pertunjukkan. Tetapi Anda bisa membelinya dikantor pos pusat samping gereja Notre Dame senilai 150,000 DNV/orang. Apabila Anda tinggal di Ben Tanh Market, tidak perlu naik taxi ke water puppet show, cukup jalan kaki saja yang ditempuh selama 15 menit. Karena kalau naik taxi, akan diputar oleh supir taxi biar terlihat jauh dan argonya senilai 35,000 DNV.
  • Wisata Belanja, pasar Ben Tanh adalah gudang belanja pernak pernik khas Vietnam. Tapi jangan kaget apabila banyak barang-barang seperti dari Cina mulai baju, tas, sendal hingga kain-kain. Karena jarak Vietnam dan Cina tidak jauh, sehingga barang-barang impor Cina merajai dipasar ini. Tetapi untuk barang-barang kerajinan khas bisa ditemukan disini, berikut ini tips kecil belanja dipasar ini,
  1. Pasar ini hanya buka dari pukul 06.30 - 18.00 waktu Vietnam. Bagian belakang pasar khusus untuk sayuran, daging dan bahkan warung kecil.
  2. Mata uang yang digunakan yaitu Dong Vietnam dan US Dollar. Lebih baik pakai mata uang Dong karena lebih mudah dibanding dengan harga USD.
  3. Banyak pedagang tidak bisa bahasa Inggris, tetapi mereka ada yang bisa bahasa Melayu atau bahkan bahasa Perancis, maklum dulu mereka jajahan Perancis.
  4. Bawalah kalkulator kecil, hampir semua pedagang disini menggunakan kalkulator untuk alat transaksi dan tawar menawar.
  5. Jangan takut untuk menawar hingga 50%nya dari harga penawaran. Apabila pedagang tidak menanggapi tawaran Anda, tinggalkan dan berharap ia memanggil Anda kembali. BIla tidak, tinggalkan saja, karena masih banyak pedagang serupa dipasar ini.
  6. Para pedagang dipasar ini suka menarik tangan para pembeli, dan bersikaplah sopan ketika mereka menarik tangan Anda agar tertarik untuk membeli. 
  7. Yang harus dibeli disini yaitu kaos khas Vietnam seharga 60,000 DNV untuk kualitas yang biasa, kaos yang bagus seharga 200,000 DNV. Kopi Vietnam dengan alat saringnya seharga 70,000 DNV perpaket serta gelang giok/kalung giok seharga 200,000 DNV setelah ditawar. Giok dipasar ini harganya sangat murah dibanding di Jakarta dan kualitasnya bagus dan bahkan ada yg berlapis emas murni dengan harga jual USD.
  8. pernak pernik khas Vietnam mulai dari boneka Vietnam girl seharga 100,000 DNV, gantungan kunci seharga 30,000 DNV serta kotak perhiasan, hiasan dinding, kipas, dll.
  9. ada toko yang memakai tulisan FIXED PRICE alias tidak bisa ditawar, tetapi masih banyak yang tanpa NON FIXED PRICE alias tawar sampe dapat yang termurah.
  10. Jajanan khas Vietnam, makanannya hampir sama dengan buatan Cina. Tapi bila Anda suka kacang-kacangan, dll bisa Anda dapatkan dengan harga pas dan tidak bisa ditawar.
  11. Pasar malam Ben Tanh bisa dinikmati dari pukul 19.00 - 23.00 dan hati-hati karena harga ditawarkan jauh lebih mahal dibanding pasar yang buka pagi sampai sore hari. Misalkan kaos seharusnya seharga 60,000 DNV, disini dijual seharga 300,000 DNV. Beranilah menawar dipasar ini, apabila tidak diberi, tinggalkan dan belilah dipasar paginya.
  12. Makan malam dipasar malam ini, lumayan murah dan pukul 23.00 mereka sudah bebenah untuk menutup warung.
  • Wisata Sungai Mekong, bisa mengambil tour ini dihotel tempat Anda menginap. Tetapi harganya cukup mahal sekitar 110 USD untuk 1 orang, apabila 2 orang atau lebih harganya bisa lebih murah lagi, mulai dari 59 - 30 USD untuk 2 - 8 orang. Dan tour ini bisa seharian penuh.
  • Wisata Chu Chi Tunnels, bisa mengambil tour ini dihotel seharga 260,000 DNV/orang dan berangkat pukul 08.00 dan kembali pukul 14.30. Disini bisa menyaksikan lorong bawah tanah semasa perang Vietnam.
  • Masjid dan Gereja, walau negeri komunis tetapi kini mereka lebih modern, umat muslim dan katolik bisa beribadah dengan tenang dikota ini. Masjid hanya ada dibeberapa tempat dikota ini sehingga agak menyulitkan bagi umat muslim, terutama petunjuk sholat didalam kamar. tetapi biasanya hotel bintang 4-5, sudah menaruh petunjuk kiblat didalam kamar hotel. Konon pemeluk Katolik di Vietnam, nomor 2 di Asia Tenggara setelah Filipina dengan komunitas Katolik Roma, tetapu saya tidak terlalu yakin karena pemeluk Katolik di Indonesia masih lebih besar dibanding negeri komunis ini.
  • Barang-barang mewah bisa ditemukan di kota HCMC dan tentunya didalam butik yang ekslusif. Harganya pun membuat kepala pusing karena banyak nolnya, misalkan untuk sepasang sepatu Bally saja seharga 21,000,000 DNV atau Rp 10,000,000/pasang, tentu lebih mahal dibanding di Jakarta. Bahkan semua barang didalam mal, harganya menakjubkan, untuk sebuah kaos Polo saja dihargai 600,000 - 1,000,000 DNV perkaos. Wow!!
  • Warung kopi ala Vietnam disore hari, dekat pasar Ben Than ada sebuah warung kopi dengan berbagai varian kopi yang diolah langsung dari biji kopi dengan berbagai pilihan. Harganya mulai dari 25,000 - 80,000 DNV pergelas. Rasanya pun sangat nikmat bagi para pecinta kopi, terutama sambil duduk dibangku kecil depan warungnya dan menikmati kota ini disore hari. Warung kopi ini buka dari jam 06.00 - 23.00 setiap hari.
  • Makanan tradisional, bisa Anda nikmati dipasar malam mulai dari roti sandwich ala Vietnam, cumi goreng, ketan rebus, kacang rebus, jagung rebus hingga buah-buah segar yang sudah dipotong. Harganya pun murah, dan hati-hati jangan sampai ditipu, biasakan tanya harga sebelum membeli. 
  • Bus kota, depan pasar Ben Tanh ada banyak pilihan sesuai tujuan Anda, bahkan ada yang bisa membawa Anda sampai ke kota Da Lat, Na Thrang hingga Pnom Penh atau Siem Reap di Kamboja.
  • Makan di bandara Tan Son Nhat, sangat mahal. Misalkan burger king bisa seharga 150,000 - 200,000 DNV. Dan bahkan makan di restoran ala singapura dipatok dengan harga USD.
  • Tempat wisata selanjutnya bisa ke kota Da Lat, Na Thrang, Danang, Halong Bay dan Hanoi...

Selamat berwisata....dan siap2 tas Anda full oleh-oleh...

Wednesday, December 7, 2011

Minggu Pagi di Saigon - Part 2

Ho Chi Minh, 27 November 2011 - hari yang cerah dikota Saigon padahal sebelumnya diguyur hujan. Agenda pertama yaitu makan pagi dihotel, yang harus saya cicipi adalah Pho alias mie dari beras ala Vietnam yang menyegarkan. Tentu saja saya pilih yang tanpa daging babi, dan rasanya sangat menyegarkan...mie beras + daging sapi + kuah yang menyegarkan + daun ketumbar...patut diacungi jempol...juara deh. 

Pukul 09.30 pagi, perjalanan dimulai dengan menyusuri pasar Ben Than, pasar yang dibangun tahun 1912 ini oleh penjajah Perancis mengingatkan saya akan pasar Beringharjo di Yogya atau pasar Klewer di Solo. Desain pasarnya pun mirip buatan arsitek Belanda terkenal yaitu Thomas Karsten, salahsatu arsitek favorit saya. Beliau membuat pasar yang sesuai dengan keadaan di Jawa dan beriklim tropis. Sama seperti pasar Ben Than, walau hanya 1 lantai tetapi memiliki atap yang cukup tinggi sehingga membuat sirkulasi udara cukup baik. Berada didalam pasr Ben Than, saya seperti di Yogyakarta, para pedagang saling berhimpitan di losnya dan terkadang mereka menarik tangan kita untuk menjajakan daganganya. Pagi ini dilalui tanpa berbelanja mengingat kami harus city tour.

City Tour yang ditawarkan dihotel seharga 325.000 DNV atau setara Rp 162,500/orang dan tidak termasuk uang masuk serta minum selama perjalanan, jadi cukup mahal bagi kami. Setelah melihat peta jalan di Saigon yang kami dapatkan di bandara, alhasil kami menyusuri jalanan di Saigon pagi hari.

Dari pasar Ben Than kami hanya perlu jalan lurus menuju ke gedung Committe Hall alias Balai Kota, sepanjang jalan kota Saigon dipenuhi pohon mahoni yang sudah berusia puluhan tahun dan sangat rindang. Senang rasanya melihat sebuah kota yang penuh dengan pohon-pohon besar menjulang tinggi dan memberikan keteduhan bagi pejalan kakinya. Saya iri dengan kota saigon, mengingatkan saya dengan kota Bandung sebelum ada jalan layang Pasteur. Jalan layang pasteur dulunya dipenuhi pohon-pohon besar yang rimbun. Kini hanyalah panas yang menerpa disiang hari...Pedestrian di Saigon pun bisa dinikmati oleh penyandang cacat, khususnya tuna netra. Ada semacam line khusus bagi tuna netra. Dan ternyata ada jalan Pasteur dikota Saigon, wah serasa dikota Bandung tempo dulu rasanya...

Kami berempat tiba dihotel de ville de Saigon yang kini beralih fungsu menjadi Balai Kota Saigon, bangunan antik khas Perancis ini sangat lah cantik. Taman luas didepannya menjadi tempat berfoto bagi para wisatawan dan tentunya sebuah patung Paman Ho Chi Minh yang disakralkan. Hingga kini masih ada karangan bunga dibawah patung beliau. Taman dikota Saigon sangatlah terawat dengan beberapa tanaman bonsai yang cantik....argh seandainya Jakarta memiliki taman seperti ini. Dan yang tidak kalah terasa adalah nuansa kapitalis dinegri komunis ini. Patung Paman Ho Chi Minh dikelilingi bangunan modern serta butik mewah kelas dunia mulai dari Bally hingga Louis Vuitton yang tentu saja tidak sejalan dengan ajaran komunisme dimasanya...tapi kata alm. Deng Xioping di China...tidaklah salah untuk menjadi kaya. Dan kini raksasa komunis seperti Cina dan Russia sudah dilanda kapitalisme dan konsumerisme oleh warganya. Semangat boleh komunis tetapi kebutuhan tetap lah tinggi akan barang2 mewah....

Perjalanan diteruskan menuju kesebuah taman yang dikelilingi oleh wanita-wanita cantik, ah ternyata pagi itu sedang ada kandidat miss vietnam 2011 sedang temu warga ditaman pada hari minggu. Saya pun buru-buru ingin berfoto dengan wanita vietnam yang cantik. Akhirnya saya tahu, mengapa amerika suka vietnam, wanita vietnam cantik-cantik, berkulit putih bersih khas asia serta berbadan ramping. Sampai teman wanita saya bergumam, kenapa tidak ada wanita gemuk ya dikota ini. Rata-rata wanita vietnam berbadan ramping sesuai baju khas vietnam seperti cheongsam...dan tentu tidaklah dilupakan senyuman wanita vietnam...membuat hati pria dag dig dug...

Gedung Opera, salahsatu gedung tua diujung taman untuk konser musik atau drama yang dibangun oleh penjajah Perancis, tepat disampingnya berdiri Hotel Intercontinenal Saigon...sebuah hotel tua tempat tetirah para kompeni Perancis yang sangat megandrungi seni bernilai tinggi dan segala sesuatunya yang mewah. Bangunan hotelnya pun gabungan antara art deco serta renaisance. Disepanjang jalan banyak terdapat galeri seni, dan lukisannya bagus dan tentu dengan harga yang mahal sampe dipatok dengan USD - untuk harga turis. Sehingga saya sendiri tidak berani menawarnya, takut ngggak cukup uangnya...hehehe.

Cathedral Notre Dame adalah tujuan kami, gereja ini dibangun pada 1887 oleh pemerintah kolonial Perancis dan memakai batu bata merah, Sekilas sangat mirip dengan katedral notre dame di Paris dan katedral di Jakarta. Cukup luas tetapi berada dipersimpangan jalan dikota Saigon. Pukul 11.00 pagi, umat Katolik baru saja selesai beribadah dan beberapa anak muda sedang asyik sketching dipelataran gereja. Nuansa yang sanget menyenangkan dan terasa begitu rileks dikota ini. Beberapa pasang pengantin sedang melakukan pose pre wedding didepan atau disamping gereja yang sangat artistik ini. Teman saya segera menuju kedalam gereja untuk berdoa dan saya mengabadikan gereja ini dari beberapa angle.

Tepat disebelah kanan gereja terdapat Kantor Pos Pusat Saigon, gedung tua bernuansa renaisance ini dibangun pada abad ke 19 untuk memenuhi kebutuhan warga Perancis dan Saigon berkirim surat atau melalui kawat telegraf. Lantainya yang klasik mengingatkan saya pada bangunan tua dikota Semarang. Didalam kantor pos ini, saya bisa menghubungi mama di Jakarta melalui layanan wartel. Biayanya cukup murah, hanya 6.000 DNV untuk sekali telpon ke HP mama di Jakarta. Karena saya tidak membeli sim card Vietnam seperti di Bangkok waktu itu. Maklum dibandara tidak ada informasi penjualan sim card HP untuk blackberry seperti di Bangkok cukup dengan 299 Bhat bisa berlangganan BB selama 3 hari.

Dikantor pos ini, kita bisa membeli kartu pos Vietnam,dan souvenir lainnya. Kami bahkan membeli tiket pertunjukkan Water Puppet Show alias wayang air Vietnam seharga 150,000 DNV/orang atau sekitar Rp 75,000/pax. Selepas dari kantor pos, kami menuju sebuah mall kecil berlantai 4 untuk mendinginkan badan sejenak. Maklum matahari cukup terik diminggu pagi.

Didepan mall tersebut terdapat sebuah taman yang cukup luas dengan pohon mahoni yang tinggai dan besar. Cukup bersih untuk kota Saigon dan banyak warga yang sedang beristirahat siang itu ditaman-taman kota. Reunification Palace adalah tempat kami selanjutnya, tetapi sayang karena kami tiba pukul 12.00 ternyata istana sedang tutup dan baru akan buka kembali pukul 13.00. Terpaksa kami kembali kedalam mall dan meencari food court yang berada dilantai 4 mal tersebut. Ada KFC dan Pizz Hut sehingga membuat saya merasa nyaman dan tidak khawatir makanan non halal. Harga satu paket KFC + minum = 50,000 DNV = Rp 25,000.

Jam 13.00 waktu Saigon, kami meneruskan perjalanan ke Istana reunifikasi yang berhalaman luas. Tiket masuknya seharga 30,000 DNV atau setara Rp 15,000/pax dan pengunjung tidak harus memakai busana formal seperti ketika memasuki istana di Indonesia atau negara lain. Disini turis asing dengan celana pendek atau kaos tank top pun bebas memasuki istana ini. Puluhan pengunjung lokal dan beberapa turis asing mengikuti penjelasan dari tour guide yang sangat informatif. Setiap sisi ruangan istana dijabarkan fungsi dan sejarahnya. istana dengan 4 tingkat ini berdesain art deco dan bahkan hampir mirip dengan bangunan Aldiron plaza, ex bangunan mabes TNI AU di Pancoran. Tidak secantik istana di Indonesia....Dari tingkat atas istana, kita bisa melihat kota Saigon yang dipenuhi dengan gedung-gedung tinggi dan taman kota yang hijau. Koq saya jadi teringat salahsatu bangunan dikota ya...yaitu gedung BNI 46 tempat dulu saya les LIA dan sering blusukan keruangan didalamnya yang sangat luas dan berbau tempo dulu...arghh...

Selesai berwisata ke istana, dilanjutkan perjalanan menuju ke museum perang. Ketika dijalan kami hendak membeli kelapa muda dan dikenakan harga 50,000 DNV perkelapa alias kami ditipu. Ah tak apalah, bagi2 rejeki...sama siabang pembawa kelapa muda.

Jarak dari istana ke museum tidaklah terlalu jauh, hanya sekitar 10-15 menit perjalanan saja. War Remnants Museum adalah sebuah monumen perang yang menyimpan berbagai cerita perang vietnam yang memilukan. Harga tiket masuknya hanya 15,000 DNV alias Rp 7,500/pax saja...cukup murah. Bangunan berlantai 3 ini dipenuhi turis asing.

Lantai 1 diisini mengenai propaganda perang antara vietnam utara yang komunis dan vietnam selatan yang republiken dan didukung oleh US. Lantai 2 berisikan dokumen fotografi dari 134 wartawan dari 11 negara yang terbunuh selama perang 10.000 hari di Vietnam. Kisah sedih pembunuhan dan lain sebagainya bisa ditemukan di bagian fotografer dari Jepang.

Lantai 3 berisikan mereka yang dipenjara dan ada 3 juta rakyat Vietnam yang meninggal selama perang 10.000 hari. Keganasan,kesadisan selama perang ditunjukan disini dan air mata hanyalah penyesalan akibat perang. Perang hanya membuat rakyat kecil menderita. Banyak dari pengunjung yang menitikan airmata ketika melihat kekejaman perang dari balik kamera. Dan bahkan para penderita cacat akibat bom orange amerika yang mengandung bahan kimia berbahaya juga dipamerkan disini. Miris melihat anak-anak muda tanpa tangan, buta, kaki yang mengecil, bentuk badan yang tidak normal, sangatlah menyedihkan....saya benci perang.



















2 jam hampir kami habiskan dimuseum ini, dilantai satu kita bisa membeli barang-barang hasil kerajinan para penderita cacat akibat perang. Dari museum ini kami kembali ke hotel dengan naik taxi seharga 35,000 DNV.

Tuesday, December 6, 2011

Minggu Pagi di Saigon

Jakarta, 26 November 2011, waktu yang ditunggu telah tiba. Penerbangan ke Ho Chi Minh atau Saigon akan dimulai dalam waktu beberapa saat lagi. Sabtu siang, saya segera meluncur ke Terminal 3 Soekarno Hatta Airport karena takut terhadang macet akibat pesta pernikahan anak orang nomor 1 di Indonesia. Pukul 15.30 saya sudah tiba di terminal 3 dan berjumpa dengan rekan2 yang siap berangkat ke Saigon. Dan penerbangan harus tertunda selama 1 jam dari seharusnya berangkat pukul 16.40 menjadi 17.40 WIB. Hampir satu pesawat airasia penuh oleh penumpang dari Jakarta dan warga Vietnam yang ingin balik setelah melihat Sea Games di Jakarta.

Pukul 20.40 kami mendarat di Tan Son Nhat International Airport, yang cukup mengagetkan ketika hendak mendarat, para penumpang yang khusunya warga negara asing tidak diberikan slip dokumen imigrasi untuk arrival/kedatangan. Jadi ternyata khusus untuk berkunjung ke Vietnam, para wisatawan asing tidak perlu mengisi slip dokumen kedatangan seperti kita mau masuk ke Malaysia, Singapore atau Thailand. Hmmm...mungkin negri ini tidak mengkhawatirkan pendatang asing seperti di negri jiran.

Bandaranya cukup modern dan bersih, selesai dibangun bulan September 2007 dan dapat menampung 8 - 10 juta penumpang setahun. Cukup terkejut dan takjub melihat pemerintah Vietnam bisa membangun bandara yang modern. Ketika selesai dari pihak imigrasi, kami berempat segera menuju ke money changer. Sangat disarankan ketika berkunjung ke Vietnam, Anda sudah siap menukarkan rupiah ke USD sehingga ketika tiba dibandara langsung menukarkan USD ke mata uang Dong Vietnam yang seharga 1 USD = 21,000 DNV atau setara Rp 1 = 2,5 DNV. Jadi saya mendapatkan uang sebanyak 2,100,000 Dong Vietnam untuk setara 100 USD. Uang pecahan Dong, dimulai dari 10 ribu, 20 ribu, 50 ribu, 100 ribu dan 200 ribu. Mintalah uang pecahan kecil ketika anda menukarkan USD dan lebih baik menukarkan di bandara dan jangan dihotel karena bedanya sekitar 50,000 Dong.

Selesai menukarkan uang, kami menuju taxi rental yang terdapat didalam bandara. Ada dua taxi terkenal yaitu Vinasun dan Mailinh. Tarif taksi dari bandara menuju ke hotel di Ben Than Market yaitu 150,000 DNV dan dengan waktu tempuh 45 menit. Karena kami berempat, jadi taxinya berupa Toyota Kijang, sehingga cukup lega untuk kami berempat dan bisa menaruh barang. Semua mobil di Vietnam ternyata memakai stir mobil di kiri, sama seperti di Amerika Serikat. Padahal semua negara di asia tenggara memakai mobil stir kanan bukan di kiri, maklum mereka jajahan Perancis dan USA.

Malam minggu di Saigon, sangatlah ramai. Hampir 90% jalanan dikuasai oleh pengendara motor terutama kamu muda mudi. Dan mereka sangat terbuka sekali ketika berpacaran disepanjang taman-taman kota di Saigon. Para wanita sedang ngetrend celana atau rok super mini dan helm motor mereka masih bukan helm SNI, masih pakai helm cepol atau helm proyek. Perjalanan tersendat karena ramainya penduduk Saigon yang bermalam minggu.

Pukul 22.00 kami tiba dihotel Hoang Hai Long 2 yang hanya terletak 10 meter dari pasar Ben Than yang terkenal. Namun sayangnya malam itu, hotel sedang mengalami kerusakan pipa air sehingga tidak ada air dilantai atas sehingga kami harus dipindahkan ke hotel yang sama dengan tempat yang berbeda. Kami kembali menaiki mobil dengan supir taksi yang tidak mengerti bahasa Inggris sehingga harus menggunakan bahasa isyarat dan dibantu dengan petugas hotelnya.

Hotel Hoang Hai Long 1 cukup bersih dan menyenangkan, rujukan buat Anda yang hendal berkunjung ke HCMC atau Saigon. Kami berempat mendapatkan kamar dilantai yang berbeda, ketika memasuki kamar, saya merasa nyaman dengan kamar mandi bathtub, TV, dll. Setelah rehat sejenak, mandi dan ganti pakaian, kami melanjutkan keluar hotel.

Kota Saigon baru saja dibasahi oleh hujan dan kotanya tetaplah ramai. Dari hotel, kami berjalan sekitar 15 menit menuju ke pasar malam samping Ben Than Market. Sejumlah pedagang menjajakan baju hingga pernak-pernik souvenir vietnam. Tips: jangan lupa menawar dan bawa kalkulator. Harga barang dipasar malam ini lebih mahal dibanding harga barang di pasar Ben Than. Pasar Ben Than hanya buka dari jam 06.00 - 17.00 dan waktu Saigon sama dengan waktu Jakarta.

Saya dan teman sempat dibohongi ketika berniat membeli sebuah kaos bergambar bendera Vietnam. Kaos dengan kualitas yang biasa dihargai 390,000 DNV dan saya menawar 150,000 DNV. Ternyata esok paginya, saya mendapati kaos tersebut dengan material yang sama dihargai hanya 60,000 DNV saja setelah ditawar. Jadi seharusnya kami berdua, masing-masing mendapatkan 2 buah kaos. But it's okay, finally we know the price.

Kemudian kami mencari makan malam, menu makan malam berupa nasi goreng sea food. Dan berhati-hatilah karena kebanyakan non halal alias mengandung babi. Bagi yang muslim, kalian bisa makan didepan hotel Hoang Hai Long karena ada resto halal dan bukanya hanya malam hari saja. Menu makanan halalnya tidak terlalu banyak tetapi cukup untuk makan, dan esoknya bisa makan KFC atau junk foods lainnya.

Setelah selesai makan malam yang seharga nasi goreng seafood 35,000 DNV + air kelapa 15,000 DNV = total 50,000 DNV sangatlah murah seharga Rp 25,000 buat wisatawan asing. Dan kini waktunya tidur untuk menikmati kota Saigon diminggu pagi....


Thursday, December 1, 2011

China Market in Saigon




Nuansa cina sangat terasa di kota Ho Chi Minh, hingga hampir 90% budayanya sama seperti dikota-kota di Cina. Buah pinang dan sirih juga dijual dipinggir jalan...