Saturday, June 19, 2010

Tanah Air Beta – A Tribute for the Refugees




Ketika melihat diacara kick andy di metro TV, saya langsung jatuh cinta dengan film ini yang mengkisahkan tentang sebuah keluarga yang tercerai berai akibat pasca referendum di Timor Leste tahun 1999. Dan sekali lagi saya tidak menemukan film ini dibioskop kelas atas di Jakarta, mengapa film Indonesia harus dikalahkan dengan film hollywood, kapan film Indonesia bisa dicintai lagi oleh rakyatnya. I protest for this monopoly.

Film ini dibuka dengan cinematography yang cukup baik mengenai kegersangan alam NTT dan bisa dibayangkan derita yang dialami oleh para pengungsi akan keganasan alam yang mereka hadapi pada saat ini. Diberitakan masih ada 70,000 pengungsi dari Timor Leste yang memilih untuk menjadi Warga Negara Indonesia ketimbang harus berada di kampung mereka, Timor Leste.

Bahkan disebuah harian nasional pernah ditulis, bahwa para pengungsi ini menjadi BEBAN pemda Belu, NTT. Seharusnya kita malu untuk menuliskan kata BEBAN, para pengungsi ini sudah memberikan tubuh, darah, roh dan semangat mereka demi Indonesia dan seharusnya mereka layak dianugrahi PAHLAWAN karena memilih Indonesia sebagai tanah air mereka dibanding Timor Leste. Dan masih ribuan orang yang kehilangan tanah, harta benda dan sanak saudara di Timor Leste hingga saat ini akibat jajak pendapat yang tidak beres tersebut.

Memalukan apabila hingga kini pemerintah pusat masih lupa akan geliat kehidupan mereka saat ini dan dengan adanya film Tanah Air Beta ini membuka mata para pejabat agar tidak hanya mengurus partai dan hal yg remeh temeh. Masih banyak pekerjaan yang belum tuntas dan 2014 masih lama, jadi tenang saja tidak usah khawatir untuk kalah.

Di film ini, Ari dan Nia masih belum cukup fokus untuk menceritakan secara detail sisi kehidupan para pengungsi. Konflik yang seharusnya dibangun disebuah film, tidak diceritakan dengan utuh. Konflik hanya dibangun antara Merry dan Mauro mengenai remeh temeh sebagai sebuah keluarga yang tercerai berai. Anti klimaks yang seharusnya terjadi diakhir cerita malah tidak saya rasakan difilm ini.

Seharusnya Ari dan Nia lebih fokus pada penceritaan seperti yang dibangun difilm Denias, dialog yang sederhana dan mengesankan. Kisah perjalanan dua anak yang mencari saudaranya seharusnya bisa lebih mengena dan ada banyak hal yang bisa dibangun. Tapi buat saya, hasil kerja mereka cukup diacungkan jempol, tidak mudah untuk membuat sebuah cerita dan menjadikannya sebuah film. Dipiala Citra 2010 ini, mungkin hanya masuk beberapa nominasi saja seperti untuk penata artistik dan penata musik saja dan tentu saja untuk Alesandara Gottardo sebagai Tatiana serta untuk Asrul Dahlan sebagai Abubakar.

Dan bila Anda menonton film ini berarti Anda sudah turut memberikan sumbangan bagi para pengungsi di NTT. Semoga Tuhan memberkati para pengungsi dan mereka senantiasa diberikan kekuatan yang luar biasa.

3 comments:

  1. critanya dinamiskan bang?
    *takut kebanyakan dialog jadinya bosan*

    ReplyDelete
  2. Siap nonton lagi..!!!
    Memang Bener .lagi lagi di bioskop kelas B..tapi gak masalah yang penting Niat..semoga aja spirit nya nular ke yang lain..mau mendukung film berkwalitas hasil karya anak negeri...:D

    ReplyDelete