Tuesday, January 8, 2008

Carut Marut Bandara Soekarno Hatta

Tulisan ini terinpirasi dari surat pembaca di Kompas tanggal 5 Januari 2008 siang ini dengan tajuk “Bandara Internasional Soekarno Hatta (Soeta) Menakutkan”. Keluhan yang disampaikan seorang pembaca tersebut menyebutkan bahwa usahanya untuk membantu dua orang turis asing asal Irlandia yang akan pergi ke Bali. Dua orang turis asing tersebut hendak pindah dari terminal 2 (internasional) menuju ke terminal 2 domestik yang sangat jauh sekali. Dan maksud baik hendak menolong dua turis asing malah dibentak oleh dua oknum yang tidak dikenal, yang sepertinya dua oknum tersebut hendak menawarkan jasa pelayanan antar ke terminal 2 domestik yang notabene sebenarnya ada pelayanan jasa shuttle bus gratis menuju ke terminal tersebut.

                Hampir 1,5 tahun saya menghabiskan sebagian waktu saya dibandara Soekarno Hatta karena kebetulan kantor saya yang lama terletak diterminal 1 A. Pada saat istirahat saya sering melihat tingkah polah yang unik dari para traveller, pekerja bandara serta oknum – oknum yang tidak bertanggungjawab. Selama hampir 1,5 tahun bekerja di bandara, saya sudah kehilangan dua buah handphone. Yang pertama hilang pada saat setelah makan siang di kantin terminal 1 A. Yang kedua hilang pada saat menaiki bus damri menuju ke rumah.

                Faktor keamanan bandara Soeta memang sangat meragukan sekali. Banyak oknum – oknum yang tidak bertanggungjawab berkeliaran bebas di bandara tersebut dan bahkan didalam bandara sekalipun. Sangat memalukan memang....bandara internasional yang seharusnya menjadi image awal suatu bangsa baik pendatang asing....menjadi sesuatu yang menakutkan.

                Belum lama berselang, seseorang berhasil menyusup kedalam sebuah pesawat yang akan terbang ke suatu daerah. Padahal orang tersebut tidak mempunyai tiket atau tanda pengenal untuk masuk ke dalam areal bandara. Aneh kan!! Belum lagi banyaknya calo – calo tiket yang berkeliaran dan mereka bekerjasama dengan oknum dibandara. Salahsatu kantin yang berada di terminal 1 A menjadi tempat berkumpulnya para calo tiket. Pada saat makan siang, saya sering memperhatikan tingkah polah mereka dan yang mengejutkan ternyata ada satu orang cukong atau bossnya....dia yang bertugas memegang uang dan menerima pembagian hasil dari anak buahnya dengan oknum penjual tiket dari maskapai tertentu.

                Terkadang ada petugas bandara yang mendekati si boss tersebut dan olehnya diajak makan siang bersama. Jadi ada kinerja yang sangat baik sekali antara oknum otoritas bandara – boss calo tiket – calo tiket – oknum penjual tiket dari sebuah maskapai. Sudah beberapa kali juga ditemukan adanya kecurangan dari oknum penjual tiket di maskapai saya bekerja dulu dan mereka telah dikeluarkan dengan tidak hormat dari perusahaan. Yang lucu setiap akan ada maksud pembersihan calo tiket di bandara, sudah bisa dipastikan bahwa para calo tiket dan bossnya akan menghilang dari peredaran pada hari itu. Pasti ada yang membocorkan!

                Belum lagi pengalaman teman saya satu kantor waktu parkir dibandara, mobilnya dicongkel oleh oknum yang tidak bertanggungjawab, ia kehilangan alat pemutar CD dimobilnya. Tapi ia masih lebih beruntung dibanding yang lain, kehilangan laptop dan benda – benda berharga lainnya. Dan belum lama ini terungkap akan adanya jaringan pengutil tas penumpang, mereka sering membongkar tas penumpang dan mengambil barang – barang berharga didalamnya. Mereka saling bersinergi dengan rapi mulai dari petugas screening di pintu masuk terminal dan petugas yang memasukkan bagasi ke dalam tubuh pesawat. Teman saya juga pernah kehilangan kamera digital dan parfum barunya.

                Dan juga bandara ini sangat unik, banyak tukang ojek yang berseliweran diareal bandara, penjual parfum keliling, jasa sewa mobil ilegal, trolley yang rusak dan trolley yang masih bagus dipegang oleh para porter. Belum lagi taksi gelap yang tidak jelas...saya sangat berhati-hati sekali dengan taksi gelap ini. Saya tahu bahwa hidup di Jakarta semakin sulit, sehingga apapun dilakukan. Tapi hal ini sudah semakin membuat tidak nyaman semasa berada di bandara. Apalagi kalau saya harus pulang diatas jam 9 malam, sudah pasti tidak ada bus damri yang melintas di bandara. Taksi adalah pilihan satu-satunya, dan pasti saya harus mengeluarkan biaya yang cukup besar. Belum lagi akses menuju bandara yang sering terganggu oleh air pasang atau banjir dan banyaknya ranjau darat berupa paku pada saat hendak keluar dari loket pembayaran tol bandara. Karena beberapa kali taksi saya dan mobil teman terkena paku. Dan anehnya beberapa puluh meter keluar dari pintu tol ada tukang tambal ban.........heheheee.

                Dari segi arsitektur, bandara ini sudah sangat ketinggalan jaman. Pada jaman orde baru di era 80an, bandara ini mendapatkan  award dari Aga Khan karena mengusung arsitektur lokal yang sangat kental. Tapi saat ini bandara sudah sangat kusam, atap dalam bandara tidak dirawat dengan baik, kotor dan gelap. Belum lagi kebersihan dari bandara ini masih sangat kurang, toiletnya terburuk....lebih kotor dari bandara kecil seperti di Ngurah Rai yang bersih dan terawat dengan baik atau bandara Juanda di Surabaya. Ditempat duduknya banyak kecoa....toiletnya pesing, airnya sering tidak mengalir. Memalukan memang, tidak jauh beda dengan stasiun bus di pulogadung.

                Saya tidak tahu kemana larinya airport tax yang sudah didapat, berikut ini perhitungannya dalam setahun misalkan ada 5 juta penumpang domestik yang berangkat dari bandara ini, 5.000.000 x Rp 30.000/penumpang = Rp 150.000.000.000. Huh ada 150 miliar rupiah yang dihasilkan, belum lagi untuk rute internasional. Tapi mana hasilnya untuk perubahan dibandara ini? Yang paling memalukan, bandara ini pernah mati lampu lho. Saya sendiri sempat merasakan beberapa kali, lampu di kantor mati. Penerbangan sementara ditunda karena sistim di menara pengawas terganggu. Jengkel saya dengan pelayanan otoritas bandara ini, karena semua jadwal penerbangan jadi berantakan.

Berikut ini tabel penumpang di bandara Soekarno Hatta,

Tahun Penumpang Kargo  
(ton)
Pergerakan
Pesawat
2001 11,818,047 281,765 123,540
2002 14,830,994 306,252 144,765
2003 19,702,902 310,131 186,695
2004 26,083,267 322,582 233,501
2005 27,947,482 336,113 241,846
2006 30,863,806 384,050 250,303

                Suatu hari, saya pernah harus berurusan dengan pihak otoritas untuk masalah perijinan, kantornya dekat masjid bandara dan berlantai delapan. Ya ampun pas saya masuk kedalamnya, bukan seperti kantor otoritas bandara internasional. Dalamnya sangat tidak teratur, meja kerja dari kayu yang sederhana, tumpukan file-file yang berantakan, pegawainya yang sering tidak hadir, dan juga tidak terdapat PC komputer lho. Fasilitas PC hanya ada di meja – meja tertentu (sepertinya hanya untuk pegawai tinggi saja) dan selebihnya pakai mesik ketik besar dan kecil layaknya dikantor kelurahan...hahahahaa. Ini kantor kelurahan atau otoritas bandara yakh???

                Dan yang menyebalkan kelakuan para pejabat otoritas bandara yang haus akan kekuasaan dan tentu saja materi. Saya pernah bersitegang dengan salahsatu dari mereka perihal masalah stiker maskapai tempat saya bekerja, yang saya tempel di pintu masuk kantor. Mereka minta dikenakan pajak, padahal hanya untuk membedakan mana kantor maskapai saya dan mana loket penjualan tiket. Stiker tersebut hanya berukuran 30 x 10 cm dan tentu saja ada logo maskapai perusahaan saya. Mereka minta dikenakan pajak yang cukup besar dikalikan dengan berapa banyak tiket yang ditempelkan. Karena kesal...saya cabuti saja stiker tersebut, toh saya sudah memasang billboard besar diatas loket penjualan. Saya sampai malu pada saat menceritakan perihal pelepasan stiker tersebut ke manajemen maskapai asing tempat saya bekerja. Mereka hanya geleng – geleng kepala dan berkomentar bahwa dinegaranya hal tersebut tidak akan terjadi.

                Belum lagi mengurus masalah perijinan masuknya pesawat yang baru dan hal lainnya, sudah dipastikan harus ada pengeluaran extra untuk memperlancar perijinan tersebut ke pihak otoritas bandara. Kalau mau lancar...it should be All about money!!

                Suatu malam saya baru tiba di terminal internasional Soeta bersama dengan 20 orang dari media cetak dan siar selepas media gathering di KL. Beberapa penumpang pesawat yang kami tumpangi dari KLIA merupakan tenaga kerja Indonesia yang ingin kembali ke tanah air. Nasib mereka kasihan sekali, begitu keluar dari loket imigrasi. Mereka langsung dihadang oleh oknum otoritas bandara dengan dalil yang tidak masuk akal. Mereka dilarang keluar dari terminal 2 internasional, mereka digelandang masuk kedalam ruangan dan dipaksa keluar dari terminal 3 (khusus untuk TKI). Rekan media dari SCTV sempat menghidupkan kamera serta merekam dengan sembunyi – sembunyi karena kejadian yang memalukan dan mengharukan tersebut terjadi didepan mata kepala kami. Entah kenapa kejadian tersebut tidak pernah ditayangkan, mungkin ada keputusan sendiri dari manajamen SCTV atas kejadian tersebut. Only GOD knows why!!

                Berita tentang perbaikan bandara Soekarno Hatta sudah didengungkan beberapa waktu yang lalu, Cuma sampai hari ini belum ada realisasinya. Konon bandara akan direnovasi total, ditengah bandara akan dihubungkan jembatan yang saling menghubungkan dan akan dilintasi oleh kereta api cepat seperti di KLIA menuju ke Jakarta. Bandara Soekarno Hatta sendiri saat ini sudah kelebihan beban, dirancang untuk sekitar 5 juta penumpang pertahun tapi sudah menerima lebih dari 5 juta penumpang pertahun. Arsitektur bandara sendiri tidak ramah lingkungan, lihat desain arsitektur bandara di Changi, KLIA atau Svarnabhumi di Bangkok yang terbaru. Extravagant design, dinding kacanya pada saat siang hari memantulkan cahaya surya yang alami, sehingga menghemat energi. Tempat duduknya yang nyaman, keamanan terjamin baik diluar bandara atau didalam bandara, kebersihan yang terjaga, fasilitasnya yang lengkap dan bisa dijangkau dengan mudah seperti MRT (mass rapid transit) di KLIA.

           Bandar udara ini dirancang oleh arsitek Perancis Paul Andreu, yang juga merancang bandar udara Charles de Gaulle di Paris. Salah satu karakteristik besar bandara ini adalah gaya arsitektur lokalnya, dan kebun tropis di antara lounge tempat tunggu. Bagaimanapun, karena perawatannya yang kurang, lokasinya tidak strategis dan pendapatan kurang, bandar udara ini lebih rendah daripada bandara internasional lainnya di daerah itu. Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta memiliki 150 loket check-in, 30 pengklaiman bagasi dan 42 gerbang. Setiap sub-terminal memiliki 25 loket check-in, 5 pengklaiman bagasi dan 7 gerbang.

           Angkasa Pura II sedang merencanakan pembangunan terminal baru dengan fitur desain yang modern. Terminal 3 dibangun untuk maskapai bertarif rendah. Terdapat sebuah rencana besar untuk membangun 5 terminal penumpang + 1 terminal haji dan 4 landasan pacu. Pada 2009, bandara ini akan terhubung dengan Stasiun Manggarai (stasiun pusat Jakarta masa depan) oleh kereta api.

            Entah kapan perubahan ini akan terjadi di bandara Soekarno Hatta, bukan hanya bisa membangun patung baru yang besar dan megah saja. I don’t know when it’s gonna happen here..

 

No comments:

Post a Comment