Wednesday, July 29, 2009

Into the Wild – Exploring Mount Papandayan (part one)




Bosan dengan aktivitas pekerjaan yang cukup menguras tenaga dan otak, sabtu malam pukul 19.00 baru tiba diperaduan setelah bekerja dikantor seharian. I need a rejuvenation, sebuah penyegaran dalam hidup saya. Ingin menghabiskan my me moment disebuah tempat yang sepi dan bisa menyegarkan otak and my feeling. Akhirnya saya membuka buku panduan wisata kota Garut dan malam itu juga saya memutuskan untuk pergi kekota tersebut. I was a bit insane when I decided to go. I left home at 12.00 pm dan berangkat naik motor ke kota Garut. Menurut informasi yang saya peroleh jarak dari Kota Bandung ke Garut sekitar 1,5 – 2 jam perjalanan. Saya kemudian mulai packing dan membawa baju secukupnya serta sebuah kamera.

Melewati jalan biasa yang berujung didaerah Ujungberung, Jatinangor dan kemudian menuju ke kota Garut. Sempat bertanya kebeberapa tukang ojek dan ketika memasuki kota Garut..wow suasananya cukup gelap. Karena kota tersebut dikelilingi oleh perbukitan yang masih ditutupi oleh hutan sekunder dan persawahan. Well.. I always believe that GOD is my guidance and my guardian.

Akhirnya tiba dikota Garut pukul 01.30 am dan saya kemudian mencari hotel untuk melepas penat. Karena limited budget akhirnya saya berusaha mendapatkan sebuah hotel yang cukup nyaman dengan harga yang sangat murah. Saya memilih kamar dengan kamar mandi dalam dan TV seharga Rp 90,000/nite. Udara cukup dingin pagi itu karena Garut dikelilingi gunung dan terkenal sebagai Swiss Van Java semasa jaman Belanda. For your information, Hotel Cempaka memiliki berbagai macam tipe kamar mulai dari harga Rp 65,000 – Rp 300,000 located at the centre of the Garut city, (0262) 243 650.

Pukul 5 pagi saya bangun dan kemudian langsung bersiap-siap menuju ke tujuan awal, gunung Papandayan yang memiliki ketinggian 2.638 dpl (above the sea). Kemudian saya bertanya kesalahsatu staff hotel mengenai arah ke gunung papandayan, jarak tempuh dari kota Garut masih sekitar 1 jam lagi. Matahari belum terbit dan saya harus berlari mengejar waktu. Beruntung kehidupan kota Garut sudah mulai menggeliat diwaktu shubuh, ada yang sedang berlari dan bahkan angkot sudah mulai mengambil penumpang. Jalanan semakin menanjak dan hawa dingin mulai meyeruak masuk. Kebetulan saya sudah mempersiapkan jaket tebal dan sebuah baju dingin serta sarung tangan untuk mengurangi hawa dingin.

Pukul 05.30 saya sudah tiba dipintu masuk kawasan wisata gunung Papandayan dan ternyata perjalanan masih panjang. Sebuah jalan selebar 5 meter dan bumpy road harus saya lewati sepanjang 1 km. Selepas jalanan berlubang disana sini dan bahkan ada yang longsor, saya mulai masuk kejalanan beraspal sementara dibelakang saya matahari mulai memberikan semburat cahayanya perlahan-lahan. Dari jauh saya bisa memandangi kota Garut yang masih berselimutkan awan. Sangat cantik sekali dan dari kejauhan gunung Cikurai yang berdiri megah dengan semburat matahari.

Pohon pinus dan pohon tembakau berada disisi kanan serta kiri jalan, gerbang utama sudah terlihat dan tanpa ada seorang pengawas satu pun. Ada perasaan takut ketika saya melewati jalan ini karena tidak ada satu orang pengunjung pun. Hanya 2 motor yang berpapasan turun dan sepertinya mereka penduduk local. Akhirnya perjalanan tiba disebuah base camp awal, sebuah lapangan parker yang cukup luas dan ternyata sudah banyak orang yang berkumpul untuk menyaksikan sunrise. Dan bahkan ada dua buah tenda dibangun.
Saya masih berkesempatan menyaksikan matahari terbit yang sangat indah disebuah negri diatas awan. Kemudian seorang pria mendekati saya dan menanyakan maksud kedatangan, ia menawarkan jasa guide menuju ke puncak gunung Papandayan. Saya pun langsung menyetujuinya karena saya belum mengetahui medan tersebut. Kang Asep namanya dan ia salahsatu guide yang ada didaerah ini. Saya mengikutinya dari belakang sambil menikmati fenomena matahari terbit dikejauhan.

Perjalanan menanjak dan berbatu membuat saya terengah-engah dan sesekali saya minta berhenti untuk beristirahat. Kang Asep sangat informative sekali dan ia menjelaskan cukup detail berbagai hal mengenai gunung tersebut. Gunung Papandayan memiliki 4 buah kawah yaitu kawah baru, kawah mas, kawah nangklak dan kawah manuk. Menurut informasi dibuku, gunung ini mempunyai kaldera yang terluas di Asia. Meletus ditahun 1700an dan memakan korban sekitar 3000 jiwa dan kemudian sempat meletus ditahun 2002 tapi tidak memakan korban.

Akibat letusan ditahun 2002 ia mempunyai kawah baru diujung puncak. Ada sesuatu yang menarik disisi kanan puncak gunung ini, bagian barat seperti lokasi film Jurassic Park di Hawaii. Tebing batu yang cukup panjang dengan padang rumput dibawahnya…it looked like Jurassic Park - the location. Kemudian asap gunung dan bau belerang mulai menyeruak kepernafasan. Dari dalam perut bumi muncul beberapa titik asap belerang, ada perasaan takut ketika akan melewatinya. Karena saya takut akan gas beracun tapi Kang Asep berhasil meyakinkan saya bahwa kita akan aman untuk melewati asap belerang yang cukup panas tersebut.

Berulangkali kaki saya berhenti melangkah ketika akan melewati asap belerang tersebut, ternyata bau asap belerang cukup menyegarkan. Baunya cukup khas dan saya bisa menyaksikan uap yang muncul bercampur lumpur yang mengandung belerang. Ada salahsatu uap yang terdengar cukup gemuruh dan sangat besar, dikenal sebagai Kawah kereta api karena bunyinya yang besar bagaikan kereta api uap. Dan ada juga kawah pengantin (berbeda dari buku panduan yang saya bawa) yang mengeluarkan uap belerang.

Disisi lain, saya ditunjukkan belerang yang masih fresh from the oven dan terkenal sebagai belerang salju (snow sulfur) karena dipegang menyerupai butiran salju berwarna kuning. Saya menyempatkan berfoto diatas batu belerang yang masih muda dan dibawahnya mengeluarkan uap yang cukup membuat badan saya yang kedinginan menjadi hangat. It was so great and unforgettable.

Untungnya saya sudah menyiapkan roti dan air mineral ketika hendak menuju kegunung ini, karena jalanan yang mendaki dan berbatu pasti akan membuat saya dehidrasi. Kini perjalanan saya tidak menanjak lagi dan ditantang untuk menuju kekawah baru. Sebuah kawah yang terbentuk ditahun 2002, menurut Kang Asep sebelum tahun 2002 sempat ada jalan kecil untuk menuju kegunung dan kini sudah hancur akibat meletusnya gunung tersebut. Kini ada sebuah kawah baru dengan danau kecil dibawahnya.

Wah jadi pengen segera tiba tapi ternyata masih cukup jauh dan bahkan menurutnya masih ada padang edelweiss cuma saya masih harus berjalan cukup jauh. I rejected it…belum siap kali ini. Yang paling mengesankan dari gunung ini terdapat sebuah sungai kecil yang mengalir jernih dan ada yang berair hangat serta dingin. Kang Asep juga menunjukkan sebuah lokasi dimana terdapat sebuah vila jaman Belanda yang kini sudah hancur akibat meletusnya gunung tersebut. Lokasi vilanya terletak diatas puncak gunung Papandayan. Cuma yang saya sayangkan potensi mineral berupa belerang tidak dijadikan sumber pemasukan untuk masyarakat sekitar seperti digunung Ijen, Jawa Timur.

Dan bahkan Chevron sedang membidik lokasi ini sebagai sumber energy listrik dari panas bumi yang berarti mengurangi dampak meletusnya gunung secara tidak langsung. Karena panas bumi yang ada diserap untuk menggerakkan turbin yang kemudian dirubah menjadi listrik. Akibat dari panas bumi disebuah gunung akan bisa menyebabkan sebuah gunung berapi meletus, tapi memang tidak semua gunung berapi bisa dijadikan sumber panas bumi.

Dari kejauhan ada sebuah keluarga yang tampak asyik berada dipinggir kawah baru, wah ternyata ada pengunjung lain yang sudah naik keatas terlebih dahulu. Setibanya dipinggir kawah baru, saya bisa melihat sebuah danau kecil berwarna hijau muda. Sementara dibagian atas menyerupai sebuah cerobong asap, muncullah uap panas bumi berkekuatan cukup besar. Subhannallah…I was so little at the moment. I was like nothing at the time when I saw a huge paramount and a beautiful landscape behind me.

Saya duduk dipinggiran kawah baru sambil menikmati alam yang begitu mengagumkan, impian saya untuk naik kegunung Papandayan telah tercapai.

3 comments:

  1. yang mana satu belerang, black or grreen? anyway...awesome picture bro.....

    ReplyDelete
  2. booth...bro...yes it was awesome
    bila ada masa ke garut?

    ReplyDelete