Wednesday, May 27, 2009

Black Menthol – Si Kuda Hitam

Baru saja saya membeli rokok Marlboro Black Menthol disebuah mini market dekat kantor dan hanya ada 1 bungkus Marlboro Black Menthol. Sudah 2 bulan ini saya menikmati salahsatu varian baru rokok Menthol dari Marlboro yang hanya diterbitkan didua negara saja yaitu Jepang dan Indonesia.

 

Seperti kita ketahui konsumsi rokok di Indonesia menempati urutan ke 3 di Benua Asia dan ke 5 di dunia setelah pasar China, Rusia, USA dan Jepang. Saya sendiri mencicipi rokok menthol sejak tahun 2005 dan sebelumnya saya pernah jatuh hati pada rokok Salem yang tiba-tiba saja tidak diproduksi lagi di Indonesia. Karena konon penikmat rokok menthol di awal tahun 2000 masih belum banyak. Sehingga saya harus membeli rokok Salem impor yang bisa membuat kantong jebol dan juga sulit ditemukan dipasaran.

 

Pengalaman menghisap rokok Marlboro Black Menthol baru saya lakukan selama 1,5 bulan ini, setelah salahsatu teman dikantor menikmati rokok ini. Dan ternyata taste menthol yang diberikan oleh rokok Marlboro ini memang berbeda dari rokok Dunhill Menthol Light yang selama ini setia menemani saya.

 

Taste menthol dari varian baru ini memang sangat terasa dan apalagi dihisap diudara pegunungan yang sejuk, bisa dipastikan sangat terasa nikmatnya. Sehingga saya tergerak untuk membelinya kembali. Dan disinilah semua berasal mengapa saya mengulas sedikit tentang Marlboro Black Menthol.

 

Iklan Marlboro Black Menthol sudah saya sering lihat dibeberapa billboard besar beberapa bulan yang lalu, tetapi hati saya belum tergugah untuk membelinya. Karena saya pikir varian rokok menthol ini kurang lebih sama dengan rokok menthol yang lainnya. Mengingat cita rasa rokok Dunhill Menthol Light sudah membuat saya jatuh cinta selama 3 tahun belakangan ini. Pada awalnya ketika membeli rokok Dunhill Menthol Light ditahun 2005, cukup sulit ditemukan. Sementara saat ini sangat mudah ditemukan bahkan dipedagang rokok kaki lima sekalipun.

 

Ada semacam jokes yang muncul ketika rokok menthol muncul di Indonesia, bahwa rokok menthol hanya khusus untuk kaum perempuan yang kurang menyukai rokok kretek.  Tetapi ternyata jokes tersebut sudah luntur ketika banyak anak muda khususnya kaum pria yang semakin menyukai rokok menthol.  Sebagai buktinya dalam waktu sekitar 3 tahun belakangan ini banyak sekali varian rokok menthol seperti,

·        Marlboro : Menthol, Menthol Light dan Black Menthol

·        Djarum : LA Light Menthol

·        Sampoerna : A Mild  Menthol

·        Gudang Garam : Surya Slim Menthol, Signature Menthol

·        Dunhill : Menthol, Menthol Light

 

Selama beberapa tahun, rokok Sampoena dengan brand A Mild Menthol menguasai pasaran rokok Menthol di Indonesia, sehingga Djarum segera mengeluarkan LA Light Menthol sebagai pesaing baru. Dan munculnya rokok Dunhill Menthol Light yang membidik pasar premium rokok Menthol dengan harga yang cukup mahal dari awalnya perbungkus sekitar Rp 9,000 kini mencapai Rp 10,500 – 11,000/bungkus dipasaran. 

 

Dunhill Menthol Light muncul dipasaran dengan membidik anak muda golongan menengah keatas dan bahkan dapat disebut sebagai pasar premium. Berbagai macam promo gencar dilakukan disejumlah tempat hang out anak-anak muda yang akhirnya mereka mendapatkan semacam Dunhill Experience. Karena harga yang cukup mahal menjadikan semacam gengsi bagi sejumlah anak muda dan bahkan tidak jarang saya mendapatkan komentar bahwa “Ini kan rokok mahal”.

 

Kini Marlboro mengeluarkan varian baru dengan cita rasa Menthol yang mantap dan bahkan dengan harga terjangkau yaitu sekitar Rp 9,500 – 9,800/bungkus dipasaran. Tujuannya untuk mengambil pasar menengah keatas dan menggantikan posisi Dunhill Menthol Light sebagai rokok menthol premium.

 

Dengan tampilan kemasan hitam yang maskulin, stylish, dan premium, Marlboro Black Menthol hadir sebagai bentuk inovasi dari PT. Philip Morris Indonesia bagi para perokok muda dewasa khususnya penggemar rokok menthol di Indonesia.  Keunikan dari Marlboro Black Menthol terletak pada kuatnya sensasi menthol ketika rokok dihisap. Rasa menthol akan meninggalkan rasa segar yang lama, bahkan setelah hisapan terakhir.

 

Veronica Risariyana, Brand Manager Marlboro, mengungkapkan, "Perkembangan pasar menthol di Indonesia memiliki peningkatan yang sangat signifikan dalam 2 tahun terakhir ini. Hal ini membuktikan bahwa rokok menthol semakin diminati oleh perokok di Indonesia. Berangkat dari situasi tersebut, kami tertantang untuk memberikan pilihan rokok menthol yang berbeda bagi perokok dewasa. Karena itulah dalam momen ini kami gunakan untuk memperkenalkan produk terbaru kami Marlboro Black Menthol dalam edisi terbatas untuk memenuhi permintaan perokok muda dewasa yang terus meningkat akan tersedianya produk-produk rokok berkualitas dan berstandar internasional."

 

Marlboro Black Menthol tersedia dalam edisi terbatas selama 6 bulan. Varian baru Marlboro ini diproduksi dan dipasarkan oleh PT. Philip Morris Indonesia di fasilitas pabriknya yang berada di kawasan Cibitung, Jawa Barat dan akan tersedia di hampir seluruh kota besar di Indonesia. Marlboro Black Menthol melengkapi koleksi varian rokok Marlboro lainnya yang beredar di Indonesia, seperti Marlboro Full Flavor, Marlboro Lights, Marlboro Menthol dan Marlboro Lights Menthol. Merek Marlboro sendiri sampai saat ini masih merupakan pemegang pangsa pasar terbesar dalam kategori rokok putih di Indonesia.

 

Dan kini rokok Marlboro Black Menthol sulit dicari dipasaran mulai dari minimarket Yomart, 711, Circle K, Alfa Mart dan Indomart hingga ke hypermarket sekalipun. Kekurangan stock Marlboro Black Menthol membuat saya heran, apakah ini semacam taktik bisnis atau persaingan bisnis?

 

Seperti press release yang dikeluarkan oleh pihak Marlboro bahwa varian ini dibuat terbatas hanya untuk mengetahui reaksi pasar atas munculnya varian rokok baru ini yang ternyata diluar dugaan. Pasar sangat antusias sekali sehingga sering habis dipasaran. Terakhir kali saya beli rokok ini di Indomart Sari Ater, Jawa Barat. Dan bahkan dibekasi sekalipun, petugas Alfamart memberitahu saya bahwa mereka belum menjual produk tersebut. Sementara di Circle K yang bisa ditemui dimana saja, selalu kehabisan stock rokok tersebut.

 

Atau ada persaingan bisnis didalamnya? Seperti kita ketahui bahwa sebuah produk yang ingin dipajang disebuah mini market or hyper mart, produsen produk tersebut harus membayar fee untuk menyewa space yang mereka butuhkan untuk memajang produk mereka, misalkan di Circle K atau di Alfa Mart. Hal ini menyebabkan bisa terjadinya monopoli terhadap sebuah produk, ketika sebuah produk yang dianggap laku dipasaran akan membuat pesaingnya ketar ketir. Sehingga pesaingnya bisa membuat sebuah negoisasi terhadap si pemilik ritel untuk tidak memajang produk tersebut dalam jangka waktu tertentu, untuk menciptakan image bahwa produk tersebut sulit ditemukan dipasaran. Sehingga secara tidak langsung memaksa konsumen untuk membeli produk serupa yang tersedia dipasaran.

 

Seperti iklan rokok Marlboro Black Menthol yang memajang image sebuah kuda hitam, memang ia menjadi kuda hitam dalam varian rokok Menthol Light saat ini. Tapi sebenarnya, rokok Salem sudah terlebih dahulu mengeluarkan varian rokok Menthol Light dengan package warna hitam yang maskulin dan premium, maklum masih impor jadi harganya pun sangat mahal.

 

 

Sekilas tentang rokok:

 

Rokok pada awalnya dibuat dari daun tembakau yang dikeringkan dan berasal dari benua Amerika Latin. Ketika tahun 1492, Christopher Columbus menemukan bahwa suku Indian suka menghisap daun tembakau untuk mengusir rasa letih dan bahkan digunakan untuk upacara ritual serta pengobatan. Dalam sejarah juga dituliskan ketika Christopher Columbus kembali ke Spanyol, dia membawa berbagai macam persembahan selain emas dan batu mulia, daun tembakau juga dipersembahkan kepada Raja Spanyol yang waktu itu berkuasa. Dan disinilah kebiasaan merokok berkembang di benua Eropa.

 

Di Indonesia sendiri, dalam sejarah diceritakan ketika Roro Mendut membuka home industry rokok untuk membayar pajak kepada Tumenggung Wiraguna. Dan kemudian rokok buatan Roro Mendut disukai oleh banyak kaum pria waktu itu dan salahsatunya Pranacitra.

 

Penanaman tembakau secara modern dilakukan pada masa colonial Belanda diakhir abad ke 18 sehingga tidak aneh apabila komoditi tembakau Deli menjadi primadona dijamannya dan bahkan menjadi merk dagang dipasar Tembakau di Eropa hingga kini.

 

Ditahun 1890, rokok kretek berkembang khususnya di kota Kudus, Jawa Tengah. Sejarah tentang rokok kretek telah dibukukan saat ini dan dapat ditemukan ditoko buku besar di Indonesia dan bahkan diterbitkan dalam bahasa Inggris.

 

Rokok sendiri sebenarnya dibagi dalam 3 kategori yaitu rokok mild, rokok kretek dan cerutu. Rokok tipe Mild di presentasikan mempunyai kandungan tar dan nikotin yang paling rendah dibanding rokok kretek dan hal ini dikontrol dengan baik/dijamin oleh pabriknya, karena kerendahan kadar tar dan nikotin ini justru menjadi "nilai jual" bagi mereka berkaitan dengan isu kesehatan. (Tar dan Nikotin adalah penyebab kanker).  

 

Rokok mild memiliki sekitar 14-15 mg tar dan 5 mg nikotin. Karena ringan kandungan tar dan nikotin nya, maka rokok jenis mild juga diberi istilah light, misalnya rokok LA Light, Marlboro light dll. "Keringanan" kandungan tar dan nikotin ini dikarenakan,

 (a)Pengolahan lebih lanjut dilakukan terhadap tembakau sebelum dicacah halus menjadi setengah serbuk.Cara pengolahan nya dirahasiakan pabrik

 (b)Penggunaan teknologi "filterisasi" pada batangan rokok, yaitu menambah busa pada bagian yang akan dihisap sehingga busa berfungsi sebagai penyaring nikotin dan tar (dan memang lewat penelitian terbukti efektif/signifikan).

 

Rokok tipe mild disebut juga rokok putih karena biasanya warna gulungan kertas pembungkus silinder rokok tersebut berwarna putih. Tahap pengolahan rokok putih meliputi tahap persiapan, penggulungan dan pengepakan. Tahap persiapan meliputi tembakau, kertas, artifisial tembakau dan saus. Dan saus inilah yang memberikan cita rasa yang berbeda. Tahap penggulungan dapat dilakukan secara manual atau dengan mesin.

 

Rokok tipe kretek memiliki sekitar 20 miligram tar dan 4-5 miligram nikotin. Lebih besar kandungan tar dan nikotin nya dari rokok mild, sehingga resiko kanker menurut dokter jadi lebih besar pula. Rokok tipe kretek ini contoh nya Dji Sam Soe yang menjadi signature cigarette Indonesia. Di negeri Paman Sam, konon pecinta rokok ini cukup banyak dan anehnya setiap rokok yang dibuat di Indonesia mempunyai cita rasa yang berbeda dengan yang dijual diluar negeri. Bahkan rokok A Mild yang ada di Malaysia berbeda rasanya dengan yang ada di Indonesia.

 

Rokok cerutu umumnya berbentuk seperti torpedo/kapal selam dengan ukuran lebih besar dan panjang dari dua jenis rokok pertama. Terdiri dari daun tembakau kering yang digulung-gulung menjadi silinder gemuk, lalu dilem dan tidak dicacah daun tembakau nya. Akibatnya cerutu menjadi yang paling besar dari segala jenis rokok kandungan tar dan nikotinnya menjadi yang paling berbahaya menurut dokter. Kuba adalah salahsatu penghasil rokok cerutu terbaik di dunia hingga saat ini dengan berbagai macam varian. Bagi pecinta rokok cerutu, menghisap rokok cerutu menjadi semacam gengsi dan gaya hidup kelas atas. Karena harganya yang sangat mahal, saya pernah diundang kesebuah acara di JW Marriott Hotel Jakarta dan malam itu setiap tamu yang hadir dipersilahkan untuk melihat proses pembuatan rokok cerutu dan membawa pulang rokok cerutu tersebut dengan gratis.

 

Perusahaan rokok di Indonesia berdasarkan data Gaprindo, jumlah perusahaan rokok skala kecil pada 2000 tercatat sekitar 600 unit pabrik. Jumlah tersebut terus bertambah tiap tahun sehingga pada 2003 jumlahnya mencapai 1823 perusahaan. Bahkan di tahun 2008 diperkirakan ada sekitar 4900 – 5000 perusahaan rokok skala kecil – menengah.

 

Sementara cukai rokok yang diperoleh pemerintah ditahun 2008 sekitar 47 trillun rupiah, sehingga tidak aneh apabila industri rokok di Indonesia menjadi paradoks. Satu sisi memberikan pemasukan kepada pemerintah dan satu sisi lagi membahayakan kesehatan penduduk.

 

Di Asia, Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, Indonesia menempati urutan ketiga terbanyak jumlah perokok yang mencapai 146.860.000 jiwa.  Bahkan dari hasil penelitian bahwa 12% anak sekolah dasar diIndonesia sudah mulai merokok walau masih dalam tahap mencoba-coba.  Sehingga dibutuhkan keseriusan pemerintah dalam menggalakkan pelarangan merokok diusia muda.

 

Suatu hari nanti, saya akan berhenti merokok dan apabila kebiasaan merokok sudah sangat berkurang di Indonesia, mau dikemanakan ribuan petani tembakau dan jutaan buruh pabrik rokok di Indonesia. Semuanya patut dipikirkan bersama……..

11 comments:

  1. banyak yg terjebak menjadi kecanduan rokok karena coba-coba pada saat masih berusia muda untuk kelihatan keren. apalagi harga rokok di indonesia yang sangat murah meriah, yang bisa dibeli dengan gampang. memang sulit skarang karena rokok menyumbang untuk ekonomi indonesia,,,. Sampai sekarang belum pernah ada niat baik pemerintah untuk mengatasi ini. Saya bukan ahli ekonomi tapi dengan pikiran saya yg sederhana ini mungkin yg bisa dilakukan:
    1. membuat harga rokok mahal seperti halnya di negara-negara barat, dengan cara meninggikan pajak rokok atau tembakau,,,jadi dengan jumlah produksi rokok yg sedikit, margin keuntungan tetap sama, gitu sederhananya. rokok mahal akan sulit dijangkau anak2 yg masih sekolah.
    2. alasan yg menggunakan petani tembakau,,, tugas pemerintah untuk bisa mengalihkan keahlian mereka selain tembakau,,, secara alami kalau dilakukan tahap demi tahap mudah-mudahan mereka bisa beradaptasi. Lagian berapa jumlah petani tembakau & buruh pabrik rokok dibandingkan dengan jumlah perokok di indonesia yang berpotensi mengalami berbagai macam penyakit dan meninggal.
    3. iklan rokok dalam bentuk apapun dimanapun harus dilarang,,,,

    ReplyDelete
  2. hmm....kalau pembelinya anak2 sekolah yang ortunya notabene kaya dan uang jajannya gede ...gimana dunk Om? Mungkin harus lebih tegas lagi pengawasannya, bagi yang sudah berKTP baru boleh beli rokok dimana pun....hehhee...(mungkin nggak sekh??) Just like me....baru berani ngerokok didepan ortu setelah kerja...xixixixii

    ReplyDelete
  3. kenapa kok bs pindah?mnrtku black menthol tlalu balsem rasanya hehe..ttp dunhil deh pemenangnya..

    ReplyDelete
  4. semriwing rasa mentholnya....hehhe...lebih mantap n murah dikit....

    ReplyDelete
  5. well... dah pernah mencoba merokok dan entah kenapa tidak bisa "menemukan" dimana letak kenikmatannya jadi ya akhirnya bener2 gak pernah tergoda buat ngerokok heheheheheh

    ReplyDelete
  6. new Djarum Black Menthol has arised...
    wah mau nyoba ah....

    ReplyDelete
  7. mau dikemanakan ribuan petani tembakau dan jutaan buruh pabrik rokok di Indonesia?
    Mudah2an pertanyaan di atas bukan pertanyaan utk melestarikan industri rokok, juga bukan pertanyaan yg keluar dari buntunya pikiran utk melihat jalan keluar yg kreatif-inovatif.
    Cukup banyak tumbuhan superfood yg bisa dibudidayakan dgn perkebunan besar & bisa menjadi industri makanan / obat yg besar manfaatnya bagi manusia. Kabar yg tidak terlalu jauh, pohon kelor berpotensi diolah menjadi superfood. Begitu juga manggis, sirsak, lidah buaya, buah merah Papua. Juga tumbuhan alfalfa, yg saat ini masih dijual oleh pihak luar negeri dalam bentuk benih yg sudah direkayasa sehingga tidak bisa mengeluarkan benih turunan; jadi, mesti beli terus tuh sama si pemasok benih. Jahatnya mereka, tanaman subur justru dimandulkan demi kelestarian aliran duit ke kocek mereka. Mudah2an Allah swt. mengaruniai Indonesia terobosan utk mem-fertil-kan kembali alfalfa di bumi Indonesia.

    ReplyDelete
  8. tanaman alfalfa....wah baru denger tuh....seperti apa ya?

    ReplyDelete
  9. Tanamannya seperti apa, saya juga belum pernah lihat; tapi, untuk tahu khasiatnya, Anda bisa cek bhw Alfalfa telah dikemas jadi suplemen kesehatan: ada yg harganya Rp 172 ribu utk 50 tablet; ada yg dijual dlm kemasan concentrated drink dgn iklan "1 sendok alfalfa setara 1 kg sayur". Superfood, kan? Saya nggak ikut jualan ya :-)

    ReplyDelete