Wednesday, July 29, 2009

Into the Wild – Exploring Mount Papandayan (part two)




Rasa lelah akibat mendaki gunung hilang seketika berganti dengan kekaguman yang tiada habisnya. Menurut Kang Asep beberapa wisatawan asing sempat berenang didanau kecil itu yang berair hangat, but it’s a big No No for me coz I know it’s an active caldera. Saya cukup memegang air hangatnya saja dan baru ingat kalau kawasan ini sebagai tempat moksanya (gone by the wind) Prabu Siliwangi, penguasa kerajaan Hindu Pajajaran diabad 17 M.

Beliau dan para pengikutnya menyepi kepegunungan di Jawa Barat untuk menghindari kekuatan kerajaan Islam di Cirebon dan Demak. Hingga sekarang belum diketahui dimana makam beliau dan konon sering menampakan diri menyerupai harimau.

Menurut Kang Asep, sehari sebelum gunung ini meletus ditahun 2002, beberapa hewan liar seperti black panther (macan gunung), rusa, kera liar dan lain-lain turun kedesa-desa disekitar gunung ini. Dan meletus ketika dini hari dan bekas letusannya masih terlihat dengan jelas.

Ratusan pohon yang terbakar akibat wedus gembel (istilah uap panas dari gunung berapi yang meletus untuk masyarakat Jawa) menyisakan tonggal kayu yang berwarna hitam legam dan beberapa diantaranya berbentuk arang kayu. Bisa dibayangkan ratusan hingga ribuan derajat Celcius ketika gunung ini meletus. Ratusan bongkahan batu besar terlempar dari perut bumi dan memberikan nuansa mistik tersendiri.

Menurut Kang Asep bahkan banyak orang yang mencari pusaka dipuncak gunung ini dan bahkan ada beberapa gua kecil disekitar gunung ini. Konon ketika jaman Belanda, gua tersebut dijadikan tempat penyimpanan harta karun. Buat saya gunung ini memang menyimpan sebuah energy yang tidak kasat mata, an invisible energy.

Tanpa disadari baju dalam saya basah kerana keringat, kemudian saya membuka baju agar tidak masuk angin. Uap segera keluar dari tubuh saya yang panas sementara diluar hawa dingin sekitar 20 - 18 derajat Celcius tidak membuat saya kedinginan. Setelah ganti baju, pemandangan dibawah cukup menakjubkan, perlahan-lahan kabut mulai merangkak naik kepuncak gunung. Akhirnya saya memutuskan untuk turun gunung dan berpisah sekejap..coz I will be back.

Kali ini perjalanan menuruni gunung cukup mengasyikkan dengan rute yang berbeda, saya melewati sebuah danau kering dan puluhan onggokan kayu kering berwarna hitam. Dan ternyata masih ada sebuah sungai kecil dengan warna air yang berbeda sesuai kandungan belerang, ada yang berwarna hijau tosca dan coklat muda. Amazing!!

Base camp tampak kecil sekali dan dari kejauhan saya mendengar deru suara motor, ternyata menurut Kang Asep banyak penduduk local yang mengambil jalur pendakian gunung ini sebagai short cut menuju pengalengan. Wow…tapi memang lokasi ini sangat cocok untuk lokasi mountain bike dan bahkan iklan rokok Gudang Garam yang naik motor sport serta extra joss diambil dilokasi gunung ini. Hmm…

Kang Asep kemudian menjelaskan mengenai tumbuhan yang ada disekitar gunung ini mulai dari buah berry hutan yang agak masam dan bisa dimakan. Saya memetik buah berry hutan tersebut dan memakannya…rasanya sedikit masam. Kemudian ujung duan berry tersebut bisa dijadikan berbagai macam obat seperti darah tinggi dan lain-lain.

Sebuah tanaman kecil dipinggir batu ditunjukkan oleh Kang Asep dan berguna sebagai obat kuat….hmmm!! Menurutnya, 3 lembar daun tersebut dimasak dengan air sebanyak 3 gelas hingga tinggal 1 gelas, setelah dingin diminum sehari 3 x dan dijamin…mak nyosss ketika berhubungan badan! Opppsss….maaf.

Ketika hampir tiba dibase camp, saya bertemu dengan serombongan mahasiswa IPB yang sedang orientasi. Kabut segera menutupi sebagian puncak gunung dan memberikan nuansa yang indah. Dibagian timur gunung, kita bisa meyaksikan gunung tuntang yang berselimutkan hutan primer dan kabut. Pesawat merpati pernah menabrak puncak gunung ini ditahun 90an dan memakan korban jiwa cukup banyak.

Menu mie goreng telur menjadi menu breakfast saya pagi itu sambil menyeruput secangkir kopi hangat dan saya masih menimmati nuansa alam yang sangat indah. Ingin rasanya suatu saat nanti saya bisa berkunjung ke 5 stars destination ini. Setelah sarapan bersama Kang Asep, saya segera memberinya selembar 50rban sebagai tips. Dengan sopan beliau mengucapkan terimakasih dan minta maaf apabila informasi yang disampaikan belum memuaskan. Wah senangnya saya mendapatkan guide yang baik hati dan helpful karena mau membawakan tas ransel saya dari awal hingga akhir. Bila kalian hendak berkunjung ke gunung ini bisa menghubungi Kang Asep di nomor 0812 1990 4205.

Seperti janji saya, I will be back….dan bila kalian punya waktu bisa menikmati keindahan alam gunung Papandayan yang memukau ini. It’s a 5 stars destination with a reasonable cost....close with nature!

5 comments:

  1. jadi ingat terakhir kesana kapan ya?? 2 thn sebelum letusan terakhir, sampai ke pondok salada
    papandayan memeng memukau, Insya Allah kalau ada kesempatan mudik akan diusahakan kesana lagi...

    ReplyDelete
  2. pondok salada? hmm dimana tuh.....
    aku aja pengen kesana lagi

    ReplyDelete
  3. pondok salada itu dipuncak papandayan, yang paling atas, biasanya anak2 muda suka kemping diatas situ...masa gak tau sich???
    setelah melewati kawah2 yangbanyak belerang masih naik keatas lagi sekitar 3 km kalau gak salah ya..
    waktu itu saya ambil jalan pintas yang menanjak lurus jadi lebih singkat

    ReplyDelete