Monday, June 22, 2009

Jalur Cepat Pembuatan SIM

Kebetulan SIM C saya sudah hilang setahun yang lalu dan dipertengahan bulan Juni 2009 ini saya mencoba mengurus SIM yang baru. Kemudian saya mencari informasi mengenai harga mengurus driving license yang baru di kota Bandung. Dari info yang saya dapatkan membuat SIM baru seharga Rp 250,000 melalui calo di kota Bandung. Tetapi karena KTP (ID Card) saya Bekasi, maka tidak bisa dilakukan kecuali ada surat keterangan domisili dan bla bla dimana saya malas mengurusnya.

Hari Sabtu pagi saya mendatangi Polres Bekasi untuk mengurus SIM C yang baru. Ketika tiba dihalaman depan, seorang calo mendekati saya dan menawarkan bantuannya. Ternyata harga pengurusan SIM C baru senilai Rp 370,000 dan ketika saya tanyakan mengapa semahal itu, sang calo menjawab dengan berbagai alasan. Salahsatu alasan karena saat ini membuat SIM C cukup sulit, harus melewati tahapan tes tertulis dan tes mengemudi. Tapi dengan kuasa seorang calo, maka tahapan itu dijamin akan lolos dan saya tidak perlu harus mengikuti tes mengemudi.

Saya menawar dengan membuka harga Rp 300,000, tetapi harga tawaran saya ditolak karena menurut sang calo harga tersebut sudah harga “dasar”. Akhirnya saya menuju ke warung fotokopi, karena dibutuhkan 5 buah fotokopi KTP sebagai salahsatu persyaratan dokumen.

Kemudian saya mencoba untuk mengurus SIM tanpa bantuan calo. Setibanya dipintu gerbang utama, seorang polisi menyapa saya dengan ramah dan menanyakan maksud kedatangan saya. Tentu saya utarakan maksud kedatangan saya yaitu membuat SIM C baru. Dan sang polisi mengajak saya keruangannya yang terletak disamping pintu gerbang, sebuah ruangan yang agak kurang terawat dengan meja dan kursi kayu seperti layaknya kantor kelurahan. Saya dipersilahkan duduk dan beliau mengajak saya berbicara.

Dari penuturan beliau, biaya pembuatan SIM C seharga Rp 370,000 dan dijamin lolos, tetapi saya harus tetap mengikuti ujian formal tertulis dan mengemudi. Selain itu beliau minta ditambahkan uang rokok. Wah…setali tiga uang! Saya kembali menawar dengan harga Rp 300,000 dan tetap ditolak. Saya dipersilahkan untuk mengurus sendiri karena “harga kesepakatannya” kurang cocok. Kemudian saya berterimakasih dan segera keluar dari ruangan tersebut.

Dan sekali lagi saya menuju kebagian dalam Polres Bekasi dan sepertinya ada beberapa orang calo yang sudah menunggu kedatangan “para pelanggan” dipintu masuk pengurusan SIM. Seorang anak muda berinisial B menyapa saya dan menawarkan bantuan untuk mengurus SIM baru atau perpanjang. Tanpa berpikir lagi, saya mencoba bertanya kembali berapa harga untuk mengurus SIM C baru.

“Untuk SIM C baru biayanya Rp 360,000, mas!”

Setelah melihat penawaran sebelumnya, akhirnya saya mencoba membuka harga Rp 350,000. Karena jujur saya paling malas untuk tawar menawar, am not get into it!! Akhirnya harga tersebut disepakati bersama antar sebagai pelanggan dan calo sebagai perantara. There’s no other choice…

Calo tersebut meminta uang Rp 150,000 dulu dan 5 lembar fotokopi KTP saya, kemudian ia memberikan SIMnya sebagai jaminan serta nomor HP yang bisa dihubungi. Dan saya disuruh mengikutinya masuk kebagian dalam. Diujung jalan sempit, ada puluhan orang yang mengantri untuk mengurus driving license mereka. Saya disuruh menunggu sebentar oleh si calo.

Tidak berapa kemudian, si calo membawa seberkas dokumen yang sudah diattach fotokopi KTP. Saya diminta untuk mengisi dokumen tersebut berupa nama lengkap dan alamat saja. Setelah selesai, saya dibawa sebuah counter untuk menyerahkan berkas dokumen tersebut. Didalam counter, seorang wanita sedang asyik membawa berkas dan tiba-tiba seseorang masuk kebagian dalam dan memberikan “sesuatu” yang disembunyikan dibawah berkas dokumen yang menumpuk tersebut. Hmm…uang stempel!

Saya diberikan seberkas kertas kecil yang berisi nomor urut pembuatan SIM C baru. Sang calo berdiri tidak jauh dari tempat saya, kemudian ia memberikan informasi bahwa sebentar lagi saya akan mengikuti ujian tertulis.

“Nanti nggak usah diisi dengan benar, asal saja isinya mas. Dijamin lulus koq!”

Saya hanya tersenyum dan kemudian mengikuti sarannya agar menyerahkan lembar nomor urut kepada pengawas ujian. Seorang wanita bertubuh tegap dan berwajah agak galak menyambut saya. Tanpa sebuah senyuman, ia hanya memberikan selembar daftar pertanyaan yang sudah dilaminated dan selembar daftar jawaban. Saya disuruh untuk mengambil tempat duduk.

Ada 30 buah pertanyaan dengan pilihan a/b/c/d dan semua pertanyaan mengenai tata cara mengemudi yang baik dan benar. Dan saya mengisinya dengan berpikir secara logika saja, dibutuhkan waktu 15 menit untuk mengisi seluruh pertanyaan. Kemudian saya memberikan lembar jawaban kepada seorang petugas pemeriksa ujian dibagian depan. Yang mengagetkan, si petugas memberitahukan bahwa saya akan dibantu agar lolos. Kemudian ia mengecek jawaban saya melalui secarik platik yang sudah dibolongi jawaban yang benar, hmm...jadi ingat waktu sekolah dulu ketika para guru mengecek jawaban ujian. Dengan jelas bahwa jawaban saya yang benar adalah 20, berarti saya masih bisa lolos kalau lewat jalur resmi.

Selesai ujian tertulis saya harus mengikuti ujian mengemudi dengan lokasi yang cukup jauh sekitar 1 km yaitu di GOR Bekasi. Hah…menyebalkan! Karena udara cukup panas siang itu, calo saya hanya memberikan info bahwa ujian tersebut hanya formalitas saja, jadi sekali lagi anggap saja “sebuah permainan tes mengemudi”.

Di GOR Bekasi, sejumlah orang sudah berkumpul dan saya harus menyerahkan daftar nomor urut pembuatan SIM kepada seorang petugas yang duduk dibawah sebuah warung tenda. Saya berpikir, mengapa tidak didalam lokasi Polres Bekasi yang cukup luas dan lebih rapi. Karena lokasi ujian mengemudi ini sungguh tidak layak. Para calon pembuat SIM dibiarkan kepanasan dan tanpa tempat duduk yang layak. Saya membayangkan kalau saya membuatnya dimusim hujan, mungkin saya akan kirim wali saja dibanding saya harus kehujanan. Harga obat lebih mahal saat ini , huh!!

Lokasi ujian dibagi dua tempat, sisi barat untuk SIM C dan sisi timur untuk SIM A. Sebuah mobil APV dan dua buah motor bebek dengan logo kepolisian, bisa digunakan untuk tes mengemudi. Beberapa balok kayu dengan jarak 2 m antara balok yang satu dengan balok yang lain. Seorang polisi memberikan petunjuk tanpa pengeras suara bagaimana harus melewati balok yang satu dengan balok yang lain. Sekali lagi saya harus menunggu dan melihat permainan ini.

Hamper 90% peserta gagal melewati ujian ini dan bahkan seorang Bapak yang masih memakai baju TNI AU agak kesal setelah melihat dagelan ini. Karena anak perempuannya tidak lulus, menurutnya secara psikologis lokasi ujiannya tidak tepat dan bahkan jarak antara satu balok dengan balok yang lain terlalu dekat hanya 2 meter saja. Sementara satu sepeda motor panjangnya 2 meter, jadi ketika harus lewat zig zag kesempatan untuk tidak menjatuhkan balok sangatlah kecil kecuali sudah terampil dan pikiran yang tenang.

Dalam hati saya, bagaimana bisa tenang..karena matahari ada diatas kepala. Huh!! Si bapak TNI AU itu sambil berjalan mengantar anaknya kembali ke polres Bekasi, ia berteriak agar jatuhkan saja semua baloknya..hehehe…lucu juga si bapak. Giliran saya belum juga tiba, dan saya bertanya keseorang pemuda disamping saya mengenai berapa nilai yang harus ia bayarkan untuk membuat SIM C baru.

“Saya kena Rp 110,000 karena nggak "nembak" mas. Tapi ini kedatangan saya yang kedua kali karena minggu lalu saya tidak lulus karena menjatuhkan kaki ketika harus zig zag melewati balok itu. Saya sebenarnya disuruh datang 2 minggu lagi, tapi saya tidak mau... karena sedang ada ujian semester minggu depan. Ya udah saya datang aja sekarang!”

Hah ternyata hanya Rp 110,000 biaya pengurusan SIM C dengan jalur normal tanpa calo….berarti saya harus bayar 3 x lipat untuk “jalur cepat”. Dan kini giliran si pemuda itu untuk tes mengemudi dan kali ini ia lolos karena ia sudah belajar sebelumnya. Now it’s my turn…

Sudah 10 tahun lebih membawa mobil dan motor, kalau gagal memalukan..walau sudah ada jaminan lolos tes jadi nggak terlalu merisaukan. Finally, I made it…lolos tanpa menjatuhkan kaki dan balok ketika zig zag.

Next step, saya kembali ke polres Bekasi dan menghubungi calo tersebut. Kemudian saya harus memberikan sisa uang Rp 200,000 kepada calo tersebut. Dan ia menuntun saya kebagian dalam untuk diambil fotonya. Setelah menunggu 5 menit, saya diberikan dokumen yang harus diserahkan kepada petugas dibagian dalam. Sambil menunggu untuk difoto dan ambil sidik jari secara digital, saya membuka dokumen pengurusan SIM C. Didalam berkas tersebut dengan jelas disebutkan bahwa biaya pengurusan SIM C hanya Rp 110,000 saja dan yang paling aneh adalah adanya surat keterangan dari dokter.

Koq bisa?? Saya kan tidak memeriksakan diri kedokter sebelum mengurus SIM ini. Oh iya kan kop suratnya dan stempelnya sudah disiapkan biar lebih cepat lebih baik, lanjutkan!!

Saya tersenyum simpul melihat kecanggihan pengurusan SIM ini, sebuah mesin alat pencetak SIM yang cukup canggih sudah ada didepan saya.

“Siap…”

Foto dan sidik jari diambil secara digital.

Setelah selesai, saya diminta menunggu dan dalam waktu 5 – 10 menit saja my driving license was ready to use. The validity is for 5 years, tapi sistim sekarang katanya diberikan tenggang waktu 1 tahun apabila kita lupa mengurus perpanjangan SIM dari due datenya.

Akhirnya saya sudah mengantongi sebuah SIM C baru dengan tinggi badan lebih pendek dari sebenarnya hanya 170 cm, padahal my height is 176cm. Dipintu keluar tertera pengumuman “Hindari Calo untuk mengurus SIM”. Lha tadi siapa ya??

Sebelumnya saya minta maaf kepada Kapolres Bekasi dan Kapolri apabila tulisan saya ini sekiranya tidak berkenan. Tapi memang ini faktanya.

Mudah2an para Capres dan Cawapres yang saat ini berkampanye lebih peduli terhadap segala macam pungutan liar yang membebankan rakyat mulai dari pembuatan KTP, paspor, SIM hingga dokumen penting lainnya. Apabila gaji para Polisi dinaikkan serta tunjangan hidup mereka layak, saya yakin pungli ini bisa ditekan seminimal mungkin. Dari uang pengurusan SIM 350,000 tentu tidak dimakan begitu saja 100% oleh si calo, uang tersebut akan dibagi lagi ke beberapa pihak.

Gaji polisi di negri ini masih jauh dibawah rata-rata gaji polisi di Negara tetangga seperti di Singapore, Malaysia dan Thailand. Malaysia bahkan sudah menaikkan gaji polisi untuk menekan tindakan korupsi. Bukan cuma gaji saja yang dinaikkan, tetapi keluarga mereka juga diperhatikan mulai dari perumahan yang layak, biaya sekolah anak yang gratis serta biaya berobat gratis..agar polisi/TNI bisa tenang bekerja tanpa harus melakukan tindakan yang tidak disukai oleh masyarakat. Jadi ingat disebuah berita beberapa bulan lalu, seorang polisi ditemukan bunuh diri karena ia mengidap penyakit tertentu dan tidak ada biaya untuk berobat. Ironic!

Sekali lagi, mudah2an ada Capres dan Cawapres yang juga peduli terhadap kehidupan, gaji serta tunjangan TNI dan Polisi untuk menekan tindakan korupsi. Bukan hanya rajin mengunjungi pasar tradisional, petugas penjaga Negara juga butuh perhatian serius saat ini disamping alutsista. Mudah2an ada banyak Pak Hoegeng lainnya dimasa yang akan  datang…dan bukan itu saja pola reward serta punishment juga harus ditegakkan.

informasi mengenai Pak Hoegeng bisa diunduh diwebsite Kick Andy dibawah ini,

http://www.kickandy.com/?ar_id=MTUxNA==

 

 

9 comments:

  1. miris ya dgn realita2 spt ini kak.selamat ye dah dpt sim bru!ntar bs anter2 gw klo kbdg.hehe

    ReplyDelete
  2. Hhehee....ini beneran lho...dan kata temenku malah pakai calo di Jakarta untuk SIM C seharga Rp 500rb...

    ReplyDelete
  3. iya entar tak antar jalan2 dibandung
    ongkosnya perjam Rp 50,000 aja koq
    hahaha

    ReplyDelete
  4. dah termasuk breakfast untuk 2 orang dan dah termasuk pajak juga kan?? :D

    ReplyDelete
  5. aye satuju pisan kalo ada capres dan cawapres yang pedui terhadap bawahannya,tapi jangan sampai gaji naik tapi kehidpannya serba mewah tentunya hanya akan nambah penderitaan rakyat aja,kalo umpamanya cara hidupnya sederhana entu tidak akan kekurangan

    ReplyDelete
  6. saya belum punya SIM C
    padahal saya sudah dari SD memakai kendara,an bermotor..umur saya sudah hampir 22 tahun bahkan saya sudah menikahh..nah yang saya malas bikin SIM C saya malas pakai jalur cepat,dan saya juga malas di tes..jadi harus gimana gan??saya belum pernah di tilang keluar uang banyak,tapi dulu saya pernah kena razia gabungan itu juga cuma keluar roko djarum super 1 bungkus..jadi buat apa SIM??buang buang uang saja

    ReplyDelete
  7. Dulu sy pernah di tilang mtr diambil, trus sy bikin sim di cibabat 250 itu thn 06 tp sekarang ga tau tuh berapa jd malas buat sim lagi, soalna selama 5 thn punya sim ga pernah di tilang aneh juga ya mungkin harga sekarang bikin sim bs 500 atau lebih jd malas

    ReplyDelete