Wednesday, December 22, 2010

Hillarious and Funtastic di Musikal Laskar Pelangi

This is it!  Sudah lama saya ingin menyaksikan sebuah opera asli buatan Indonesia dan sebenarnya sudah ada beberapa opera yang sudah dibuat sebelumnya cuma belum sempat menyaksikan yaitu I La Galigo dan Onrop. Tentu dengan harga tiket yang masih terjangkau dan gedung opera yang gress membuat semuanya bisa disaksikan oleh orang banyak. Setelah sempat mengalami pembatalan pada hari sabtu lalu, tiket saya bisa ditukar hari selasa malam kemarin.

Puluhan penonton sudah mengantri sejak sore hari, padahal pertunjukan sudah mulai 7 malam. Sekitar pukul 7 malam diumumkan pertunjukan akan dimulai dan sekitar 15 menit kemudian layar mulai dibuka.

Dari buku panduan dijelaskan bahwa beberapa pemeran utama dalam musikal laskar pelangi ini diperankan secara bergantian oleh beberapa orang, mengingat dibutuhkan performa suara yang sangat baik serta penguasaan panggung yang apik.

Yang patut diacungkan jempol yaitu setting panggung yang disesuaikan dengan situasi dan cerita, dalam waktu sekian detik setting harus berubah. Akhirnya Indonesia dan Jakarta khususnya mempunyai gedung Opera baru yang bisa mengakomodir kebutuhan setting panggung sesuai cerita dengan standar internasional. Jay Soebiakto memang layak diacungkan jempol ketika permainan multimedia dan setting panggung dijadikan satu sebagai penunjang jalan cerita. Terlebih lagi ketika rintik hujan turun, air yang mengallir dari atas terlihat seperti hujan.

Pemeran Ibu Muslimah, Pak Harfan, Pak Bakri memberikan kekuatan tersendiri dicerita awal. Ketika scene cerita Pak Bakri dalam "Sekolah Miring", ia sangat menjiwai perannya serta suara yang empuk membuat cerita menjadi sangat hidup dan menyentuh. Ibu Muslimah pun mempunyai andil yang besar dimusikal ini, suara yang empuk dari Dira Sugandi malam itu membuat setiap penonton dibawa kesetiap cerita yang dinyanyikan dengan begitu indah.

Pemeran anak-anak pun tidak kalah hebatnya, mereka - Ikal, Lintang, Mahar, Kucai bergantian menunjukkan kepiawaiannya dalam bernyanyi serta bermain drama. Sebuah kombinasi yang sulit untuk dibawakan oleh seorang anak kecil dan Indonesia sudah memiliki bibit berbakat sebagai pemain opera suatu saat nanti. Suatu hari nanti, para pemain Opera Indonesia akan bisa mentas dipanggung internasional dengan membawakan cerita asli negri ini. Dasar yang mereka dapatkan dipentas musikal Laskar Pelangi akan menjadi modal awal yang membanggakan asal mereka bisa berlatih terus serta mendapatkan kesempatan bermain opera lagi.

Komposisi musik yang dibuat oleh Erwin Gutawa serta Mira Lesmana juga bisa menghidupkan musikal Laskar Pelangi, tetapi menurut saya ada beberapa bagian yang terlalu banyak menggunakan unsur musik sumatera barat. Sementara cerita berawal dari Pulau Belitung yang kuat unsur melayunya. Tiupan musik saluang - alat tiup asli Sumatera Barat ini banyak digunakan dan seharusnya bisa diganti dengan alat musik akordion serta biola untuk menceritakan sesuatu kesedihan.

Sayangnya akuistik gedung Opera ini masih ada kekurangan dan mudah2an bisa diperbaiki lagi agar para penonton yang berada ditribun 3 bisa mendengar musiknya dengan jernih. Overall, it's absolutely a hillarious and funtastic opera made in Indonesia. I am proud of it. Semoga dimasa mendatang bisa dimainkan di The Esplanade or Sydney Opera House....
Congrats for Miles Production and team...I love it.


No comments:

Post a Comment