Thursday, January 29, 2009

The Last Mangrove




Kini kawasan Suaka Margasatwa Muara Angke semakin terpojok, hutan bakau yang dulu sangat luas sekali kini hanya ada dipinggiran sungai dan laut akibat perambahan lahan untuk memperluas kawasan perumahan mewah yaitu Pantai Indah Kapuk (PIK). Ribuan bangunan mewah yang berharga diatas 1 miliar kini menjadi penghuni asli kawasan bekas hutan tersebut termasuk dengan mahluknya.

Ketika saya memasuki kawasab cagar alam ini, tidak terdapat petugas yang berjaga dipintu masuk sehingga saya tidak bisa mendapatkan informasi yang layak. Dan saya bisa bebas mengabadikan sebagian kawasan SMMA ini dan ada info yang berbeda...diujung kawasan ini terdapat papan pengumuman yang memberikan info bahwa luas area sekitar 40 hektar dan di papan petunjuk yang lain berisikan info hanya 20 hektar sekian...nah sisanya kemana??

Oh iya saya lupa sisanya sudah berubah menjadi perumahan mewah.....sementara disebrang sungai yang pekat dan berbau tidak sedap itu, puluhan gubuk kumuh bertengger...ironis sekali!! Ibarat bumi dan langit...langit berada dikawasan PIK (pantai indah kapuk) yang bersih dan rumah2 besarnya sementara sebrang kawasan Muara Angke gubuk2 para nelayan dan pemukim ilegal lainnya yang semakin menambah kotor dan sesaknya kawasan yang indah ini.

Sementara monyet2 kecil kini semakin merana, hutan bakau yang menjadi habitat hidupnya semakin berkurang. Kini mereka mencari makanan dari manusia yang berada diselemparan batu. Padahal kawasan ini bisa dijadikan tempat wisata yang menawan apabila dikelola secara profesional. Padahal jalan panggung sudah dibuat dengan baik melewati lebatnya hutan bakau tersebut. Coba dinegara mana yang ibukotanya mempunyai kawasan hutan bakau??? Pasti hanya ada di Jakarta....tidak ada tempat lain yang mempunyai keunikan vegetasi seperti ini....Kita bisa melihat burung bangau yg bermigrasi dari asia ke australia pada akhir tahun seperti ini....coba deh kalian kunjungi tempat ini sekali waktu....melewati jalan panggung dan sambil liat habitat yang ada..jangan lupa pakai topi dan hati2 ular pohon...I hate it!!

Berikut ini informasi yang saya dapatkan dari laman wikipedia:

Suaka Margasatwa Muara Angke (SMMA) adalah sebuah kawasan konservasi di wilayah hutan bakau (mangrove) di pesisir utara Jakarta. Secara administratif, kawasan ini termasuk wilayah Kelurahan Kapuk Muara, Kecamatan Penjaringan, Kotamadya Jakarta Utara. Kawasan yang berdampingan dengan Perumahan Pantai Indah Kapuk ini, hanya dibatasi Kali Angke dengan permukiman nelayan Muara Angke. Pada sisi utara SMMA, terdapat hutan lindung Angke-Kapuk yang berada di dalam wewenang Dinas Kehutanan DKI Jakarta.

Semula SMMA ditetapkan sebagai cagar alam oleh pemerintah Hindia Belanda pada tanggal 17 Juni 1939, dengan luas awal 15,04 ha. Kemudian kawasan ini diperluas sehingga pada sekitar tahun 1960-an tercatat memiliki luas 1.344,62 ha. Dengan meningkatnya tekanan dan kerusakan lingkungan baik di dalam maupun di sekitar kawasan Muara Angke, sebagian wilayah cagar alam ini kemudian menjadi rusak. Sehingga, setelah 60 tahun menyandang status sebagai cagar alam, pada tahun 1998 Pemerintah mengubah status kawasan ini menjadi suaka margasatwa untuk merehabilitasinya. Perubahan status ini ditetapkan melalui SK Menteri Kehutanan dan Perkebunan No 097/Kpts-II/1998 sebagai Suaka Margasatwa Muara Angke dengan total luas 25,02 ha.

Meski SMMA merupakan suaka margasatwa terkecil di Indonesia, namun peranannya cukup penting. Bahkan BirdLife International - salah satu organisasi pelestarian burung di dunia - memasukkan kawasan Muara Angke sebagai salah satu daerah penting bagi burung (IBA, Important Bird Areas) di Pulau Jawa
Vegetasi semula di SMMA adalah hutan mangrove pantai utara Jawa, dengan keanekaragaman jenis yang cukup tinggi. Akan tetapi akibat tingginya tingkat kerusakan hutan di wilayah ini, saat ini diperkirakan hanya tinggal 10% yang tertutup oleh vegetasi berpohon-pohon. Sebagian besar telah berubah menjadi rawa terbuka yang ditumbuhi rumput-rumputan, gelagah (Saccharum spontaneum) dan eceng gondok (Eichchornia crassipes).

Tercatat sekitar 30 jenis tumbuhan dan 11 di antaranya adalah jenis pohon, yang hidup di SMMA. Pohon-pohon mangrove itu di antaranya adalah jenis-jenis bakau (Rhizophora mucronata, R. apiculata), api-api (Avicennia spp.), pidada (Sonneratia caseolaris), dan kayu buta-buta (Excoecaria agallocha). Beberapa jenis tumbuhan asosiasi bakau juga dapat ditemukan di kawasan ini seperti ketapang (Terminalia catappa) dan nipah (Nypa fruticans).

Selain jenis-jenis di atas, terdapat pula beberapa jenis pohon yang ditanam untuk reboisasi. Misalnya asam Jawa (Tamarindus indica), bintaro (Cerbera manghas), kormis (Acacia auriculiformis), nyamplung (Calophyllum inophyllum), tanjang (Bruguiera gymnorrhiza), dan waru laut (Hibiscus tiliaceus).

SMMA merupakan tempat tinggal aneka jenis burung dan pelbagai satwa lain yang telah sulit ditemukan di wilayah Jakarta lainnya. Jakarta Green Monster mencatat seluruhnya ada 91 jenis burung, yakni 28 jenis burung air dan 63 jenis burung hutan, yang hidup di wilayah ini. Sekitar 17 jenis di antaranya adalah jenis burung yang dilindungi.

Jenis burung yang sering dijumpai antara lain adalah pecuk-padi kecil (Phalacrocorax niger), cangak (Ardeola spp.), kuntul (Egretta spp.), kareo padi (Amaurornis phoenicurus), mandar batu (Gallinula chloropus), betet biasa (Psittacula alexandri), merbah cerukcuk (Pycnonotos goiavier), kipasan belang (Rhipidura javanica), remetuk laut (Gerygone sulphurea) dan lain-lain. Beberapa di antaranya merupakan burung khas hutan bakau seperti halnya sikatan bakau (Cyornis rufigastra). Selain itu, SMMA juga menjadi rumah bagi perenjak Jawa (Prinia familiaris).

SMMA juga dihuni oleh beberapa beberapa jenis burung endemik, yang hanya ada di Pulau Jawa. Misalnya cerek Jawa (Charadrius javanicus) dan bubut Jawa (Centropus nigrorufus). Bubut Jawa diketahui sebagai salah satu spesies terancam punah di dunia, dengan penyebaran terbatas di beberapa tempat saja termasuk di SMMA. Burung terancam punah lainnya yang menghuni kawasan ini ialah bangau bluwok (Mycteria cinerea). Di Pulau Jawa, bangau jenis ini diketahui hanya berbiak di Pulau Rambut yang terletak tidak jauh dari Muara Angke.
Di samping jenis-jenis burung, di SMMA juga masih dijumpai kelompok-kelompok liar monyet kra atau juga biasa disebut monyet ekor panjang (Macaca fascicularis). Mereka hidup berkelompok hingga belasan ekor yang terdiri dari beberapa jantan dan betina. Makanan utamanya ialah dedaunan muda dan buah-buahan hutan bakau seperti buah pidada (Sonneratia caseolaris). Monyet ekor panjang memiliki peranan yang penting di dalam Suaka Margasatwa Muara Angke, karena membantu penyebaran biji-bijian tumbuhan hutan. Biji-biji yang tak dapat dicerna itu akan dikeluarkan kembali bersama dengan fesesnya.
Jenis mamalia lain yang dapat ditemukan di SMMA, akan tetapi jarang terlihat, adalah berang-berang cakar-kecil (Aonyx cinerea). Karnivora kecil pemakan ikan dan aneka hewan air ini terutama aktif di malam hari (nokturnal).

SMMA juga menjadi tempat hidup berbagai spesies reptilia seperti biawak air (Varanus salvator), ular sanca kembang (Python reticulatus), ular sendok Jawa alias kobra Jawa (Naja sputatrix), ular welang (Bungarus fasciatus), ular kadut belang (Homalopsis buccata), ular cincin mas (Boiga dendrophila), ular pucuk (Ahaetula prasina) dan ular bakau (Cerberus rhynchops). Menurut informasi dari warga sekitar, di SMMA masih ditemukan pula jenis buaya muara (Crocodylus porosus).

6 comments:

  1. efek samping reklamasi.... kadang gw berharap tiba2 aja bangunan itu kesapu ombak lalu hanyut (evil mode on)

    ReplyDelete
  2. kupret!!! monyet2nya sekarang maen ke kompleks gue! sekeluarga, lengkap ada emak, bapak, anak... mondar mandir jalan2 di atas kabel listrik, nyolongin buah2an di pohon, gratak2in halaman, dan galaknya setengah mati! pengen gue tembak2in, tapi gak tega... :) btw, gue kangen dng suara burung malam yang dulu kerap terdengar di sekitar kawasan itu... kini mereka menghilang.. *sedih*

    ReplyDelete
  3. wah kapan yah aku bisa main ke sana...
    terus jepret2 deh.. :D

    ReplyDelete
  4. hehehe..nggak boleh begitu....
    pemdanya yg ngasih ijin pembangunan disana yg kudu dikenakan efek jera

    ReplyDelete