Sunday, November 29, 2009

Into the wild - part V




Rencana mau ke Sumedang mencari air terjun cuma kali ini masih gagal lagi karena waktunya tidak mencukupi. Akhirnya ke Cikole - Lembang untuk mencari buah pinus untuk hiasan natal dikantor. Naik motor hanya 30 menit saja dan sudah sampai di kaki gunung Tangkuban perahu....ribuan pohon pinus tersebar dan bau segar pegunungan segera menyeruak ke paru2...

Kawah Domas - memasuki area ini tantangan cukup menantang, pohon tumbang dan jalanan licin yang terjal cukup membuat jantung berdegup kencang. Selain macam kumbang yang masih banyak terdapat di area pegunungan ini. No one was there kecuali saya...bau dedaunan yang tersiram hujan bagaikan parfum alam no.5.

Tangkuban perahu memang menakjubkan, saya tidak pernah bosan kemari dan mencari area yang sepi dari turis lokal dan penjaja keliling yang ramai. Saya serasa sebutir pasir dialam buatan Tuhan Maha Agung. Memandangi sisi gunung dari segala arah dengan hawa dingin segar yang tidak bisa tergantikan.

Perjalanan dilanjutkan ke Air Kahuripan - air kehidupan yang konon membuat awet muda dan airnya baik untuk kesehatan. Jalan masuk yang curam dan tidak tertata dengan baik menjadi tantangan tersendiri. Walau harus berhenti beberapa saat. Diair kahuripan yang konon keramat, kita bisa melihat gua (cave) yang dibangun sebagai bunker, terpahat bulan agustus 1937.

Sebuah bunker sempit dengan ketinggian 170 cm, sehingga saya harus menunduk agar tidak terantuk atap gua. Bau setanggi menyeruak dan menambah suasana mistis. Memang masih banyak mahluk gaib dalam gua tersebut and I can feel it. Beberapa orang menggunakannya untuk bersemadi.

Setelah itu saya menuju ke kawah yang lain menikmati gunung tersebut dari arah berbeda. Jalanan berbatu dan sempit sangat menantang. Sayang beberapa pengunjung dengan seenaknya membuang sampah sembarangan, padahal di alam yang indah just leave your foot prints and bring back your rubbish.

Pada saat perjalanan pulang saya bertemu dengan kakek tua penjaga gunung, Aki tersebut sudah 40 tahun menjaga gunung tersebut dna ia sedang memetik daun untuk dimasak. Kemudian saya mengajaknya minum kopi panas sambil beristirahat disebuah warung terdekat sambil berteduh dari hujan rintik-rintik sore itu. Ia memberi saya sekuntum bunga gunung yang kecil dan baunya harum semerbak, tetapi bukan bunga edelweis. Ia menyarankan agar saya menyimpan bunga kecil yang harus tersebut baik-baik.

Akhirnya kami pulang dan tadinya saya mengajak kakek tersebut bareng naik motor, tetapi saya kehilangan jejaknya ketika saya turun kebawah. Padahal saya sudah mengurangi kecepatan saya, karena Aki tidak bisa berjalan cepat karena umurnya yang sudah tua. Entah ia lewat mana.......bunga tersebut masih saya simpan dengan baik. Makasih Ki!!

No comments:

Post a Comment