Monday, August 18, 2008

Veteran - The Forgotten Heroes

Pagi ini saya harus ikut upacara bendera dikantor dan upacara bendera tersebut diadakan disebuah floating club house yang baru. Lokasinya cukup unik, terletak dipinggir jalan tol jakarta - merak dan ditepian sebuah danau seluas 3,5 hektar dan cukup indah nuansanya. Sekitar 150 orang karyawan hadir dan mengikuti upacara dengan khidmat yang dimulai pukul 08.00 AM. Beruntung udara masih segar dan matahari tidak terlalu terik pagi itu, semilir angin yang berhembus dari tepian danau membuat saya ngantuk.

Upacara bendera yang terakhir kali saya ikuti, seingat saya kalau tidak salah semasa saya SMA tahun 1994, it was 14 years ago....what a year?? Jadi ingat masa-masa sekolah dulu waktu upacara bendera disekolah yang lengkap dengan pembacaan Pancasila dan Pembukaan UUD 45, semilir angin membuat mata saya tertutup sekejap dan membawa saya flash back waktu masih sekolah dahulu. Hingga doa pun dimulai, kali ini saya benar-benar berdoa.....mendoakan para arwah para pejuang yang telah gugur di medan perang maupun veteran yang kini masih berjuang untuk dapat tetap hidup.

Kemarin saya sempat menyaksikan kehidupan para veteran yang tragis di televisi, ada yang seorang veteran yang harus berjuang untuk hidup dengan berjualan pisang dari satu kampung ke kampung lain, ada beberapa keluarga veteran yang harus hidup dalam sebuah bunker karena tidak mempunyai tanah dan rumah yang layak, hingga kini ada banyak veteran yang hidupnya terlunta-lunta hingga harus berjualan kalender dari satu perumahan ke perumahan lain untuk menyambung hidup....saya sempat menangis dengan mama saya sewaktu menyaksikan tayangan tersebut...

Kami berdua membayangkan Bapak saya yang seorang veteran pejuang 45 dan pasca kemerdekaan, seandainya harus hidup seperti mereka. Nasib Bapak saya masih sedikit beruntung. Selepas sekolah Belanda di Semarang,  Bapak memilih menjadi pejuang pra kemerdekaan yang harus ikut bergerilya di kawasan Jawa Tengah. Setelah kemerdekaan dan perang gerilya tahap 2 (tahun 45-55) Bapak bergabung dengan TNI AD Zeni disekolah militer magelang dan tahun 70an Bapak menjadi pegawai negeri di Dinas Pekerjaan Umum. Tahun 80an, Bapak harus melepas status TNInya karena peraturan pemerintah yang melarang 2 jabatan dan Bapak memilih menjadi pegawai negeri sehingga masih menerima uang pensiunan hingga saat ini.

Sebagai seorang veteran, hak Bapak atas sebidang tanah di kelapa gading yang diberikan oleh Bung Karno karena ikut membela Irian Barat harus hilang. Tanah tersebut sudah disulap menjadi sebuah mall, puluhan ruko dan apartemen mewah di pinggir jalan layang by pass di daerah kalapa gading. Puluhan veteran Irian Barat pun mengalami nasib yang sama, malam dipagari dan bahkan dibangun gubuk agar tidak dicaplok orang. Pagi hari sudah dirobohkan oleh traktor dan diratakan dengan tanah. Mafia tanah lebih canggih lagi, mereka menerbitkan surat tanah ganda atas kepemilikan tanah tersebut, yang notabene tanah tersebut adalah milik bersama para veteran perang Irian Barat. Bahkan Bapak dan teman-temannyan sudah menghadap sang Gubernur dan Ketua MPR DPR waktu itu untuk minta bantuannya. Jawaban mereka sama, tidak bisa bantu karena terhalang kuasa "anaknya Bapak" - anak salah seorang pembesar di negri ini yang sangat berkuasa waktu itu yang menjadi pemilik utama developer tersebut walau menggunakan nama orang lain. Dan tidak ada seorang pun yang berani mengganggu gugat......hilanglah sebidang tanah tersebut seluas 1 hektar bagi keluarga kami dan kelurga veteran lainnya.

Kini yang hanya bisa dijanjikan adalah sebidang tanah seluas 1 x 2 m sebagai rumah masa depan untuk Bapak dari pemerintah di kawasan TMP (taman makam pahlawan) Kalibata. Sebagai seorang veteran perang yang mengantongi 7 tanda jasa dari pemerintah, berhak mendapatkan tanah tersebut untuk rumah masa depan Bapak.....Ironic!!

Legiun Veteran RI yang seharusnya menjadi corong bagi para veteran RI juga tidak bisa berbuat banyak. Gedung LVRI dikawasan semanggi bahkan sudah disulap menjadi gedung kantor mewah dan mal yang cukup ramai. Tapi entah kemana saja hasil uang sewanya.....tidak jelas. Bahkan 2 orang pemimpin negri ini berasal dari TNI AD, tapi mereka masih belum peduli atas kehidupan para veteran yang hingga detik ini masih terus berjuang untuk hidup. Dan seorang mantan pejuang di Rawagede, Karawang harus rela tidak menerima uang pensiun karena untuk membuat surat pernyataan bahwa beliau adalah seorang veteran harus membayar sejumlah uang....koq bisa sikh cuma selembar surat saja harus dibisniskan???

Ditengah hingar bingar iklan kampanye politik untuk menjual dirinya menjadi pemimpin negri yang berkompeten dan paling Jos....tidak satupun dari mereka yang mempunyai visi untuk memperbaiki nasib para veteran. Bahkan ada seorang bakal calon yang berani meminjam perjuangan seseorang untuk iklan kampanye politiknya. Banyak pemimpin daerah yang berasal dari TNI dan Polri, tapi tidak satupun dari mereka yang peduli. Suatu saat negri ini akan malu karena kehilangan kesempatan untuk memperhatikan nasib para veteran. Jumlah para veteran perang kini semakin menyusut dan bahkan akan habis suatu saat nanti.....negri ini sudah berumur 63 tahun tapi masih belum merdeka secara nyata.

Mungkin suatu saat nanti, sang pemimpin negri ini akan meminta maaf secara terbuka dan tertulis kepada masyarakat RI dan keluarga veteran RI khususnya akan nasib para veteran perang seperti yang dilakukan oleh PM Australia - Kevin Rudd atas perlakuan yang tidak adil kepada kaum aborigin.

Rest In Peace - In Memoriam Veteran RI

6 comments:

  1. Semoga kita mendapatkan semangat para veteran.. Bapak saya juga seorang cacat veteran yang alhamdulillah masih sangat bugar hingga sekarang. Masih rajin membangun bangsa meski harus bermula dari kampung..

    MERDEKA!!!

    ReplyDelete
  2. yup..Bapak saya juga menanamkan sikap kejujuran dan kedisplinan. Semoga pemerintah lebih peduli lagi bukan asal jualan politik aja....

    ReplyDelete
  3. Benar.. saya yakin.. bapak-bapak kita adalah orang ang memiliki semangat tinggi dalam mencapai cita-cita. Saya juga yakin, bapak-bapak kita adalah orang yang kecewa melihat jalannya republik ini. KEcewa dengan cengengnya peradaban negeri ini.. KEpetingan diri kali ini lebih penting daripada negeri.. Jaman dulu, cacat diri tak menjadi masalah.. asal merdeka negeri ini.. !!
    SEmoga kita kembali bangkit

    ReplyDelete
  4. penjajahan telah bermutasi, kemerdekaan pun hanyalah ilusi, mata kita jarang untuk benar2 melihat, telinga juga jarang untuk benar2 mendengar dan nurani kerap dibungkam erat-erat agar tak meneriakkan kebenaran hakiki

    ReplyDelete
  5. ya begitulah....hari ini aja SBY iklan di Kompas halaman pertama lho...baru kali ini ada iklan kampanye politik di halaman pertama....isinya cuma jualan dan minta sumbangan "Sesuai UU Pemilu, untuk perorangan maksimal Rp 1 miliar dan perusahaan maksimal Rp 5 miliar:. ke nomor rek...bla bla bla....12345678910

    ReplyDelete
  6. iyah.. eneg banget td liatnya! i mean, ketauan banget para pelaku politik negeri ini amat sangat jauh dari kriteria negarawan... pada rakus semuah

    ReplyDelete