Thursday, November 29, 2012

The Story of Katawaktu













Good Bye MULTIPLY and Welcome Here

Tertanggal 18 Juni 2006 pukul 11.00 AM, tulisan blog saya muncul di KATAWAKTU, my lovely blog. Pertama kali menulis blog, tidak tahu harus mulai dari mana. Ada tantangan sendiri bagi saya untuk mencurahkan apa yang ada dihati dan otak mengenai beragam peristiwa yang telah saya alami.

Sementara judul blog KATAWAKTU saya ambil dari buku Gunawan Muhamad yang berjudul sama, dari buku beliaulah saya belajar untuk bebas mengekspresikan segala macam dengan tulisan. Ada kepuasan sendiri ketika saya menulis dan menceritakan kisah mulai dari perjalanan pribadi, pengamatan akan berbagai macam hal mulai dari pasar tradisional hingga kecap. Semua tercurahkan diblog KATAWAKTU di Multiply. Saya mengucapkan terimakasih kepada platform multiply yang bagi saya cukup lengkap dan mudah digunakan.

Kini blog KATAWAKTU sudah berumur 6 tahun dan 6 bulan, tepat tanggal 1 Desember 2012 platform blogging dimultiply akan dihapuskan dan mereka akan fokus untuk jualan. Memang sangat jauh dari awal ketika multiply digunakan bagi sebagian besar untuk menulis blog atau mendownload lagu baru. Kini mereka ingin fokus pada pasar penjualan di Asia Tenggara dan khususnya di Indonesia.

Dengan semakin menjamurnya e-commerce, multiply ingin meraih pasar yang besar di Indonesia khususnya untuk UKM (Usaha Kecil Menengah) yang mana orang bisa berjualan secara online di multiply. Multiply dijadikan sebagai toko virtual yang mana para pembeli tanpa harus repot-repot membuang waktu untuk melihat barang, memilih barang, hingga melakukan pembayaran secara virtual.

Sekali lagi saya ucapkan terimakasih untuk multiply, saya bisa mendapatkan teman-teman baru disana dan bisa mencurahkan apa yg ada dipikiran serta hati saya. Good Bye MULTIPLY...we miss you...
seperti lirik dibawah ini dari The Smiths, Please, Please, Please Let Me Get What I Want......untuk mengiringi penutupan platform blog di multiply sejak tanggal 1 Desember 2012....

Good times for a change
See, the luck I've had
Can make a good man
Turn bad

So please please please

Let me, let me, let me
Let me get what I want
This time

Haven't had a dream in a long time

See, the life I've had
Can make a good man bad

So for once in my life

Let me get what I want
Lord knows, it would be the first time
Lord knows, it would be the first time


and welcome to my new blogs:
http://newkatawaktu.wordpress.com/

http://perjalanankatawaktu.blogspot.com/

Thursday, November 8, 2012

Faktor Kekalahan Indonesia sebagai Tuan Rumah Asian Games 2019

Sedih dan kecewa ketika membaca berita bahwa Indonesia kalah sebagai tuan rumah Asian Games 2019 dari Vietnam selepas sidang OCA di Macau kemarin tanggal 8 November 2012. Bagaikan david melawan goliath, vietnam negara kecil dipercaya menjadi tuan rumah asian games 2019 di kota Hanoi. Indonesia merasa sudah diatas kertas ketika negara lain seperti India, Hongkong, Malaysia, Taiwan dan bahkan United Arab Emirates mengundurkan diri sebagai calon tuan rumah 2019. Bahkan saya pun sangat optimis bahwa Indonesia akan menang karena hanya tinggal Vietnam saja. Ternyata kali ini kita kembali kalah dan harus bersabar sebagai tuan rumah.

50 tahun lalu pada tahun 1962 di era Soekarno, Jakarta menjadi tuan rumah Asian Games yang ke-4 dan segala daya upaya sang Presiden RI waktu itu benar-benar mendukung dan membangun infrastuktur yang layak sebagai tuan rumah yang baik. Stadion Gelora Bung Karno (GBK), Hotel Indonesia, Bunderan HI dan jalan Sudirman - Thamrin menjadi saksi sejarah kekuatan Indonesia dimasa lalu. Untuk menjadi tuan rumah, sebuah negara dan pemimpinnya harus benar-benar serius karena perhelatan akbar olahraga adalah sebuah pride of a nation, yang hanya sekali seumur hidup.

Indonesia mulai mencanangkan diri sebagai calon tuan rumah asian games 2019 sejak tahun 2009 dan baru benar-benar serius mengajukan diri ke OCA sejak tahun 2011 selepas sukses sebagai tuan rumah Sea Games 2011 di Palembang. Menpora bahkan menunjuk kota Surabaya sebagai calon lokasi asian games tersebut. Mengapa harus Surabaya? Itulah pertanyaan dan belum ada jawaban yg signifikan dari pemerintah saat ini mengenai kekalahan Indonesia.

Ada beberapa faktor yang menurut saya kota Surabaya belum siap untuk dijadikan lokasi kota Asian Games 2019 dan mengapa Indonesia gagal, berikut ini kemungkinan faktor-faktor tersebut:
  • Pemilihan kota Surabaya : secara infrastruktur masih belum siap, kemacetan banyak terjadi disetiap tempat. Transportasi massal masih menjadi masalah utama dikota nomor dua terbesar di Indonesia. Surabaya saat ini sudah mempunyai stadion Bung Tomo yang berkapasitas 55.000 penonton dan diresmikan dibulan Agustus 2010 yang lalu. Tetapi insiden mati lampu ketika pertandingan antara QPR vs persebaya beberapa waktu lalu menjadi catatan tersendiri. Sebuah stadion megah yang baru dibangun, tetapi belum siap untuk dari sisi kebutuhan power supply. Dan bahkan dari cerita teman saya yang asli Surabaya ketika menonton pertandingan waktu lalu, bau sampah sempat menyeruak disekitar stadion tersebut. Karena lokasinya dekat pembuangan sampah, mungkin saja ketika tim OCA tiba di Surabaya untuk menilai kesiapan setiap calon kota tuan rumah, bau sampah tidak mungkin dihindari. Karena baunya akan mengikuti arah angin.
  • Kesiapan Indonesia : memang kita telah sukses menjadi tuan rumah sea games 2011 di Palembang dengan upacara pembukaan dan penutupan termegah di asia tenggara saat ini. Tetapi ingat kasus peristiwa korupsi yang terjadi saat pembangunan. Dan bahkan hingga H-1 sebelum acara pembukaan, masih banyak venue yang belum rampung. Bahkan terkesan seperti Loro Jonggrang, membangun sebuah komplek dalam waktu sebulan. Wisma Atlit pun dikorupsi, masih ingat ketika saya membaca di kompas, sebuah kamar mandi atlit ditemukan bak dari bekas cat dan gayung. Sangat memalukan untuk wisma atlet sekelas internasional, kamar mandinya seperti kamar kostan. Hal-hal seperti ini pasti menjadi perbincangan diantara wakil-wakil komite OCA ketika di Macau. Persiapan dan keseriusan adalah menjadi hal utama yang harus diperhatikan dengan hati-hati.
  • Kasus Korupsi : pembangunan komplek olahraga Jakabaring pun dikorupsi oleh tikus-tikus negri ini dan bahkan PON juga mengalami hal sama, lebih parah dari sea games. Menpora pun kini menjadi salahsatu tersangka kasus korupsi. Tentu saja hal ini menjadi preseden buruk bagi keolahragaan negri ini dimata dunia. Para wakil komite OCA pun tidak menutup mata, mereka mencari beragam informasi dari internet, koran, dll mengenai Indonesia. Korupsi sudah menjadi citra buruk bagi negri ini.
  • Presentasi yang buruk : ketika membuka situs youtube dan melihat http://www.youtube.com/watch?v=ZkBapFjGdWA  saya menjadi pesimis ketika melihat video bidding kota surabaya yang terkesan sangat sederhana sekali. Memalukan untuk proses bidding internasional, kita masih menggunakan video sederhana seperti ini. Mungkin saja, video ini masih belum resmi. Seharusnya kita belajar dari Brazil yang sukses menjadi kota Piala Dunia 2014 dan Olimpiade 2016, pemerintah Brazil menyewa jasa konsultan pemasaran yang berhasil memenangkan London sebagai tuan rumah Olimpiade 2012. Mereka benar-benar serius mulai dari video, pemaparan venue, website, mascott, dll hingga melobi setiap negara anggota Olympic Council. Dengan video murahan seperti ini, sudah pasti kita akan kalah. Tidak ada sesuatu yang membanggakan dari video pemaparan bidding ini.
  • Lobbying : hal terakhir yang tidak dilupakan adalah faktor X yaitu melobi setiap wakil dari 45 negara di Asia agar bisa memilih calon tuan rumah. London sampai harus mengirim Perdana Menterinya ke Singapura untuk menjadi calon tuan rumah olimpiade musim panas 2012. Brazil pun tidak kalah, tetapi Indonesia hanya diwakili Menpora, Ketua KONI dan Gubernur Jatim. Presiden hanya mengirimkan video dukungan, sementara beliau sedang sibuk dengan acara Bali Democracy Forum di Bali. Seharusnyanya agenda-agenda penting seperti ini jangan sampai terlewatkan dan kesannya dikesampingkan.
Nasi sudah menjadi bubur, Hanoi sudah terpilih menjadi tuan rumah Asian Games 2019. Vietnam berjaya mengalahkan Indonesia, sama seperti ketika mereka mengalahkan amerika ketika perang vietnam. Pemerintah Vietnam benar-benar serius untuk menjadi kota tuan rumah Asian Games. Tidak ada kabar miring mengenai Vietnam, apalagi kota Hanoi. Sementara kota Surabaya masih identik dengan kasus lumpur lapindo, dll. Dan sepertinya vietnam berhasil melobi negara-negara besar seperti Cina yang tentu saja secara ideologis mendukungnya, sehingga memudahkan jalan bagi Hanoi terpilih sebagai tuan rumah.

Indonesia masih bisa menjadi tuan rumah Asian games 2023 dan apabila bisa memilih Bandung sebagai calon tuan rumah asian games 2023 dengan mengusung tema "The City of Asian Spirit". Karena dari kota inilah tercetus Konferensi Asia Afrika 1955 yang mengilhami negara-negara di Asia untuk merdeka. Tetap semangat Indonesia dan jangan gagal lagi untuk bidding selanjutnya, kalau bisa menjadi calon tuan rumah Piala Dunia 2024 atau Olimpiade 2024/2028...semoga. Amien.

Thursday, September 13, 2012

Chiangmai, Mawar dari Timur

Perjalanan ini sudah lama saya tunggu-tunggu. Setelah beberapa hari menghabiskan malam di kota Bangkok dan Pattaya – Thailand, akhirnya saya harus segera menuju ke bandara. Perjalanan darat dari kota Pattaya menuju ke bandara Svarnabhumi menghabiskan waktu selama sekitar 1 jam melewati jalan tol yang mulus. Untuk memudahkan perjalanan, akhirnya saya mengambil paket antar jemput dari Bell Service Travel seharga B 200/orang. Dari hotel di Pattaya, saya dijemput dengan mobil van untuk diantar ke stasiun bus Pattaya. Dari stasiun bus, kami berangkat dengan bus besar menuju ke bandara.
Pesawat AirAsia yang membawa kami ke Chiangmai tepat berangkat pukul 06.30 PM dan perjalanan udara ditempuh selama 1 jam. Setibanya dibandara Chiangmai yang tidak terlalu besar, kami segera bergegas menuju ke counter taxi yang akan membawa kami ke pusat kota. Kami memesan taxi seharga B 120 yang akan membawa kami ke hotel Lanna Thai. Ternyata supir taxi kami menurunkan kami ke hotel yang berbeda, yaitu hotel Lan Thai. Sehingga kami harus berjalan kaki cukup jauh untuk mencapai hotel yang kami tuju. Udara malam di Chiangmai cukup sejuk, seperti malam di kota Bandung.
Maklum kota ini dikelilingi perbukitan dan bahkan bulan tertentu, temperatur udara cukup dingin. Sejarah panjang mengelilingi kota tua ini. Akhirnya kami tiba di hotel Lanna Thai setelah bertanya-tanya dan melihat peta. Tips : sebelum berangkat pastikan hotel anda sudah benar, karena masyarakat Thai agak susah membaca huruf latin.

Setelah rehat sejenak di hotel, kami langsung menuju Night Bazaar yang hanya berjarak 5 menit jalan kaki dari hotel kami. Pasar malam ini buka dari pukul 18.00 – 00.00 dan bila weekend sampai pukul 01.00. Pastikan anda jangan panic shopping, karena barang-barang kerajinan dipasar ini bisa lebih murah dibandingkan di kota Bangkok. Mulai dari dompet kecil, gantungan kunci dll semuanya bisa ditawar dan bahkan kalau kita ambil jumlah yang cukup banyak bisa mendapatkan bonus. Jangan lupa bawa kalkulator kecil apabila ingin berbelanja.

Saya berhasil mendapatkan penjual batu Giok atau Jade yang cukup murah dan bisa ditawar dengan kualitas yang baik. Bahkan lebih murah dari gelang giok untuk oleh-oleh mama saya, yang beberapa hari lalu saya beli dipasar Chatucak, Bangkok. Dan setelah membeli beberapa kalung dan gelang giok, saya dapat bonus cincin giok. Terimakasih.

Kemudian teman saya mendapatkan penjual kalung mutiara satu set dengan gelang kecil seharga B 750 dari harga B 1200, diskon 40% setelah si penjual tahu kami dari Indonesia dan muslim (maaf bukan rasis). Karena kebetulan si ibu penjual kalung memakai jilbab dan beliau muslim Thailand yang berasal dari daerah selatan. Dan si ibu memperagakan cara membedakan mutiara asli dan palsu, mutiara asli tentu saja bentuknya tidak sempurna dan kalau dibakar dengan korek api tidak mempan karena bukan dari plastik.
Masih belum puas juga, kami berjalan mengelilingi pasar dan kantong belanjaan kami sudah penuh sesak. Penat berjalan kaki, kami mencoba fish spa dan alhamdullilah setelahnya, kaki terasa ringan. Believe it or not!

Kemudian saya mencari oleh-oleh manisan untuk keluarga dirumah yang bisa didapatkan dinight bazaar dengan harga murah sekitar B 30 – 150 perbungkus. Jangan lupa mencicipi buah tropis yang segar dan murah dan bahkan bisa di juice gratis seharga B 40. Untuk makanan saya harus cukup hati-hati karena sebagian besar mengandung babi. Ada beberapa penjual makanan berjilbab disekitar night bazaar tapi mereka menjual semacam creepes isi pisang, dll. Bukan makanan berat yang halal.

Pagi hari, kami mencoba mencari makan pagi dan didekat night bazaar ada gerai Mc Donald. Dan tetap saja hampir semua makan paginya mengandung pork atau babi, alhasil kami hanya makan bubur ayam + nugget. Sebagai catatan, semua gerap Mc D di Thailand hanya menjual burger, nugget dan bubur ayam untuk menu breakfast mulai dari 5 – 10 pagi. Jika anda tidak terbiasa sarapan dengan burger, terpaksa dengan bubur dan nugget.

Kemudian saya menuju ke sebuah rental shop untuk sewa motor dan saya berhasil mendapatkan sewa motor honda scoopy seharga B 150 untuk seharian dan B 50 untuk asuransi. Tanki bensin diisi penuh oleh si pemilik dan kita dikasih gembok tambahan serta helm 2 (dua) buah. Pada saat kembali, motor harus full tank dan dalam keadaan baik. Untuk sewa mobil dikenakan tarif B 1500 seharian dengan toyota vios, cukup murah bukan.

Lepas dari sewa motor, kami langsung tancap gas menuju ke pegunungan Doi Suthep. Di puncak bukitnya terdapat sebuah candi Budhist yang dianggap suci bagi masyarakat Thai. Sepanjang perjalanan, kita bisa menyaksikan kampus yang luas dan hijau, University of Chiangmai. Dan tidak lama berselang kita bisa menemukan Chiang Mai Zoo disebelah kiri jalan. Jalanan semakin menanjak dan bagusnya tidak ada jalanan yang berlubang, sehingga cukup menyenangkan dengan hawa yang semakin dingin.
Setelah menempuh perjalanan 45 menit dari pusat kita, kita akan tiba di Wat Prahat Doi Suthep. Candi budhist berlapis emas ini terletak dipuncak bukit dan untuk mencapainya ada dua pilihan yaitu dengan naik tangga atau lift. Pilihan kedua adalah yang terbaik dengan biaya B 50 kita akan naik lift dan dalam waktu 5 menit sudah sampai dipuncak bukit.

Dari atas bukit kita akan melihat kota Chiangmai dari ketinggian 320 m serta pagoda berlapis emas. Pagoda emas ini sangat menakjubkan, bayangkan semuanya berlapis emas termasuk dengan payung raksasa dan patung Budha. Oh my Gold…..
Suasana begitu terasa tenang berada dipuncak bukit yang adem dan sangat tepat sekali sebagai tempat ibadah. Beberapa pengunjung Budhist melakukan ritual mengelilingi candi sambil membawa dupa dan bunga teratai. Beberapa diantaranya meminta berkah dari pada biksu yang bertugas di kuil tersebut. Damai rasanya…yang kadang tidak bisa digambarkan.

Terdapat sebuah pohon beringin besar yang dibawahnya merupakan tempat abu jenazah umat Budha dari segala penjuru Thailand dan bahkan orang asing. Beberapa lonceng raksasa sumbangan dari beberapa orang diletakkan disekitar kuil. Sekitar satu jam kami menghabiskan waktu disana. Kemudian turun dengan lift dan gratis karena sudah termasuk tiket pp.

Dibawah kami langsung membeli minuman dan buah-buahan segar, tidak lupa kami berkunjung ke Jade Factory untuk melihat cara membuat perhiasan dari batu giok. Thailand utara terkenal sebagai penghasil batu giok berkualitas dan salahsatu patung Budha yang disucikan di kota Bangkok yaitu Jade Budha yang ada didalam istana kerajaan Grand Palace – Bangkok berasal dari kota Chiangmai. Konon patung Budha tersebut akan selalu melindungi kota Bangkok dari segala marabahaya.

Tapi sayang harga batu gio disini sangat mahal sekali bisa mencapai harga jutaan rupiah perbuahnya. Dan untungnya saya diberikan informasi cara membedakan batu giok asli dan palsu. Giok asli ketika diberikan cahaya dengan senter kecil, dalamnya akan bersih dan tembus pandang. Giok palsu ketika diberikan cahaya, akan terdapat gelembung – gelembung yang berarti terbuat dari plastik. Tapi ada juga sebutan untuk giok mati atau death jade yaitu batu giok yang dicampur dengan resin agar terlihat sempurna dan biasanya warnanya agak putih kehijauan.

Selesai menikmati doi suthep, kami langsung menuju ke Chiangmai Zoo dengan tiket masuk B 100/orang. Tujuan pertama disini yaitu melihat panda secara live dan kemudian kami naik bus dalam kebun binatang seharga B 70 yang bisa dipakai keliling serta LRT. Wah ada light train didalam kebun binatangnya, hebat! Dan salute untuk pemerintahnya, kebun binatangnya benar-benar dirawat dan bersih sekali. Senang rasanya berada didalam bonbin ini, seandainya ragunan bisa seperti ini….
Kami berhenti di lokasi panda dan harus membayar tiket masuk B 100/orang, setelah masuk kita akan dibawa tentang sejarah panda yang masih satu keturunan dengan Polar Bear atau beruang kutub. Jadi panda masih keluarga beruang tetapi bukan karnivora alias pemakan daging tetapi herbivora yaitu memakan bambu.
Karena terbiasa hidup dipegunungan Cina yang dingin, jadi kandangnya harus dingin dengan AC. Ada tiga buah panda yaitu Lin Ping, Chuang Chuang dan Lin Hui. Ketiga panda ini merupakan sumbangan dari pemerintah Cina untuk kerajaan Thailand. Lucu melihat mereka makan dan bergerak kesana kemari, ingin memeluk erat mereka.

Hujan deras mengguyur lokasi chiangmai zoo dan terpaksa membuat kami berteduh di sebuah cafe kecil, melihat anak-anak sekolah Thai berbaris dengan rapi, sangatlah menyenangkan. Kami harus bergegas kembali ke hotel untuk check out. Late check out hingga pukul 4 sore dikenakan biaya tambahan B 100.
Setelah menitipkan barang di hotel, kami kembali keliling kota Chiangmai dan kali ini yaitu menyusuri tembok lama. Tembok tua sepanjang 1,5 km ini berentuk persegi panjang dan terbuat dari batu bata merah yang dibangun oleh Raja Mengrai dari kerajaan Lanna diabad 13. Tapi sayang kerajaan lanna dihancurkan oleh kerajaan Burma dan penduduknya mengungsi ke wilayah Lampang di abad 17. Raja Taksin kembali berhasil merebut wilayah chiangmai dari tentara Burma.

Terdapat 300 buah wat atau candi di kota kecil yang indah dan bersih ini. Yang paling terkenal yaitu Wat Chedi Luang, candi dari batu bata merah setinggi 50 m sempat hancur karena gempa besar diabad 15 dan meruntuhkan 30 m bagian atap candi. Candi ini sangat mengesankan dan melihatnya begitu damai. Dicandi ini terdapat sekolah bagi para biksu muda. Setiap pukul 4 sore mereka berkumpul disebuah ruang besar untuk membaca puja puji Weda bagi sang Budha. Kita bisa bebas menyaksikan para biksu dan bahkan bisa berinteraksi. Di Thailand, para biksu sangat dihormati dan banyak peraturan yang dibuat demi menghormati mereka. Seperti tidak boleh memandang mereka berlebih, dll sebagainya, Tapi biksu dikota ini seperti kebanyakan warga Thai yang akil balik harus melakukan ibadah menjadi biksu. Sehingga banyak biksu muda yang menggunakan handphone…sangat modern.


Setelah dari chedi luang kami menuju ke patung 3 raja di tengah kota, kota ini tampak rapi sekali dan membuat saya betah. Kemudian kami melanjutkan menuju ke Wat Phra Singh, kemudian menikmati sisi selatan yaitu tembok Tha Pha Gate. Sisi tembok ini yang paling terawat dengan baik dengan halaman yang luas dan bersih. Ada banyak burung dara terbang bebas disini dengan pemandangan kanal-kanal yang bersih dan air mancurnya. Sungguh menarik…pemerintahnya sangat jeli dalam merawat bangunan kuno dan kebersihannya…salute

Sehingga tidak aneh apabila kota ini dikunjungi turis asing 2 juta orang setiap tahunnya dan bahkan hotel mewah banyak terdapat disini. Seakan waktu tidak cukup untuk menjelajahi kota kecil ini, Chiangmai bagaikan Ubud di Bali. Semua terasa begitu lambat dan menyenangkan…sangat tenang sekali. Tempat yang cocok untuk merenung, menikmati keindahan alam serta bermeditasi.

I will be back to Chiang Mai next year….Insya Allah dan Bismillah……..

Thursday, January 26, 2012