Sunday, March 9, 2008

Java Jazz Festival 2008

                Jumat sore pukul 17.30 saya sudah tiba di tempat acara. Ratusan orang tampak berjejal didepan pintu masuk, beberapa calo mencoba menawarkan tiket masuk dan bahkan menawarkan apabila ada tiket lebih yang ingin dijual kembali. Wah ternyata dari tahun ke tahun yang namanya calo tetap ada disetiap tempat acara musik berlangsung dan bahkan bukan hanya disini saja para calo berkeliaran mulai dari bandara, stasiun bus dan kereta api pun mereka ada. Saya tahu hidup semakin sulit di Jakarta dan bahkan di Indonesia. Jadi saya cukup maklum akan kehadiran mereka, para calo hanya mengejar keuntungan yang tidak seberapa besar dari penjualan tiket suatu konser musik atau lain sebagainya. Ada rasa iba juga melihat mereka mengejar para calon penonton konser java jazz tadi malam. Ada seorang bapak tua yang sedang berusaha menawarkan tiketnya, ditangan tampak beberapa lembar tiket masuk yang djual lebih murah beberapa ribu rupiah dibanding di loket pembelian tiket. Bahkan beberapa orang asing pun lebih tertarik untuk membeli tiket di tangan para calo, karena harganya lebih murah sekitar 50 – 100rb/lembar.

                Pada saat masuk, penjagaan sangat ketat sekali. Para wartawan pun dilengkapi dengan ID card khusus Java Jazz yang sudah diberi bar code khusus, sehingga pada saat diperiksa secara otomatis nama, foto wajah mereka dan nama tempat mereka bekerja akan tertera dilayar komputer mereka. Panitia tampaknya tidak mau kecolongan lagi atas penggunaan ID card untuk media yang dapat digunakan secara ilegal seperti di tahun sebelumnya. Nah satu lagi, ada peraturan baru pada saat masuk ke arena acara JJF 2008 kali ini. Para penonton yang akan masuk dilarang membawa makanan atau minuman dari luar. Saya baru saja membeli satu botol Green Tea dan diberi tahun oleh penjaga pintu masuk agar dihabiskan segera atau ditinggal dipintu masuk. Jadi banyak penonton yang sudah membeli Aqua, Soft Drink, Tea atau makanan kecil lainnya harus ditinggal di pintu masuk. Dengan wajah kesal dan kecewa mereka meninggalkan makanan dan minuman dipintu masuk, alhasil deretan minuman ditaruh berjejer dibawah meja pintu masuk. It’s a business, dude!! Karena apabila para penonton dibiarkan  membawa makanan atau minuman dari luar, maka para penjual makanan dan minuman yang notabene beberapa diantaranta menjadi sponsor tidak akan laku berjualan didalam arena.

                Minuman seperti Green Tea  dan Soft Drink lainnya dikenakan harga sebesar Rp 15,000/botol dibeberapa counter dalam arena JJF 2008. Wow mahal yakh!! Tapi itulah bisnis perhelatan musik, setiap jengkal lahan yang dijual ke sponsor ada value dan para sponsor pun bisa menuntut kompensasi sebaliknya kepada pihak penyelenggara.

                Selanjutnya setelah berhasil melewati pintu masuk, saya mulai bingung ingin menonton pertunjukkan musik yang mana. Kemudian saya memutuskan untuk mengunjungi Femina Lounge yang terletak dilantai bawah JHCC. Femina Lounge yang terletak di Merak 1 & 2 kali ini tampak sangat sederhana tapi dengan tatanan yang apik, dilengkapi dengan beberapa LCD TV ukuran besar dan juga wall of fame majalah mereka. Akhirnya saya bertemu dengan teman-teman lama saya. Seperti biasa kehidupan dibelakang panggung tidak semewah tampilan luar sebuah acara. Beberapa teman saya tampak sedang kelelahan karena mereka sudah 2 hari yang lalu bekerja keras merapikan ruangan acara agar sesuai dengan permintaan pihak JJF dan manajemen Femina Group.

                Gustav, salahsatu sahabat saya pecinta musik Jazz telah tiba ditempat. Dan kami berdua melanjutkan perjalanan menikmati perhelatan akbar ini. Arena acara JJF 2008 dibagi dalam beberapa tempat yaitu Exhibition Hall A – B (diisi oleh BNI 46) Ruang Cendrawasih (diisi oleh Telkomsel), Ruang Assembly 1 – 3, Lobby Hall dan Plenary Hall (tempat berlangsungnya acara konser khusus). Konser khusus kali ini dimeriahkan oleh James Igram dan Boby Caldwell tanggal 7 Maret 2008, The Manhattan Transfer tanggal 8 Maret 2008 dan Babyface tanggal 9 Maret 2008. Setiap penonton yang ingin menyaksikan pertunjukkan special show ini harus membayar tiket masuk tambahan sebesar Rp 150rb (early bid) dan Rp 250rb (on the spot).

                BNI 46 kali ini sepertinya menjadi salahsatu main sponsor setelah perusahaan rokok PT. Sampoerna dengan brand Dji Sam Soenya, Medco Energy dan Telkomsel. Mereka menempati hall yang sangat besar sekali, dindingnya ditutup kain beludru warna hitam dan dihiasi kerlap kerlip lampu. Sangat cantik dan minimalis sekali desainnya, bahkan mereka menempatkan puluhan foto yang dipajang disepanjang jalan masuk menuju arena pertunjukkan musik. I felt lost here, because the arena was so huge. Sometimes I hate crowds...but not this time!!

                Sambil menunggu special show by James Ingram, saya menyempatkan menyaksikan beberapa penampilan artis jazz seperti Syaharani, Parkdrive, Ecoutez, Coda (australia) dan Sizhukong (Taiwan). Sizhukong sempat menarik perhatian saya karena mereka sekumpulan musisi jazz yang berasal dari Taiwan, Belgia dan Jepang. Mereka menampilkan irama jazz dengan sentuhan musik etnis cina. Beberapa peralatan perkusi dan sitar Cina mengiringi sebuah komposisi musik jazz. Saya jadi teringat akan penampilan grup Krakatau yang ciamik. Penampilan musisi jazz dari Taiwan tersebut menambah khazanah  musik saya malam itu. Let’s talk in jazz!!

                Penonton yang datang semakin membludak malam itu dan pukul 20.00 para penonton special show James Ingram sudah mengantri didepan pintu masuk Plenary Hall. Saya menonton dengan sahabat kampus saya di UI, Ira. Kemudian setelah itu, James Ingram tampil di main stage pukul 20.45, agak telat 15 menit dari waktu semula.  Para penonton yang sudah tidak sabar menunggu, kini mulai bergemuruh setelah melihat kemunculan James Ingram yang tampil full band dengan diiringi oleh 3 orang wanita sebagai backing vocal. Om Jamie (sebutan saya buat James Ingram) tampil dengan sangat memikat malam itu. Ia menyanyikan sekitar 10 lagu yang sudah akrab dengan ditelinga para pendengar setianya di Indonesia. Lagu demi lagu ia nyanyikan dan beberapa lagu ia nyanyikan secara duet. Kata sahabat saya Gustav, Om Jamie menyanyikan his greatest hitnya.

                Pada saat Om Jamie menyanyikan lagu dengan tempo yang cepat, tampak banyak penonton yang ikut menggoyangkan tubuhnya. Bahkan pada saat Om Jamie menyanyikan sweet long song, banyak pasangan yang terhanyut dan berpelukan mesra,  beberapa diantaranya ada yang menyalakan korek api. It’s so sweet....

                Om Jamie secara mengejutkan ikut turun panggung dan langsung saja diserbu para penggemar setianya. Om Jamie pun berduet dengan seorang penonton wanita yang tampil dengan suara pas – pasan. Wah puas sekali pertunjukkan malam itu, Om Jamie tampak all out dan ingin memuaskan para penonton setia di JJF kali ini. Special show selesai pukul 21.45 dan seperti biasa disetiap akhir pertunjukkan musik, para penonton selalu bersorak “We want more, we want more!”. Dan akhirnya tampillah kembali Om Jamie dari belakang panggung dengan bonus 2 lagu yang dinyanyikan secara medley. Kemudian pertunjukan berakhir dan tirai layar di main stage ditutup.

                Puas rasanya menonton pertunjukkan Om Jamie malam itu, setelah beberapa hari yang lalu emosi saya memuncak dikantor akibat kelakuan seorang pekerja dikantor saya yang tidak beres. Rasa emosi saya tiba-tiba hilang dan berganti dengan keriaan. Pengunjung pun masih tampak ramai, beberapa diantaranya sudah mulai kelelahan karena kita harus berjalan dari satu arena ke arena lain apabila ingin menikmati suatu pertunjukkan.

                Hari kedua, saya tidak bisa menikmati penampilan The Manhattan Transfer karena saya harus membayar tiket tambahan lagi. Malam ini penampilan Omar Sosa dan Pasto cukup memuaskan. Sepertinya yang paling banyak ditunggu sabtu kemarin adalah Ran, The Manhattan Transfer dan Bobby Caldwell.  Sudah 2 sahabat saya yang ingin menonton group jazz pendatang baru, Ran. Padahal menurut saya lagunya biasa saja, gampang membuat saya bosan dan melupakan lagu tersebut. Penampilan Matt Bianco dibatalkan sabtu malam, padahal banyak penggemarnya yang ingin menyaksikan penampilannya malam itu. Bahkan penampilan Bobby Caldwell tidak maksimal menurut teman saya, Gustav. Ia sangat menyukai lagu Om Bobby, sayang menurutnya Om Bobby tidak menyanyikan his greatest hits seperti Om Jamie. Dan juga performancenya biasa saja, tidak seatraktif Om Jamie. Betapa kecewanya teman saya tersebut, padahal ia sudah menunggu Om Bobby dari pukul 22.30, yang notabene special show Om Bobby baru mulai pukul 23.30. Dan kenapa harus diturunkan diwaktu yang sangat malam, sehingga membuat lelah penonton yang sudah menunggu dari sore. Selain itu performance Om Bobbie tidak maksimal, ia tidak menyanyikan lagunya yang menjadi hits di Indonesia. Sehingga para penonton tampak kecewa akan penampilannya malam itu.

                Dimalam terakhir, magnet pertunjukkannya adalah penampilan Kenny “Babyface” Edmonds, penontonnya seramai pertunjukkan Om Jamie di hari pertama. Karena ini adalah malam terakhir dan besok adalah hari senin yang pasti macet, maka saya putuskan untuk menonton hanya sampai pukul 22.00 saja. Setidaknya saya sudah melihat JJF 2008 kali ini dan kini saatnya mengejar souvenir dari acara tersebut. Kaos JJF 2008 menjadi incaran saya malam itu, tapi sayang souvenir yang dijajakan tidak sevariatif Jak Jazz.  Biasa saya selain mengincar kaos, saya selalu membeli pin dan poster. But it’s not the problem anyway. Saya sudah mengantongi souvenir JJF 2008 kali ini berupa hiburan musik yang tidak saya lupakan. Catatan lainnya, JJF 2008 kali ini juga mengetemakan green planet dimana para penonton bisa membuang sampahnya ditempat khusus agar bisa didaur ulang.

           Java Jazz Festival 2009 konon akan dihadiri oleh Harry Connick, Jr, Michael Buble (my fav. Jazz singer), Michael Bolton, George Michael dan Josh Groban. Semoga salahsatu dari mereka akan hadir di JJF 2009 nanti.....jangan sampai bobot Java Jazz Festival tersaingi oleh acara Jazz Festival dinegara lain. Malaysia saja sudah merencanakan akan membuat 3 event jazz international yaitu di Genting International Jazz Festival tanggal 4-5 April 2008, Miri International Jazz Festival 9 – 10 May 2008 dan Penang International Jazz Festival tanggal 4 – 7 Desember 2008. Jadi jangan sampai kalah yakh Om Peter Gontha. Go  beat them!! Java Jazz should be the best Jazz Festival  in Asia.

P.S: I would like to special thanks for my dearest Wulan (Happy Birthday, dear), Ira, Gustav and Mulyadi.

11 comments:

  1. pertamax !!

    seru juga ya Rief... jadi pengen ikut gabung....

    ReplyDelete
  2. janji apa?? kagak baca tulisan gw....sekarang ketat banget....sementara tiketnya terbatas euy....

    ReplyDelete
  3. ya udah tahun depan aja....hehehe
    kayaknya kudu nabung neh....soalnya bakalan seru...gw ngarepin bangets si buble, harry connick and george michael dateng ....sama amy winehouse....hahahhaa.....tapi kata temen gw kalau si amy winehouse dateng kudu disiapin cimenk satu koper sama bir pletok....

    ReplyDelete
  4. semogaa 2009 buble & groban dtg yaaa... *ngareephh bangeth nih*

    ReplyDelete
  5. ngarep bener....soalnya promo JJF 2009 udah ada di majalah musik kemarin ...kebetulan temen gw bawa...tapi pasti mahal dekh tiketnya...hehehhee.....btw makasih yakh ira....tiket james ingramnya....

    ReplyDelete
  6. iya.. gw males bacanya rip.. panjang bgt.. heuheu

    ReplyDelete
  7. berharap dpt gretongan lg aja ah gw ^_^

    ReplyDelete
  8. aku sih cuman berharap diiming2i lewat sms lagi... keterlaluan!!!

    ReplyDelete
  9. MICHAEL BUBLE? KYAAAAAAAAAAA MY REALLY REALLY FAVORITE SINGER!!!

    ReplyDelete
  10. sama....nggak tahan pengen liat buble live in concert di jakarta

    ReplyDelete