Monday, January 21, 2008

Asian Panic

Setiap pagi saya setelah bangun tidur, saya selalu menikmati teh hangat yang telah disediakan mama saya diatas meja makan. Sambil asyik menyeruput teh hangat tersebut, ramai diberitakan bahwa harga komoditi bahan pangan seperti minyak goreng telah melonjak tajam. Minyak goreng curah yang notabene kualitas nomor tiga di negara ini harganya sudah mencapai Rp 14,000/kg. Mama saya sampai geleng-geleng kepala setelah mendengar cerita tersebut dan hanya menggerutu saja. Sementara saya tidak tahu beliau bicara apa, tapi mungkin intinya Mama saya bingung bagaimana caranya harus mengirit uang belanja agar makanan selalu tersaji diatas meja makan.

                Kemarin waktu saya menulis blog tentang republic tempe,  beberapa media mulai menuliskan tentang naiknya harga kedelai dan kepanikan para produsen serta konsumen tempe dan tahu. Kali ini semua harga barang juga turut melonjak. Mulai dari tepung terigu, beras, gula, minyak goring, kedelai, susu, daging sapi serta bumbu harganya juga melonjak. Disebuah media diberitakan akibat lonjakan harga kedelai, salahsatu produsen tempe dan tahu di daerah telah bunuh diri karena ia tidak sanggup lagi menafkahi anak istrinya serta membayar hutang piutangnya.

                Saat ini pemerintah sendirj sudah mengintervensi Sembilan bahan pokok dan bahkan memberikan bea masuk terigu jadi 0%. Beberapa negara di Asia juga mengalami kepanikan akan melonjaknya harga bahan pokok. Seperti di India, Pakistan, Malaysia dan Cina.

                Di India, pemerintah setempat mempertimbangkan untuk mengurangi cukai impor minyak goreng yang masuk dinegaranya. Pakistan lebih parah lagi, aparat keamanan setempat sampai harus mengawal truk pengangkut bahan pokok agar tidak diganggu oleh penjarah. Pemerintah Pakistan menuduh para penyelundup dan penimbun sebagai biang keladi kenaikan harga bahan pokok makanan.

                Malaysia juga tidak kalah panic, pemerintah setempat sudah memberikan subsidi atas beberapa bahan pokok seperti tepung terigu, minyak goreng, dll. Pemerintah Cina sendiri juga turut menekan kenaikan harga bahan makanan dinegaranya dan menaikkan pajak ekspor beras.

                Ada beberapa fakta yang dihimpun mengenai kenaikan harga pokok bahan makanan, pertama adalah adanya tren mengikuti kenaikan harga minyak yang kini sudah menginjak US$ 100/barrel dipasaran dunia sehingga memberikan efek domino kepada komoditi makanan. Karena pasti pengiriman komoditas makanan dari satu tempat ketempat lain membutuhkan biaya transportasi yang meliputi biaya harga bahan bakar.

                Kedua adalah adanya permainan para oknum, baik para penimbun barang komoditas tersebut agar selisih kenaikan harga saat ini memberikan keuntungan tersendiri dan juga para pemain bursa komoditas dunia. Seperti kenaikan harga minyak didunia ini sebenarnya dipegang oleh beberapa pembeli stock dunia. Di Malaysia, subsidi minyak goreng telah disalahgunakan karena minyak goreng akhirnya diselundupkan ke negara tetangga seperti Thailand dan Singapore.

                Ketiga, perubahan iklim dunia juga turut mempengaruhi kenaikan harga gandum dunia. Banjir besar yang melanda Australia beberapa waktu lalu telah menghancurkan ratusan ribu hektar lahan gandum yang siap panen. Di Amerika Serikat yang notabene sebagai produsen gandum dunia no wahid juga mengalami kekurangan stock gandum akibat wabah hama serangga dan kebakaran lahan gandum akibat panas yang berkepanjangan. Lahan pertanian di Cina, India dan Indonesia juga menyusut. Lahan pertanian di Cina banyak yang beralih fungsi menjadi lahan industry, di India sendiri juga mengalami hal serupa. Dan Indonesia yang pada jaman orde baru lebih focus pada industry berbasis pertanian, kini telah ditinggalkan semenjak era reformasi. Hasilnya setelah 1 dasawarsa reformasi kini telah dipanen, semua bahan pangan melonjak. Sementara Thailand dan Vietnam yang tetap focus pada industry berbasis pertanian kini sedang menikmati buah kenaikan harga bahan pokok seperti beras dan juga bahan lain. Karena selama ini dua negara tersebut menjadi lumbung padi Asia, padahal Indonesia dulu pernah swasembada beras lho dan Pak Harto dapat medali emas dari PBB di Italy. Hmmm……kapan sikh pemimpin yang sekarang mau belajar dari kesalahan…………..

                Keempat, kenaikan upah buruh dibeberapa negara Asia seperti di India dan Cina yang notabene merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar didunia juga mengakibatkan kenaikan harga bahan makanan. Para pekerja yang mendapat upah lebih kini bisa membeli daging, susu dan makanan berprotein tinggi. Sehingga menyebabkan kurva konsumsi yang tiba-tiba naik dari sebelumnya stabil atau bahkan cenderung menurun di dua negara tersebut.

                Kelima, di Indonesia mungkin ini pengalihan dari adanya isu nasional yang lebih besar seperti isu akan dikenakannya sangsi hukum kepada Suharto yang kini masih terbaring sakit. Isu kenaikan harga bahan pokok makanan lebih penting dibandingkan isu sangsi hukum. Hal seperti ini biasa dilakukan dalam ilmu politik yang sebenarnya mungkin tidak ada dalam buku pelajaran politik. Tapi hal seperti ini sudah lumrah dilakukan. Bahkan almarhum Soe Hok Gie pernah menuliskan catatan kecil tentang kenaikan harga barang pada era Soekarno agar masyakarat tidak terlalu peduli terhadap isu pengayangan PKI yang waktu itu merupakan partai terbesar di Indonesia. Karena saat ini saja peran Bulog (seperti yang dilaporkan oleh Kompas – Sabtu, 19 Januari 2008) tidak sebesar jaman dulu. Sejak era Gus Dur, Bulog diobrak abrik karena dianggap sebagai sarang korupsi. Memang benar apa adanya bahwa Bulog gudangnya cari duit buat oknum pegawai Bulog.

                Bayangkan setiap satu rupiah/kg saja akan bisa masuk kantong para pejabat Bulog apabila ada rekanan bisnis Bulog yang ingin menjadi penyalur utama sebuah komoditi pangan ke negara ini. Kini peran Bulog sebagai pengawas berkurang, dan salahsatu hasilnya supplier utama tepung terigu nasional dipegang oleh 4 perusahaan. Dan masing-masing perusahaan tersebut kini menikmati margin keuntungan selisih harga komoditas/kg yang totalnya mencapai 136 miliar, sementara orang kecil seperti saya hanya bisa menikmati makan seadanya dengan gaji yang minim. Sudah saatnya peranan Bulog sebagai pengawas dan penjaga stock bahan pangan dengan standarisasi baru diaktifkan kembali. Hukum juga harus ditegakkan bagi pegawai Bulog, mereka dilarang menerima suap dari para supplier hanya untuk mendapatkan keuntungan sesaat. Pemerintah harus berani menghukum mereka yang korupsi terhadapt harga bahan pangan dan penimbun komoditas seperti yang dilakukan oleh pemerintah Cina, hukuman mati adalah ganjaran bagi pelakunya.

                Tapi beruntunglah saya dan keluarga masih bisa makan nasi dengan kualitas layak makan dan lauk seadanya walau tidak seperti anjuran pemerintah Orde baru – 4 sehat 5 sempurna. Jadi ingat tadi malam, waktu minum teh botol disebuah warung dekat tempat gym saya. Ada seorang pedagang sepatu keliling yang tiba-tiba berhenti didepan saya dengan keringat diwajahnya yang banyak dan sementara ia tampak kelelahan, ia minta agar saya membeli salahsatu sandal dan sepatunya karena dagangannya belum laku. Ia butuh uang agar bisa makan malam itu. Saya jadi kasihan dan selembar uang saya berikan agar ia bisa makan malam itu. Poor him and all we are…………          

 

16 comments:

  1. galakan hidup sederhana mas...
    makan seadanya saja tapi bergizi

    ReplyDelete
  2. hmm...iya sikh udha makan tempe mulu neh...hehhehe...sekalian belajar vegetarian....hehehe

    ReplyDelete
  3. hix... nyeseq banget baca closing paragraph lo... fiyuh.....

    ReplyDelete
  4. Taruhan!!! Gak bakalan terjadi di negara kita yang pemimpinnya bisu tuli buta (apalagi yak). Ntar aja deh nunggu lebaran monyet.

    ReplyDelete
  5. Betul mas, sekarang aku lagi ngirit juga.. Nyukup2in gaji. Tapi alhamdulillah masih bisa makan.
    Cuman 1 yang gak setuju: kayaknya abis mandi Mas Arief gak pernah ngaca yak, di headshot aja bentuknya segitu kok ngaku jadi orang kecil :)

    ReplyDelete
  6. hmm....eh itu beneran terjadi lho tadi malam...baru asyik nyeruput teh botol trus dia berenti didepan muka gw sambil penuh keringat and jongkok nawarin sendal yang pasti gw kagak beli dunk. Dia cerita kalau dagangannya belum laku dari pagi. Trus dia laper dan nggak punya uang, gw jadi inget pas waktu gw bokek n laper. Hmm....

    ReplyDelete
  7. GREAT!!! Orang2 macem gini nih yang patut dicontoh

    ReplyDelete
  8. eh tampar 100,000 bolak balik yakh.....hahahhaha.......yang makin kecil isi dompet gw semenjak semua naik...hehehhee....kalo mikirin gaji yang nggak naik2 bisa puhing tujuh keliling....xixiixiixiixixi

    ReplyDelete
  9. hahahaha marah nih ceritanya...
    kadang aku juga mumet mo nyari side-income kmana. mau jual diri ya gak bakalan ada yang beli, dijual murah (bahkan pake obral) juga gak njamin. hiks...

    ReplyDelete
  10. duh...bahasanya sampe jual diri segala nih :D

    ReplyDelete
  11. Mas Ram, maksudnya jual diri buat angkat2 beras sekarung, ato angkat tante2 kesepian, yang penting dapat uang tambahanlah.. hehehe

    ReplyDelete
  12. iya tuh sampe desperado gitu si judi....

    ReplyDelete
  13. apa ajalaaa yang penting jadi duit :)

    ReplyDelete
  14. semalem beli tempe tahu penyet kesukaan saya di langganan, harganya sudah 4 ribu rupiah!! padahal jaman awal kuliah dulu harga segitu sudah makan ayam dan cukup mewah hikz hikz hikz....

    ReplyDelete
  15. hmm....tahu penyet 4rb mah masih murah kale kalau dijakarta.....hehehehe....emang biasanya berapa pak? jaman gw kuliah tahun 1995, makan nasi rames diwarung belakang atmajaya babarsari yg baru cuma Rp 2500 saja sudah pakai ayam, nasi goreng areng depan kampus atmajaya yg terkenal cuma Rp 2000 + pake ngantri yg lama.....hehehhee

    ReplyDelete
  16. sebelumnya 3ribu doank.. awal kuliah (th 2000) masih bisa nyari makan sederhana 1250!! klo pake ayam ya 3000 lah hehehehe

    ReplyDelete