Wednesday, October 21, 2009

A hilarious drama in a dramatic war




Malam ini mungkin premier film ini dikota Bandung dan saya sudah tidak sabar ingin menontonnya segera. Setelah acara cosmo di Sheraton bandung segera saya bergegas membeli tiket film besutan sutradara handal Quentin Tarantino “Inglourious Basterds”. Sudah lama saya selalu menyukai film perang dan terutama berceritakan tentang Nazi atau Vietnam war.

Saya mulai jatuh cinta pada film perang semenjak melihat mini seri drama perang “Tour of Duty” di RCTI tahun 1988 ketika masih pakai sistim decoder.
Mulai sejak itu saya selalu menyukai film epik perang atau drama perang seperti Das Boot, The Dirty Dozen, Apocalypse now, The bridge on the river kwai, The deer hunter, stalag 17, the killing fields, full metal jacket and Platoon. Dan film drama perang terbaik dan saya koleksi filmnya yaitu Schindler’s List, Life is beautiful, Saving my Private Ryan, The Thin Red Line, Windtalkers and The Pianist. Dan ketika acara Jiffest, premier film The downfall and Black Book tentu tidak saya lewatkan begitu saja.

Tadinya saya membayangkan film IB (Inglourious Basterds) akan seperti saving my private ryan atau schindler’s list. Tetapi ternyata lebih hebat dari yang saya bayangkan. Sutradara Quentin Tarantino membungkus film ini menjadi film drama perang yang sangat bisa dinikmati dengan humor yang sarkastis seperti film-film dia sebelumnya.

Saya jatuh cinta pada Quentin sejak filmnya “Pulp Fiction” menang di Oscar tahun 1994 dan dinominasikan 7 piala oscar serta berhail merebut Best Screenplay dan sukses secara komersial di dunia. Filmnya Kill Bill yang nyentrik dan sangat bernuansa seni, berhasil sukses dipasaran.
Diawal pembukaan film IB, ia menyisipkan ciri khasnya terutama musik pengantarnya yang unik dan mengingatkan saya akan film Kill Bill dan Pulp Fiction. Kesadisan adalah bumbu yang paling disukai oleh QT (Quentin Tarantino) dan ia mengemasnya dengan begitu apik dan terkadang diberi tambahan humor.

Dialog yang pintar menjadi salahsatu daya tarik tersendiri dari film ini dan mengingatkan saya akan film Windtalkers. Dan QT selain sebagai sutradara, ia menjadi penulis scenario, produser dan bahkan sebagai actor serta peran cameo dibeberapa film lainnya. Untuk film IB ini, ia menulis scenario film tersebut…sesuatu yang sangat brilliant karena tidak mudah mengkombinasinya dua hal yang berbeda, tulisan dan gambar bergerak.

Yang patut diacungkan jempol dari acting para pemainnya yaitu actor dari Austria - Christoph Waltz, ia berhasil memerankan Komandan SS Nazi – Hans Lada. Ia diharuskan bisa berbicara multi bahasa yaitu Perancis, Italia, Inggris dan tentu saja bahasa aslinya – Jerman. Gaya tubuhnya yang memukau dan peran antagonis sebagai detektif yang handal tidak terasa klise tapi malah membuat film ini lebih hidup. Menurut QT, karakter Hans Lada merupakan karakter terbaik yang pernah ia buat dalam scenario filmnya. Sehingga tidak aneh apabila actor Christoph Waltz didapuk menerima Best Actor di Cannes Film Festival 2009 – salahsatu ajang bergengsi untuk film2 drama didunia. Dan saya menominasikannya untuk menerima Best Actor di Academy Awards, February 2010.

Peran Brad Pitt di film ini saya anggap hanya sebagai pemanis belaka dan malah yang patut diperhatikan acting aktris Perancis Melanie Laurent sebagai Shosana Dreyfus – A young jwish-french girl on the run. Maybe she will be nominated as Best Supporting Actress at the next Academy Awards 2010.
Musik dalam film ini juga sangat memikat terutama disaat Shosana “Emmanuele” menembak mati Frederick Zoller dan akhirnya mereka mati berdua..musik merupakan bahasa lain dalam film ini yang menggambarkan adanya rasa iba akan kehilangan sebuah nyawa.

Diakhir cerita, QT mengemasnya dengan apik dan cerdas. Ia seperti ingin sekali lagi merasakan karpet merah dan genggaman erat sebuah piala Oscar diatas podium kebesaran. Akhir tahun adalah waktu yang tepat untuk meluncurkan sebuah film berbobot untuk membidik para juri academy dan mengemasnya dalam sebuah film bertema Nazi. Seperti kita ketahui bahwa para juri di AA (Academy Awards) sangat menyukai film bertema kejahatan perang Nazi. Film Life is Beautiful, Saving my private Ryan, Schindler’s List dan The Pianist sudah berhasil menggondol piala Oscar and this is the time for IB.

Ketika film ini berakhir, para penonton memberikan applaus dan saya baru sadar bahwa pertunjukkan pukul 20.45 malam ini dihadiri sekitar 80% occupancy dari theater 1 – Ciwalk. Bahkan film ini berhasil meyakinkan penonton bahwa Hitler meninggal didalam teater tersebut. Padahal menurut sejarah dan dalam film The Downfall (Der Untergang) produksi 2004, Hitler dan Eva Braun diceritakan lebih manusiawi dan memilih bunuh diri.

4 Thumbs up for QT with his movie “Inglourious Basterds”. Bravo!


7 comments:

  1. waktu SD aku ntn pelem BAT 21 berkali-kali.... soal perang vietnam

    kapan ya maen di smrg? 'keluh"

    ReplyDelete
  2. arip.. kok yg seru2nya diceritain.. kasian yg blom nonton..
    oia, sama.. semalem di setiabudi 1 juga pada applause.. termasuk gw.. sumpah keren banget..

    ReplyDelete
  3. sabar mainnya masih tahun depan 2010...hehehe

    ReplyDelete
  4. darah2nya serem gak? suka begidik sm sdegan yg berdarah2 hihihihihiihihi

    ReplyDelete
  5. Tarantino buat versi berbeda, lebih seru & lbh lucu.

    Btw... salam ya buat KINGKONG.

    ReplyDelete