Wednesday, December 9, 2009

Balibo - sebuah cerita lama dalam sebuah film




Hari Selasa pagi ketika sedang membaca harian Kompas, tertulis akan ada penayangan film Balibo – sebuah film yang baru saja dilarang diputar di ajang Jakarta International Film Festival 2009 oleh LSF (Lembaga Sensor Film). Kali ini di Gedung Indonesia Menggugat, masyarakat kota Bandung bisa menyaksikan film ini walau dalam sebuah ruangan sempit dan duduk beralaskan karpet. Tapi animonya sungguh sangat besar...

Film ini menguak luka lama mengenai kasus pembunuhan 5 wartawan muda asal Australia dibulan Desember 1975 dan hingga kini masih menjadi tanda tanya besar. Apa yang sebenarnya terjadi pada mereka?

Sutradara Robert Connoly berusaha memfilmkan kisah ini dalam bentuk film semi documenter. Dimulai dari kisah seorang gadis yang bernama Juliana, ia berusaha menceritakan pertemuannya dengan salah seorang wartawan Australia yang bernama Roger East. Kemudian cerita dilanjutkan dengan pencarian 5 wartawan muda Australia yang diperkirakan pergi ke Balibo – sebuah kota kecil dekat perbatasan Indonesia – Timor Leste.

Dalam cerita ini juga digambarkan Jose Ramos Horta, seorang pejuang Fretilin semasa muda yang sangat bersemangat berjuang demi negrinya Timor Leste. Hingga suatu saat ke-5 wartawan Australia tersebut terjebak disebuah benteng Portugis yang berusia 300 tahun. Sebenarnya mereka sudah diperingatkan oleh gerilyawan Fretilin agar segera menyelamatkan diri dari kepungan TNI waktu itu. Karena ingin mengejar berita tentang penyerbuan tentara TNI di Balibo, akhirnya mereka harus meregang nyawa.

Dikisahkan TNI waktu itu dengan sengaja membunuh kelima wartawan tersebut (salahsatu diantaranya ternyata berkewarganegaraan Selandia Baru). Mereka terperangkap dalam sebuah ruangan dan salahsatu diantara mereka berusaha untuk menyerahkan diri ke TNI dan mereka mengatakan “We are journalists from Australia”. Tapi ternyata nasib bercerita lain, seorang perwira TNI menodongkan pistolnya ke dahi sang wartawan dan melepaskan peluru panas langsung kekepala sang wartawan yang tanpa senjata tersebut.

Karena panic mereka berpencar dan satu persatu dibunuh dengan kejam oleh TNI dan setelah meninggal dunia, wafatnya dikumpulkan dalam sebuah ruangan. Kemudian pita seluloid rekaman hasil wawancara dan liputan selama mereka berada di Timor Leste dibakar bersama jenazah mereka.

Ketika Roger tiba di Balibo, semua sudah sangat terlambat. Ia juga harus menghindari kepungan dari TNI di Balibo sehingga harus keluar masuk hutan dan menyusuri sungai hingga di kota Dili. Pada bulan Desember 1975, Tentara Nasional Indonesia (TNI) menyerbu masuk ke kota Dili dan berhasil menguasai kota tersebut hingga tahun 1999. Roger sang wartawan gaek berumur 50 tahun dari kantor berita AAP – Reuters berusaha melaporkan apa yang terjadi melalui telegram ke mancanegara dikota Dili. Tapi terlambat TNI sudah mengepung gedung tersebut dan ia diseret kepinggir pelabuhan di kota Dili. Hingga ajal menjemputnya dan mayatnya dibuang dilaut Timor. Juliana – sang bocah cilik melaporkan peristiwa tersebut, sebuah peristiwa 24 tahun lalu yang tidak pernah ia lupakan.

Secara sinematografis, film ini berhasil mengangkat keindahan bumi Timor Leste dari balik lensa kamera. Tetapi mengenai kebenaran cerita tersebut kita masih belum mengetahui. Kisah ini merupakan The X Files antara kedua negara besar yaitu Indonesia dan Australia. Semasa pemerintahan Soeharto, pemimpin Australia berusaha membungkam diri untuk menjaga hubungan baik antara kedua negara. Walau hingga kini belum ada yang berani angkat bicara mengenai apa yang terjadi sebenarnya terhadap kelima wartawan tersebut.

Disisi lain, wartawan perang merupakan salahsatu pekerjaan paling berbahaya di dunia. Nyawa adalah ancaman terbesar bagi mereka, entah sudah berapa puluh wartawan yang sudah terbunuh mulai dari perang dunia II – perang Korea – perang Vietnam hingga perang di Afghanistan. Secara pribadi saya menilai bahwa film ini memang layak untuk tidak dipertontonkan secara umum karena takut terjadi adanya sentiment anti Australia.

Tapi menariknya film ini banyak ditunggu oleh warga Indonesia, karena kami juga ingin mengetahui cerita tersebut dari kacamata Australia. Ibarat sebuah legenda lama yang ingin dihidupkan kembali. Mengenai pembunuhan yang disengaja oleh TNI terhadap ke-5 wartawan muda Australia + 1 wartawan Selandia Baru, mungkin hanya segelintir orang di dinas intelejen Indonesia dan Australia yang tahu kisah sebenarnya. Nikmati saja film ini sebagai sebuah film sejarah yang cukup menghibur dengan musiknya yang indah, gambarnya yang indah tentang alam Timor Leste yang memang menarik buat saya pribadi.

Seperti yang telah saya lakukan, I am proud of my Dad and his team to build the road in Timor Leste in 1976 – 1979 hingga ke ujung pedesaan, menyesalkan Timor Leste lepas dari pangkuan Indonesia, tetapi saya bersahabat baik dengan salahsatu sahabat Xanana Gusmao hingga detik ini. Rekonsiliasi adalah jalan terbaik, menatap kemasa depan antara 2 bangsa yang dulu sempat terkoyak oleh politik. Mungkin film ini akan masuk dalam jajaran Oscar 2010 nanti. Hope so….

5 comments:

  1. one of the most anticipated movies this year :)

    pengen nonton!

    ReplyDelete
  2. wah...sayang yah...tak diputar di bioskop2
    :)

    ReplyDelete
  3. yup surprised aja pas baca dikompas....diputar dibandung padahal di jiffest kemarin nggak jadi ditayangkan.....

    ReplyDelete
  4. iya kalau ditayangkan takut terjadi sentimen anti australia, dll....biasalah suka dipelintir kalau masalah politik.....

    ReplyDelete
  5. penasaran pingin nontoooooooon dong, ada dvd bajakannya gak yah hehehe

    ReplyDelete