Tuesday, June 3, 2008

Spiritual Journey - Masjid Kubah Emas




Finally, setelah sekian lama semenjak diresmikan akhir bulan Desember 2007 baru kali ini saya bisa menginjakkan kaki di masjid yang fenomenal di Indonesia - Masjid Kubah Emas di Limo, Depok, Jawa Barat. Masjid yang didirikan dengan dana pribadi oleh Ibu Hj. Dian Djuriah Maimun Al Rasjid (52), pengusaha asal Banten dan konon bersuamikan orang Arab Saudi yang mempunyai bisnis oil and gas di Singapore.

Masuk ke dalam masjid ini bagi pengendara motor harus ditempuh dengan berjalan kaki sekitar 1 km dari pintu gerbang dan apabila membawa mobil ada parkir khusus yang terletak di samping masjid dan di belakang masjid. Saya sarankan untuk tidak mengunjungi masjid ini pada saat hari libur. Karena dipastikan akan ramai oleh pengunjung dari luar kota dan bahkan juga dari Jabodetabek. Karena masjid ini menjadi obyek wisata terbaru di Depok, Jawa Barat.

Yang membuat fenomenal adalah kubah emasnya yang memang gold plated 18 karat yang terdiri dari 1 kubah besar dan 4 kubah kecil dengan atap bawang seperti masjid di Persia, Aceh dan Malaysia. Sementara didalam masjid ada beberapa ornamen yang juga dilapisi oleh emas seperti beberapa tulisan dalam Al'Quran di dalam lengkungan kubah serta tempat berkotbah bagi Imam.

Dibawah lengkungan kubah terdapat lampu gantung yang diimpor langsung dari Itali dengan berat beberapa ton, It's so huge!! Sehingga tidak heran apabila dilarang membawa kamera digital dan dalam masjid diberi kamera pengintai. Tapi siapa sikh yang mau mengambil emas di rumah Tuhan, kecuali orang sakit jiwa....hehehhehe....

Dari segi arsitektur, masjid ini mempunyai beberapa kekurangan salahsatunya yaitu ventilasi udara. Karena dindingnya juga dilapisi marmer serta atap yang tidak terlalu tinggi serta tidak terbuka sehingga menyebabkan uadara didalam masjid agak panas. Pemilik masjid sudah mencoba untuk memecahkan masalah dengan menggunakan ventilated fan agar udara pengap bisa dikeluarkan sementara udara segar bisa dimasukkan. Perbedaan antara masjid ini dengan masjid Istiqlal yang diarsiteki oleh insiyur FX Silaban - seorang Katolik, adalah dimana beliau bisa mengadaptasi arsitektur masjid di tanah suci - Mekkah dan Madinah untuk bangunan di iklim tropis. Beliau membuat masjid Istiqlal semi terbuka, dimana memungkinkan udara segar masuk dari segala arah. Sehingga para jamaah tidak merasakan udara lembab di iklim tropis. Dan tidak jarang para jamaah sehabis sholat meneruskan dengan tidur-tiduran di dalam masjid Istiqlal karena udara segar yang masuk benar-benar membuat nyaman. Selain itu tinggi atap dari lantai sengaja dibuat sangat tinggi sekitar 25 - 30 m dalam masjid Istiqlal sehingga udara lembab bisa langsung naik ke atas dan dikeluarkan dari kisi-kisi bangunan yang berbentuk segiempat dengan lapisan baja anti karat.

Sementara di masjid kubah emas ini, perkiraan saya tinggi atap ke lantai dasar sekitar 15 - 20 m dan sisi bangunan memang dibuat jendela tapi tidak semua jendela terbuka sehingga menyebabkan udara lembab tidak keluar.

Ada satu hal yang saya suka adalah berupa bangunan untuk mengambil air wudhu masih mengambil satu hal tradisional yaitu diberikannya aliran air untuk tempat pijakan jemaah yang selesai berwudhu. Tidak semua masjid modern mengaplikasikan hal seperti ini. Ceruk yang berisi air di tempat keluar lokasi wudhu hanya terdapat di masjid kuno seperti di masjid demak, masjid kasultanan yogya, masjid lama banten dan masjid kuna lainnya. Ada keuntungan tersendiri dengan adanya ceruk yang berisi air ini, karena pengunjung dari dalam masjid dan keluar akan melewati lantai marmer yang diterpa sinar matahari yang panas. Sehingga menyebabkan lantai marmer cukup panas untuk dipijak, walau pengelola masjid sudah memberikan tempat pijakan, alhasil ceruk air ini bisa mendinginkan kaki yang kepanasan untuk pengunjung yang ingin mengambil sepatu atau sandal didalam lokasi penitipan yang berada dekat dengan lokasi wudhu.

Lokasi masjid juga sangat resik.....lebih resik dari masjid Istiqlal. Jejeran pohon palem, mangga, bunga-bungaan dalam pot tertata rapi. Dan saya menyayangkan dengan pepohonan yang ditanam bukan pohon peneduh tetapi pohon hias seperti palem serta bunga dalam pot. Seharusnya pemilik masjid bisa memberikan kanopi yang dihiasi tanaman bunga rambat atau pohon peneduh seperti pohon ki hujan dari mulai pintu gerbang utama untuk mengurangi panas terik. Sangat kontras sekali, padahal tidak jauh dari lokasi masjid tepatnya dibelakang masjid terdapat Kampung 99 yang sangat hijau royo-royo dimana penduduknya melestarikan pepohonan disepanjang sungai yang mengalir dekat dengan kampung mereka.

Bagian belakang masjid terdapat sebuah hall yang cukup luas untuk menampung jemaah wanita. Dan saya tidak tahu bahwa lokasi ini hanya khusus untuk wanita saja, pria dilarang masuk. Saya masuk bagian belakang melewati samping masjid untuk mengabadikan open hall tersebut, dan hasilnya saya ditegur oleh penjaga masjid untuk segera keluar. How do i know??? There's no sign told me that!!

Tapi sudahlah akhirnya saya puas juga mengabadikan masjid ini baik dari dalam maupun luar masjid. Padahal dalam masjid dilarang membawa kamera digital, beberapa pengunjung mencoba mengabadikan melalui kamera handphone dan saya berhasil memotret dengan kamera canon saya....what a lucky me!!


3 comments: