Monday, July 3, 2006

Gadis


Sabtu siang, cuaca sangat panas menyengat. Tak lama
aku turun dari bis Patas Mayasari Bakti jurusan Grogol
yang penuh sesak itu. Lalulintas perempatan Slipi
sangat ramai siang itu.

Aku berhenti sejenak di trotoar jalan sambil
menunggu lampu lalulintas berganti. Kemudian
kusebrangi perempatan jalan itu.

Seorang pengemis cilik berdiri di kolong jembatan
layang telah mengundang perhatianku. Aku tak mengenalnya sama sekali dan
aku menghampiri serta menyapanya.

“Lo mau sekolah ?” begitu pertanyaan pertama yang
terlontar dari mulutku.
“Napah ?” jawab si pengemis cilik itu dengan ketus
dan tanpa melihat wajahku.
“Gue mau ngajarin Lo” jawabku segera.
“Bohong !” jawabnya segera.
“Kalau nggak percaya, besok kita ketemu disini lagi
jam 11” jawabku sambil tersenyum simpul.

Esok hari aku datang lagi ke tempat yang sama, di kolong
jembatan layang Slipi sesuai janjiku dengan pengemis
cilik itu. 15 menit sudah berlalu dan aku masih
menunggu dengan sabar sambil memandangi jalan
didepanku.

Tak lama, pengemis cilik itu tampak di
seberang jalan dan segera menghampiriku.
Sambil tersenyum aku menemuinya.
“Dimana Lo mau ngajar gue ?” tanya pengemis cilik itu dengan raut muka yang dingin.

Aku segera membuka tasku dan mengeluarkan sesuatu.
“Ini buat Lo, keramas yakh !” sambil aku memberikan
sebotol shampoo yang tadi aku beli. Dengan wajah keheranan ia menerima pemberianku.

“Dan yang ini coklat buat Lo” tukasku
“Ada obatnya nggak ?” tanya pengemis cilik itu dengan
curiga.

“Percaya dekh sama gue, buat apa gue ngasih Lo obat,
emang gue BD” jawabku dengan tegas.

Tak lama, pengemis cilik itu segera membuka bungkus
coklat yang aku berikan tadi dan memakannya dengan
lahap.
“Gue balik dulu yakh” pintaku.
“Woi.....kapan Lo ngajar gue ?” tanyanya dengan
serius.

“Lo keramas dulu yang bersih, nanti 2 hari lagi kita
ketemuan di sini !” jawabku
“Ah....tai Lo !” jawabnya dengan ketus dan segera
pergi meninggalkanku.

Di sekolah, selasa siang bel berbunyi. Aku segera
membereskan buku tulisku dan memasukkannya ke dalam
tas.

Suasana di sekolah yang ramai tak aku hiraukan, dan
aku terus melangkah menuju pintu keluar sekolahku.
Dan tiba-tiba aku mendengar suara yang memanggilku.
“Gadis...gadis....” bunyi suara itu.

Aku segera mencari asal suara itu dan ternyata Dani
temanku sekelas.
“Mau kemana kamu Dis, koq buru-buru banget” tanyanya.
“Oh aku ada urusan, jadi harus buru-buru pulang”
jawabku.

“Mau kuantar, Dis ?” pintanya.
“Makasih aku bisa naik angkot koq” jawabku.
“Kalau mau bareng, kebetulan aku lagi bawa motor hari ini”
jawabnya lagi.
“Ah ndak usahlah, khan kamu nggak bawa helm dua”
tukasku.
“Oh kebetulan aku bawa helm dua hari ini, karena tadi
pagi adikku ikut” jawabnya.

Aku bingung harus jawab bagaimana, tapi yakh sudahlah
aku harus sampai di Slipi siang itu. Dan akhirnya aku
menyetujui untuk naik motor dengan Dani.

“Dis....kamu tadi ngerti nggak yang diajarkan Pak
Burhan tadi ?” tanya Dani kepadaku sambil membawa motornya.
“Tentang apa ?” tanyaku kembali.
“Logaritma” jawabnya.
“Memang kamu belum ngerti yakh” tanyaku.
“Apa?...nggak dengar !” jawabnya dengan suara lantang.
“Kamu belum ngerti yakh” jawabku dengan suara keras.
“Iya tadi aku lagi nggak konsen di kelas” jawabnya
kembali. Dan Dani segera menanyakan apakah aku bersedia
mengajarinya. Dan aku terdiam sejenak, entah apa yang ingin aku
jawab.

“Yakh sudah nanti kalau ada waktu di kelas, aku akan
ajarin kamu yakh” jawabku.

Kemudian kami telah sampai di perempatan slipi.
Setelah aku turun dan melepas helm, kami berdua segera
berpisah. Tak lupa aku mengucapkan terimakasih dan dia
memberikan senyuman kepadaku. Ah, sebuah senyuman yang
manis.

Dari jauh kulihat, pengemis kecil itu belum terlihat.
Aku segera mencari tempat makan, karena sudah mulai
lapar.

Ah ada tukang batagor pikirku, lumayan untuk
mengganjal perutku yang sudah mulai keroncongan.

Setelah makan batagor yang lumayan enak, aku segera
bergegas menuju ke kolong jembatan layang Slipi.
Kulihat si pengemis cilik itu sudah menungguku.
“Maaf yakh gw baru sampe, tadi makan dulu” jawabku.
“Dimana Lo mau ngajar gw ?” tanya si pengemis cilik
itu.

“Yakh udah Lo ikut gw sekarang” jawabku.
Kami berdua segera berjalan menyeberangi jalan dan
naik angkot menuju ke rumahku.
Tidak berapa lama, kami sampai di depan jalan menuju
ke rumahku.
Kami berjalan berdua.

“Lo dah makan belom ?” tanyaku.
“Belom, kenapa ?” jawabnya.
“Yakh udah nanti makan dulu yakh” jawabku.
“gw kagak ada duit neh” jawabnya.
“Udah nanti gw bayarin” jawabku segera.

TO BE CONTINUED

No comments:

Post a Comment